Semua berawal dari kata-kata.
Bukan sentuhan ataupun tautan yang bertemu tiap hari saat mata berpandangan.
Ada bayangan muncul dalam kolam ikan yang hampir musnah karena badai semalam.
Aku lihat pohon kelapa tumbang, disampingnya berdiri perempuan bermata cokelat seperti ingin terbang.
Bercak darah dari tangannya menggenggam belati bercampur bau melati.
Dia tak pernah peduli, pada dunia yang telah lama ia tinggali.
Kesenangan palsu tertanam dalam, sedalam hatinya, kemudian beku.
Senyumnya membunuh, tak perlu pandangi hingga habis waktu.
Untuk kesekian detik dalam hidup palsunya, mencari celah dari hati hati padat bermuka dua.
Cibiran tersembunyi di senyum manisnya, belatipun siap memotong tiap nadi yang datang mengganggu.
Perempuan bermata cokelat, ada bekas luka di pipinya.
Lebam seperti pertikaian semalam.
Dia tetap tak peduli, tak pernah ambil peduli.
Langkahkan lagi kaki yang telah membuatnya berlari kemudian hampir mati.
Ada hidup palsu yang harus dia hidupi.
Biarkan orang-orang bodoh terpenjara dalam santun kata dan bahagia ceritanya.
Biarkan mereka tau, segala hal yang palsu.
Dia tau, hidupnya, bukan untuk mereka.
Manusia yang hanya inginkan nyanyian indah dan derai tawa dalam hidupnya.
Mereka, manusia yang tak pernah tau dalam luka yang tertanda pada jiwanya.
Dia tak kan pernah bercerita,
dalam kisahnya, hanya ada dia.
Beriring cerita palsu, untuk mereka yang tau bagaimana menjalani luka itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar