Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Minggu, 21 April 2013

Cerita tentang bapak

Sudah waktunya bersih-bersih blog.
Entah udah berapa lama gak pernah didatengin, untung belum laleran kayak hati yang udah lama dianggurin.

Sebulan ini, dihabiskan di rumah sakit.
Laki-laki paling tangguh di rumah akhirnya harus pasrah dengan sakitnya. Penyakit yang bahkan kami pun gak ngerti kenapa bisa ada sebanyak itu.

Awalnya, bapak sakit vertigo, sakit kepala luar biasa yang juga judul lagu U2. waktu itu diopname lima hari di rumah sakti di Binjai. Setelah pulang ke rumah dan istirahat beberapa hari, bapak balik lagi kerja.
Dan aku pun kembali menyelesaikan bab 5 ku yang sempat kudiamkan. 
Sekitar dua minggu setelahnya, waktu aku di kos, lagi enak-enak main Criminal Case, dikabarin kalau bapak diopname. Di klinik tempat kerjanya, kali ini demam tinggi, begitu kata bidan yang ngerawat.
Dua hari setelahnya, aku ingat, itu hari Minggu, kakak ngabarin kalau bapak bakal dibawa ke rumah sakit di binjai lagi. 
Kakak terus cerita, Bapak udah dirawat di klinik selama dua malam sebelum akhirnya ngabarin mama di rumah. Alasannya, mama lagi sibuk ngurusin anak-anak didiknya yang mau ujian semester, dan aku yang lagi sibuk ngurusin sidang. Satu alasan yang bikin kesel sekaligus sedih.

Minggu siang, aku pun ke rumah sakit, dengan perasaan yang campur aduk. Di rumah sakit, bapak udah tergeletak, badannya agak kuning dan lemas. waktu ngeliat aku dia cuma bilang, "Adek ngapain kesini?" iya, dia cuma ngomong gitu terus tidur.
orang yang udah cemas luar biasa, perasaan campur aduk, dan cuma ditanya, ngapain dateng? ahhhhhh... rasanya itu yaa..

aku gak tau perkembangan berikutnya keadaan bapak secara langsung. Setelah dari rumah sakit, aku gak boleh ngunjungin bapak lagi, kecuali kalau udah sidang. 
Iya, sidang, itu syaratnya.

Syarat sidang itulah yang buat ketemu sama pak Safrin, dopingku, jadi hari yang paling kutunggu. Hitungannya adalah, semakin cepat sidang, semakin cepat juga ketemu bapak. 
Hari sidang pun ditentukan, Sabtu 23 Maret 2013 jam 10. Aku pun akhirnya, bisa ngadepin hari yang paling kutunggu-tunggu. Proses puncak untuk jadi sarjana, dan pelaksanaan syarat ketemu bapak.
Kuakui, ujian meja hijau yang udah kusiapkan pun kurang maksimal. B+. Itu yang kudapat. Alhamdulillah masih bisa dalam taraf memuaskan, walau dalam hatiku, aku kecewa karena kurang persiapan mental dan pikiran. Tapi yasudahlah, berikutnya, yang penting aku bisa ketemu bapak.

jam 12 kurang sepuluh menit, aku akhirnya udah nyelesain segala keperluan setelah sidang, aku ingat, di depan ruang departemen, aku pun menghubungi mamak. Nada panggilan pun cukup lama, sampai akhirnya suara mamaku terdengar di ujung sana.
"Kayak mana tadi dek? lancar kan?"
"Alhamdulillah mak, lancar. Ini adek mau ke rumah sakit ya."
"Bawa baju kan?"
"enggak mak, cuma yang dipake aja, kan bisa pulang ke rumah."
"memangnya adek kira mamak lagi dimana sekarang?"
"lho, bukannya di binjai?"
"udah di Adam Malik, dek, tadi malam bapak dibawa kesini."
"kenapa mak? sakitnya udah kayak mana?"
ada suara tertahan dari mamak "makin parah sakitnya. yaudah adek kesini ya cepet, bapak udah nyariin aja."
telfon kututup. dan entah datang dari mana persediaan air mataku. Tangisku pun meledak. Kawan-kawan yang lagi nungguin pun kebingungan. Aku gak ingat banyak setelahnya. Aku cuma ingat aku permisi ke kawan-kawan Pijar dan nerima ucapan selamat dari mereka. Kecuali dia sih.

jam 1 siang, aku, nenel, dan novia udah di adam malik, medan.
berusaha nemuin ruangan bapak dan tetep mencoba menguatkan novia, yang almarhum papanya pernah di rawat disana juga. Kenangan itu menyakitkan, dan terpaksa dilupakan, karena memang harus diikhlaskan.

setelah sekitar 10 menit, ruangan akhirnya ketemu.
bapak tergeletak di tempat tidur, badannya kuning, matanya merah, dan udah gak bisa ngomong.
Siapa yang bisa tahan dalam kondisi begini? 
"Adek udah sarjana pak, tinggal wisuda aja nih. sembuh ya pak."
dan bapak cuma senyum, megang kepalaku.

beberapa hari, kondisi bapak gak nunjukin kemajuan. dokter yang dateng pun melulu nyuruh cuci darah, dia bilang bapak udah gagal ginjal.
seorang suster yang sempat nanganin bapak malah nanyak apa aku baru tamat sekolah, gegara aku tanya, obat yang ada di resep itu sebenarnya obat apa. Setelahnya, dia selalu mandang aku dengan sinis. Iya, suster bedebah.

setelah lima hari, bapak gak kunjung membaik, malah makin parah. Bicaranya mulai ngawur.Indra perasanya udah gak bisa lagi. Sore itu, akhirnya, bersama kakak dari bapak, kami pun bawa bapak keluar dari rumah sakit itu, ke daerah Garu. Rencananya bapak akan dirawat secara pengobatan alternatif.

Malam di Garu.
Panas badan bapak mulai tinggi, akhirnya diputuskan untuk dikasih infus dari bidan di sekitar sana.
Malam itu, adalah malam yang paling penuh pesan dari bapak.
suaranya yang serak dan kecil ngasih banyak pesan, terutama ke kakak.
Seperti orang yang mau pergi, bapak ngasih banyak wejangan dengan suara kecil dan berbisik.
Alunan ayat Allah pun gak berhenti malam itu.
Doa kami cuma satu, kalaupun Allah ingin manggil bapak, mudahkanlah jalannya, dan kuatkan kami.

Tapi malam itu, perkiraan kami syukurnya meleset. Panas badan bapak berangsur turun.
jam 9 pagi, kami bawa bapak ke rumah sakit, permata bunda. kali ini kami ingin coba rumah sakit swasta, semoga pelayanannya jauh lebih baik dari dua rumah sakit yang sudah-sudah.

di Permata bunda, kami menempati ruangan Delima 302, yang diplesetkan Yassir jadi ruang Dilema, karena aku sering galau. entah apa hubungannya.

dokter yang nanganin bapak, namanya M.Silalahi, seorang dokter yang udah cukup tua dan biasa dipanggil opung. Dari pemeriksaan disana, akhirnya bapak diketahui sakit malaria, tifus, radang hati dan gangguan fungsi ginjal.
Iya, empat macam penyakit sekaligus.

Selama di rumah sakit, akupun mendiamkan revisianku sementara waktu. Prioritasku saat itu adalah kesembuhan bapak. Bapak memang gak bisa ditinggal. Kalau salah satu dari kami mau keluar kamar dan bapak sedang tidak tidur, maka kami kudu bilang mau kemana, kalau gak, ya beliau bakal nyariin terus.

Selama di rumah sakit, aku mensyukuri banyak hal. Akhirnya, setelah sekian lama, sering pisah, akhirnya kami sekeluarga bisa sama-sama terus, walau dalam keadaan yang sulit. Mama dan bapak yang pisah rumah, akhirnya bisa sama-sama, walaupun menguras emosi yang luar biasa.Akupun yang selama ini sibuk dengan duniaku sendiri, akhirnya bisa sama-sama dengan keluarga dalam waktu yang lama, tidur sama, dan ada selama 24 jam untuk mereka. Dan cerita-ceritaku pun kubagi pada mereka, hal yang paling jarang kulakukan di rumah.

Kebahagiaan itu makin terasa saat akhirnya tes darah menunjukkan sakit bapak udah berkurang, malarianya udah hilang, jumlah obat pun dikurangi, dan indra pengecap bapak udah pulih lagi. Hal ini pun ditambah dengan bapak yang mulai bisa duduk, walau dengan bantuan dari belakang. Tapi berita bagus adalah berita bagus.
setelah seminggu, akhirnya bapak mulai mau belajar jalan, walau sulit.
Sebulan tergeletak, bikin bapak pun harus belajar jalan lagi. Indahnya waktu liat bahagianya mamak yang menopang lengan bapak untuk bisa jalan.

hari ke 11 bapak di rumah sakit, akhirnya udah diijinin pulang.
dan saat itupun, aku harus balik ke habitatku di kos, karena buk dewi, dosen pengujiku, udah nyari-nyari karena aku gak kunjung ngasih revisian. 
Yak! dan aku ini mahasiswa yang dicariin dosennya, iya, dan rasanya gak enak. beneran.. hehhe..

sampai hari ini, Bapak masih rawat jalan.
hal yang paling kusukai adalah, bapak makin peduli sosial, hal yang jarang dia lakukan sebelumnya.
Kami pun seperti absen ulang, karena ingatan bapak juga mulai kembali dan mulai nanyain nama-nama orang di sekitar kampung.

ahhhh...
ini dulu deh ceritain bapak nyah..
besok lanjut lagi..

Karena menulis tentang orang yang kau sayang, tidak akan pernah kehabisan ide, kau hanya akan kehabisan...... kuota internet..