Apa yang lebih menyesakkan daripada berada di smooking room, sementara kau sendiri nggak merokok?
Berada pada posisi mencintai seseorang yang jelas-jelas tidak pernah mencintaimu.
Sesaknya melebihi asap nikotin.
Barangkali pun melebihi asap angkutan umum yang sudah bertahun-tahun menempuh ribuan kilometer.
Suatu hari pada satu titik kau menduga rasamu telah mati.
Namun ingatan terus menghidupkannya kembali.
Apa yang susah?
Mencintai tapi tak berbalas sama sekali.
Ah, hei, luka mungkin terasa menganga.
Tapi saat itu terjadi, kau bisa apa?
Padanya pernah kau beri rasamu sepenuh jiwa.
Kemudian kau tak sadar diri, tak ada dirimu di hatinya.
Kau tau apa yang lebih menyedihkan daripada mencintai seorang sahabat sendiri?
Saat kau adalah orang yang ia kenal, lalu kemudian benci karena rasamu.
Kau tau rasanya?
Aku tau.
Perih.
Aku dengarkan beberapa tembang dari seorang penyanyi luar negeri, yang lagu pertamanya sangat kubenci.
Beberapa daftar berikutnya, membuatku teringat akan mu.
Aku benci, jika tau aku masih seperti dulu.
Merindu, mencinta pada cinta yang tak pernah memberi cinta kembali.
Seperti seorang perempuan malam yang tak tau malu. Kau buat aku.
Aku tidak pernah ingat, apa alasan terbesarku menaruh rasa ini pada ragamu.
Tidak ada, mungkin, atau terlalu banyak, hingga aku pun tak lagi paham.
Ah, dirimu.
Bahagialah kamu.
\
Di tempat ini, semua orang sudah sibuk dengan kerjanya,
Kecuali aku, dan kenangan tentang kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar