Minggu pagi,.
Bahkan mata ini tak mau tertutup barang hanya sejenak, .
Kerisauan dan rasa sesak itu muncul saat kantuk mulai menggoda.
Aku gak mau terlambat ke bandara besok.
Hanya itu niatan dalam hati ini untuk tetap terjaga.
Suara orang-orang mengaji mulai ku dengar mengalun lembut, sebelum adzan subuh berkumandang.
"siap-siaplah dek, kita gak mau ketinggalan kan", ucp seorng kk kos q
Jam 6 lbh sedikt, ku jelajah rute yg belum pernah ku lalui, dengan satu tujuan, menyapanya sebelum dia pergi.
Ku tatap dengan jelas wajah itu, wajah yang teduh penuh senyum, milik seorang yang mungkin ku kasihi.
Melihat keluarganya, menyaksikan perpisahan itu.
Bulir air mataku mulai memaksa untuk mendobrak penjagaan yg ku coba pertahankan.
Aku gak ingin menangis di saat-saat seperti ini.
Dan aku tidak memilih untuk terlalu banyak bicara.
Aku hanya ingin menatapnya dan menyimpannya dalam memory di benakku.
Melihatnya memeluk dan mencium ibunya yang menangis saat itu seakan akan meyakinkanku,dia anak yg penyayang,
Menatap matanya sejurus, tidak ada pelukan atau jabatan perpisahan saat itu.
Hanya tangan kanan menepuk dada dan anggukan kepala, sama seperti yang dulu dulu.
Ingin rasanya ku kejar punggung itu, tapi seperti biasa, dia gak akan noleh kebelakang, .
"tidak mengingat bukan berarti melupakan,.
Dia pergi untuk apa yg dia inginkan. Seenggaknya km udah berusaha dan melepas dia disini. Lepaslah dia sbg seorang sahabat yg ingin menggapai cita2, bkn sbg lakic yg km sayangi, jgn nangis",
Hari terakhir itu,
hmm, mungkin 2 tahun lg baru bisa menatap wajah teduh itu lagi,
ku harap dengan perasaan berbeda.
Langit itu sekarang sdg bergantung pada matahari di tempat yg berbeda, bergantung pada bulan dan bintang di tempat yg berjarak ribuan kilometer dari langitku, .
Untuk masa depan yg ia inginkan. .
Dan aku msh dengan langitku sendiri, mulai menata masa depan yg ku inginkan.
Walau bukan dia yg akan jadi langitku, dia tetaplah langit yg pernah membuat hariku penuh dgn alunan lagu. .
Untuk langit hitam
ada rindu yang dipaksa mati.
BalasHapus