Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Senin, 25 Juli 2011

ini tentang sebuah kedekatan

Langit signs in today
July 25th 2011.
Mengobrol dengan Tauchi tadi siang.

Entah hantu mana yang ngerasuki jiwa muda kami, dan membuat kami bercerita tentang orang tua.
Tentang sebuah kedekatan antara kami dan orang tua. Dan ternyata memiliki sisi yang berbeda.
Tauchi, aku sendiri gak tau kenapa nyebut dia dengan nama ini, ini nama emailnya. Dan aku sendiri juga gak terlalu berniat mempublish nama orang-orang yang menjadi inspirasiku untuk nge-blog. Sedikit menjaga privasi boleh lah.

Sambil menyantap mie kuah tanpa nasi, kami mulai mengobrol.
Tauchi bercerita tentang keluarganya. Sebuah keluarga kecil yang unik menurutku.

Dia gak terlalu dekat sama orang tua. Ini merupakan hasil dari masa kecilnya yang memang jarang bertemu dengan orang tuanya.
"Waktu kecil, mamakku udah cuti untuk kakakku. Jadi waktu aku lahir, gak mungkin kan cuti lagi. Pegawai kan gak bisa sembarangan." gitu katanya.
Hal ini yang menyebabkan dia dititipkan ke saudaranya.
kedua orang tua yang sama-sama bekerja dari pagi hingga sore dan kadang malam membuat mereka jarang bertemu dengan orang tuanya.
Seperti yang sering dikatakan orang-orang> "Pergi pagi, anak masih tidur. Pulang malam, anak udah tidur"

Dia juga bilang, kadang lupa siapa orang tuanya. sangking jarangnya ketemu.
Itu juga lah yang kadang membuat kawanku satu ini berbahasa yang sedikit 'keras'.
sebuah hal yang dianggap wajar jika melihat dari kurangnya kedekatan antara mereka.

Waktu kecil, Tauchi dan kakaknya sering dititipkan di kediaman saudara mereka. Karena orang tua mereka yang bekerja. Pergi pagi pulang malam membuat orang tua pun tidak ingin membiarkan anak-anaknya di rumah tanpa pengawasan.
Akhirnya ia pun dimasukkan ke kinder garten alias taman kanak-kanak.

"di tempatku, keluargaku ya, kalau anak udah agak gede masih di rumah, pasti ditanyain. kok gak disekolahin aja. kan kasihan mamanya." "jadi anak di TK in itu bukan untuk sekolah sebenernya, tapi ngurangi beban orang tua yang kerja. Jadi ya sekarang jangan heran kalo kami kurang deket sama orang tua. Orang dari kecil udah dibiarin gini".

Aku belajar beberapa hal hari ini.
Bahwa dalam sebuah hubungan, apapun itu, komunikasi punya peran yang penting.
Dalam keluarga misalnya, hubungan antara anak dan orang tua dapat tumbuh dengan baik lewat komunikasi yang terjalin diantaranya.
Saling menanyakan kabar dan berbincang biasa dapat menumbuhkan rasa saling memiliki.
Pada dasarnya, keluarga adalah lingkaran utama, lingkaran terdekat dengan kita.
orang-orang terdekat yang kita temukan saat bangun dari tidur dan kembali tidur lagi.
Orang-orang yang tau bagaiman sifat aslimu, yang terkadang kau sembunyikan dari teman-temanmu.
Tidak harus duduk di ruang keluarga, membuat lingkaran lalu interogasi perorangan. Makan di meja yang sama dapat menjadi cara sederhana dalam keluarga untuk membangun suatu kedekatan emosional.
Saat di meja makan, menikmati makanan yang diberkahi Tuhan bersama keluarga, sebenarnya dapat membuat kita bersyukur. Atas keluarga dan rezeki yang diberikan Allah.
Berbincang, bertukar pikiran atau bersenda gurau mampu menciptakan rasa nyaman dan aman.

Selain itu, ibadah bersama juga mampu menumbuhkan rasa kekeluargaan yang kadang mulai sulit ditemukan seiring banyaknya kesibukan yang dihadapi. Shalat bersama, dengan si ayah yang jadi imamnya. Berdoa lalu bersalaman, membuat kita mampu mensyukuri umur yang masih ada, untuk kita habiskan bersama keluarga.

Berbincang sambil nonton tv juga satu alternatif asik untuk menciptakan komunikasi dalam keluarga. Membahas yang ditonton, nantinya juga bisa merambah dunia masing-masing anggota keluarga.

Gak jarang, seseorang lebih dekat sama orang lain daripada sama orang tua sendiri.
ini pun yang terjadi sama si empunya blog.
Namun, walau demikian, setiap kedekatan punya porsi tersendiri.
Kau mungkin bisa bercerita tentang semua hal pada temanmu daripada pada orangtuamu sendiri. Tapi orang tua sebenarnya punya solusi yang kadang tak terpikirkan oleh kepala mungil kita ini.

Gak jarang juga, ada orang tua yang terlalu konservatif.
menjunjung tinggi hierarki dalam keluarga.
Bahwa anak adalah anak, tidak memiliki hak bicara apalagi mengambil keputusan yang berhubungan dengan anggota keluarga lain. Inilah yang membuat anak jadi malas curhat atau berbagi dengan orang tuanya. Dengan pikiran "daripada diomelin, mending diam ajalah" begitu.

Gak jarang juga ada orang yang mencintai pacarnya melebihi cintanya pada orang tuanya.
Untuk hal yang satu ini, aku menyebutnya, salah cinta.
Karena terlalu berperasaan jika cinta yang kau miliki pada orang, yang sebenarnya tidak mengenalmu hingga kedalam daripada orang yang sejak kecil merawatmu.

Tidak semua orang mampu menghadapi orang tuanya seperti layaknya menghadapi sahabat sendiri. Tapi sebenarnya orang tua akan sangat bahagia bila anaknya mau berbagi sisi kehidupannya pada mereka.
it's about how u saying it.

Berimbanglah menjalin kedekatan.
great friendship,
great family.
great u.

dan harus diingat,
temanmu mungkin saja meninggalkanmu saat kau sedang jatuh.
tapi keluargamu, akan selalu ada, sedalam apapun kau terjatuh.

sekian,
salam gadis
\m/

Jumat, 08 Juli 2011

Mr. Right

Hari ini kembali berbincang dengan mereka, my partners in crime.
Membicarakan beberapa masalah. Tentang Hikari. Permasalahan hati yang terjadi beberapa waktu lalu tapi belum terjelaskan.

Tapi aku tidak tertarik untuk membicarakan manusia yang jadi penyebab polemik ini. Well, dia gak worthy untuk muncul di postinganku. (halaaahhh)

kali ini aku ingin bercerita tentang mereka, Hikari, Venus, Phei-phei, dan Langit.

Hikari, tentang laki-laki yang mengecewakan karena janji yang hanya dalam teori tapi tak ada realisasinya.
Venus, tentang seseorang yang telah cukup lama pergi namun masih meninggalkan bekas yang yang kadang menciptakan kegalauan tersendiri.
Phei-phei, tentang seseorang yang membuatnya lelah bersikap aktif tanpa ada kejelasan.
dan Langit, tentang luka yang pernah ada dan keraguan untuk memulai lagi.

"mungkin belum saatnya kita pacaran," kata Langit menepuk pundak Hikari.
"hmm,, mungkinlah. Belum ketemu yang tepat aja kali ya," tambah Hikari sambil nyeruput capuchino dingin di depannya.
"Ya, mungkin kayak gini. Bukan pacaran tepat waktu, tapi pacaran di waktu yang tepat." Langit pun ngikut nyeruput capuchino yang udah mulai abis.
"Apa maksudnya pacaran tepat waktu?" tukas Venus yang baru balik dari toilet.
"Hm, ada gitu pacaran tepat waktu?" tanya Phei juga.

"Maksudku, pacaran tepat waktu itu, ya pacaran di umur yang udah wajar." Langit mulai menjelaskan.
"Banyak orang yang mikir umur yang udah kepala dua itu waktu yang tepat untuk pacaran. jadi orang pun banyak yang pacaran di awal duapuluhan, belasan malah. Karena ngerasa pacaran di umur segitu udah tepat waktulah sama apa yang dipikirin orang," jelas Langit lagi.
"ooh,,tapi sebenernya kan bukan tepat waktunya. tapi tepat orangnya." tambah Venus.
"yak, terlebih lagi di waktu yang tepat." tambah Langit lagi.

waktu yang tepat. waktu yang memang kita udah siap untuk menerima orang lain masuk dan jadi bagian dari hati kita. Kau mungkin merasa ketika seseorang menyatakan cintanya, maka itu sudah waktunya untuk memulai suatu hubungan. Tapi apa bener itu waktu yang tepat ? Mungkin aja besok kau akan berantem, dan jambak-jambakan sama pacarmu. Jadi untuk memastikan waktu itu adalah waktu yang tepat, tanyakan pada hatimu.
Apa kau memang sudah butuh orang lain sabagai pacarmu ?
Apa kehadirannya tidak hanya akan membuatmu galau ?
Apa dia orang yang pantas untukmu ?
dan yang jelas, apa kau memang mau pacaran ?

yak, tanyakan itu pada dirimu.
jika semua jawaban itu adalah iya, maka kau sudah bisa ciptakan waktu yang tepat untukmu.

"Right time, with a right man" ucap Hikari singkat.
"yak,, waktu yang tepat, orang yang tepat." tambah Phei.
"Mr. Right, ..... hmmm.." Langit berucap dengan sedikit tanda tanya dan memandang teman-temannya itu.
"Kayak mana Mr. Right itu menurut kalian ?" tanyanya.
Venus, Hikari dan Phei menatapnya dan menunjukkan tampang berpikir.
"Menurutmu Phei ? Mr. Right yang kau mau kayak mana ? ya, tipe seorang Mr. Right idealmu lah." tanya Langit yang diiringi seluruh pandangan tertuju pada Phei.
"hm, dewasa, bertanggung jawab, yang mau beraksi untukku, yang berani juga sama keluargaku." jawabnya.
"ooohh,,, ya ya,, kalo kau Hikari ?"
"sama sebenernya sama Phei. Dewasa, bertanggung jawab, terlebih lagi sama kata-katanya, jujur, berjuang juga untukku." ucap Hikari sambil membenarkan posisi kaca matanya.
"nah kalo kau ? wahai Venus.."
"kayak mana yah boi, kalo aku, aku mau orang yang bisa ngimbangi kegilaanku." jawabnya.
"ha ? kegilaan ? berarti aku harus cari di Mahoni ?" goda Langit.
"Gak gitu.. kau pernah baca Veronica Decides to Die gak ?"
"enggak,, buku apa tu ?"
"gini, itu buku tentang seorang perempuan, namanya Veronica. yang punya banyak kawan, tapi dia justru ngedapetin perasaan dimengerti itu dari seorang laki-laki pengidap schizhophrenia. orang yang punya kehidupan sendiri dalam pikirannya. Veronica justru bisa dapet perasaan cinta yang dalem dari orang ini daripada orang-orang waras di sekililing dia." jelas Venus.
"tapi kau gak niat pacaran sama orang dengan penyakit itu kan ?"
"ya enggak,, aku cuma mau orang yang bisa ngimbangi kegilaanku, kesukaanku, dan yang pasti dia yang juga bisa jadi sahabatku." tambahnya lagi.
"hmmm.."
"nah kalo kau ? apa ?" Hikari balik tanya ke Langit.
"Aku, yang sayang sama aku apa adanya. yang gak nilai aku dari tampilan fisik dan apa yang aku pakai. laki-laki yang walopun aku pake jeans robek-robek, baju lusuh, dengan keadaan yang makin gemuk, tapi dia masih mandang aku dengan pandangan sama, dan bilang, 'kau tetap cantik'," jawab Langit dengan senyum.
"haha, sulit." Hikari merespon.
"yak, betol. Kebanyakan cowok itu nengok cewek ya dari fisiknya." tambah Phei sambil ngutak-ngatik ponselnya.
"hmm, dan ujung-ujungnya kalo gak suai lagi ya gitu, menyakitkan sajalah." Hikari.
"kayak bukunya Paulo Coelho. yang the zahir. 'kalau tidak ingin menderita, jangan mencintai'," ucap Venus yang memang penya koleksi buku dari penulis ini.
"wah, agak ekstrim tuh" Langit mulai menyela.
"gini, kalo mencintai, artinya kita memperhatikan, memikirkan, dan kalo yang terjadi gak sesuai sama apa yang dipikirin ? menderita kan ?" jelasnya.
"iya juga sih." Phei membenarkan.

"tapi bukannya cinta itu kebutuhan ?" Langit mulai mempertanyakan kata-kata sahabatnya itu.
"iya memang. Tapi bukan berati kita tetap harus memenuhi sesuatu yang malah bikin kita sakit kan ? dan yang pasti, jangan kita yang beraksi, tapi mereka lah yang harus beraksi." ucap Venus sambil nyeruput capuchinonya hingga tetes terakhir.
Mereka diam, memikirkan apa yang udah dibilang Venus.
"bukan kita yang ngejar maksudnya?" Phei ambil suara.
"yak, bener, karena kalo kita ngejer, kita cuma liat punggungnya. Kita harus lari lebih cepat untuk bisa liat wajahnya. Dan itulah orang yang disebut pacar dan gak berasal dari hubungan persahabatan" ucapnya.
"karena sahabat, itu orang yang jalan disebelah kita. bukan di depan kita. itu makanya aku pengen nikah, someday, sama sahabatku aja. Karena sahabat itu tidak menyakitkan. dan sahabat itu gak akan ninggalin kita karena kita berubah" tambahnya.
"iya ya, dan sahabat itu bisa dengan mudah kita tatap, kita cuma perlu noleh untuk bisa mandang dia. Dan yang pasti, gak perlu dikejar karena dia ada di sebelah kita." tambah Langit.

"Jadi, Mr. Right itu sahabat ?" tanya Phei cari kesimpulan
"bisa jadi." jawab Venus.
"karena sahabat bisa aja jadi pacar. Tapi pacar, belum tentu bisa jadi sahabat kan?" tambahnya.
"tapi males ah kalo cari pacar dari golongan sahabat" Hikari menimpali. Semua mata tertuju padanya dengan wajah penuh senyuman paham. ya, joshi juga sahabatnya.
hmmmmmm...

"ya, mungkin gini. Right Man on the right time, mungkin adalah dia yang selama ini nangkring di Right (sebelah kanan) kita," tandas Langit disertai dengan senyuman teman-temannya.

#berbincangwith al-galauiah
salam gadis.

Jumat, 01 Juli 2011

'tong sampah'

Postingan ini tercetus dalam pikiranku saat sedang memforum bersama venus, my partner in crime di kampus dan di belantara dunia kegalauan.

Tong sampah,
ya, tong sampah,
tapi ini bukan tentang tong yang jadi tempat pembuangan sisa-sisa makanan, bungkus bekas, dan limbah lainnya. dengan bentuk yang bermacam-macam dan aromaterapi yang bermacam-macam pula.
bukan, bukan seperti yang diatas ini.

Tong sampah adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan orang yang sering menjadi pendengar dan penerima cerita, kegundahan hati, dan problematika kehidupan yang dialami orang lain.
Disebut 'tong sampah', karena apa yang ia terima merupakan hal yang mengganggu, uneg-uneg dan kisah yang tidak diinginkan kejadiannya.
Sama seperti sampah, permasalahan juga harus diselesaikan hingga kemudian dapat dibuang.

Aku sedang berada di depan Venus, seorang temanku yang sering menjadi 'tong sampah' teman-temannya. begitupun kali ini, saat sedang asik membahasproblematika yang dia alami padaku, ponselnya berdering. Seorang temannya di seberang sana sedang mengalami masalah.
Dengan seksama ia dengarkan tiap ucapan temannya itu. Mimik wajahnyapun berubah seiring dengan kisah yang semakin dalam diceritakan. Ada banyak saran yang ia berikan. Baik secara psikologis, keluarga, maupun agama. Wajahnya pun semakin serius menanggapi tiap permintaan saran dari temannya.

Beginilah orang yang disebut 'tong sampah' atau temapat curhat itu. Walaupun memiliki permasalahan sendiri, sebisa mungkin selalu siap bila dibutuhkan. Bahkan terkadang ia lupa, bahwa dia sendiri juga memiliki masalah yang pelik dan juga butuh orang lain.
Kalau kupikir-pikir, ada hal yang membuat ketenangan tersendiri dalam jiwa ketika bisa ikut menyelesaikan permasalahan orang lain. Bahwa kita masih memiliki tempat tersendiri sebagai orang yang selalu memiliki saran dan waktu melayani tiap curahan hati orang lain.

Saat menjadi 'tong sampah', aada hal yang kupelajari. Bahwa kita dapat belajar dari tiap permasalahan yang dialami orang lain. Kita mungkin tidak mengalami hal itu, tapi ketika kita bisa membantu menyelesaikan masalah itu, berarti kita sudah membuat suatu skema usaha preventif  jika suatu hari nanti kita mengalami masalah serupa.
Terkadang orang-orang sering lupa bahwa tiap tong sampah juga memiliki sampahnya sendiri. Walaupun terkadang si 'tong sampah' lupa akan masalahnya sendiri.

Sampah yang dimiliki oleh si 'tong sampah' ini akhirnya diberikan pada TPA. Yak, benar sekali, tempat pembuangan akhir.
TPA inilah yang menerima sampah dari si 'tong sampah'. Karena sebisa dan sehebat apapun orang membantu menanggulangi masalah orang lain, dia juga membutuhkan orang lain untuk membantu menyikapi masalahnya sendiri.

TPA inilah yang menjadi tempat penyaluran curahan hati dari si 'tong sampah'. Biasanya orang yang mendengarkan curahan hati dari 'tong sampah' tidak lain adalah 'tong sampah' juga. (sumpah ini bahasa ribet bener).
seperti halnya aku yang sering mendengar curhatan orang, aku juga menceritakan kegundahan hatiku pada Venus. Begitu juga sebaliknya. Bahkan terkadang ketika ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, maka kami akan berdiskusi, mencari cara yang terbaik untuk membantu orang tsb.

dan ketika berbagi itulah, aku menemukan sisi lain dari tiap orang. Sebuah sisi kehidupan yang mungkin tidak semua orang ketahui. Begitu banyak pembelajaran yang didapat hanya dengan mendengarkan, menyarankan dan ikut menyelesaikan masalah orang lain. Dan seseorang hanya dapat menjadi 'tong sampah' jika bersedia mendengarkan tiap keluhan dan cerita orang lain.

tapi, hal penting yang harus diingat saat menjadi 'tong sampah' ialah, semewah, sebesar dan sehebat apapun kau menjelma menjadi 'tong sampah', kau harus jadi tong sampah yang berlubang.
berlubang, agar tiap masalah yang kau terima tidak membuat memori dan pikiranmu penuh. Karena kau juga memiliki masalahmu sendiri.
karena sehebat apapun orang mampu menjadi seorang pendengar, dia juga membutuhkan orang yang bersedia mendengarkannya.


sekian.
salam gadis.