Headphone bernyanyikan lagu-lagu keras kerap menggantung di telinganya.
Saat itu, dia larut dalam dunianya sendiri.
Jangan pernah panggil, sentuh pundaknya, dia akan menghampiri.
Rautnya datar, seperti tak pernah peduli.
Cobalah dengar dia bicara, saat itu semua berubah.
Tawa yang selalu terlahir dari kalimat-kalimat gilanya.
Kekonyolan dibalut wajah datarnya, aku pun cuma bisa tertawa.
Si muka datar ini, siapa namanya.
Aku masih memikirkan panggilan khusus untuknya.
Dan entah kenapa hal ini menjadi harus.
Seorang teman yang mulai faham lalu mengambil parhatian sejurus.
Memaku disebelahnya,
perhatikan tiap derap nafasnya.
Wajah serius pandangan pada buku di tangannya.
Sesekali tersenyum, memandangku sekilas, lalu asik lagi dengan dunianya.
si Muka datar ini, selalu buatku tertawa seperti gila.
bahkan tak faham kenapa bisa jadi gila.
Siang itu, setelah mengganggunya lagi.
Berbincang dengannya, kali ini tidak tenang.
Kali ini dia bicara dengan bahasanya, santun tertata.
Kemudian berjalan beriring, tangannya padaku, lembut.
Aku hanya bisa tertawa, seperti gila.
kepada Si Muka datar pencipta tawa dalam hariku,
biarkan aku mencubitmu sampai sehari.
atau menggelitik tubuhmu sampai kau minta ampun lalu merintih, dan tertawa lagi.
Muka datarmu, entah kenapa, bisa membuatku rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar