Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Jumat, 31 Januari 2014

Happy B'day February You

Happy birthday, kamu. Iya, kamu yang berulang tahun di awal bulan ini..
Selamat ulang tahun ya Hensem-nya aku..
Selamat menempuh umur baru..
Semoga sehat dan stabil dan selalu.

Kenapa?
Kau kaget ya, aku bisa nulis surat cinta ini untukmu? Kenapa harus kaget? Bukankah hidup ini memang selalu penuh dengan kejutan? Surat ini salah satunya.
Aku teringat pada ulang tahunmu, itu yang membuatku ingin menuliskan ini untukmu. Hensemnya aku..

Umurmu berapa sih sekarang?
24 ya? Waaaahhh, udah cukup tua sih untuk tetap sendiri. Nggak berminat punya pasangan hidup?
Aku yakin ada perempuan yang cukup khilaf untuk kau jadikan istri,, hehehe, aku bercanda kok ini.
berapa pun umurmu, semoga tetap terasa seperti 17 ya.
Supaya semangat itu tetap ada dan nggak luntur karena waktu. Gitu.

Ohiya, kudengar kau sekarang kerja di salah satu stasiun televisi ya?
Waaahh,,..
Jurnalis tetap menjadi jurnalis ya.. Good..
Semoga tetap menjadi informan yang bagus untuk masyarakat..

Btw, apa sih doamu di umur yang sekarang?
Jangan bilang kau pengin punya pendamping hidup yang tetap? Cewek yang kemaren apa kabar?
Hehehehe...

Ahhh, udah ah... terlalu panjang ceritaku untuk ulang tahunmu, nggak bakal bikin kita bisa kembali seperti dulu kok.. #okeiniabsurd

Sekali lagi, Happy birthday February You!
Many happy returns..

xoxo
Your Prity
:D

Senin, 20 Januari 2014

What Makes 23 Perfect

Sebelumnya, Selamat ulang tahun gadis!
Happy b'day, be happy! and many happy returns

Hari ini, tepat udah 23 tahun aku berada di Bumi Tuhan.

Iya, hari ini, hari ulang tahunku. Kali ini, jauh dari keluarga, tapi dekat dengan keluarga ke dua dan ketigaku.
Banyak hal yang mampu membuat umur ini sempurna.

Well, baiklah.
Januari, mungkin bulan yang cukup menguras emosi.
Bulan ini aku harus dihadapkan dengan kehilangan benda berkartu yang biasa kubawa.
Dimbil tangan lain. Yang sialnya adalah teman sekamarku sendiri.
Ya, aku memang harus mulai belajar lebih hati-hati.

Umurku masih 23 tahun. Insyaallah masih panjang waktu untuk berbuat lebih baik.
Untukku, untuk orang lain juga.
Di umur ini, rasanya sempurna.
Sempurna dengan caranya sendiri.

Diumur ini, ibuku menikah.
Satu hal yang memungkinkannya khawatir karena anak gadisnya yang paling rieuh ini belum kunjung punya pacar.
Berbagai alasan kuat aku perlakukan. Masih enak sendiri dan nggak bisa membagi waktu antara menyayangi orang tua dan pacar ada lah yang utama.

umurku sudah 23. Kok rasanya udah tua ya? ah itu mungkin perasaanku aja.
di umur ini, ada banyak destinasi yang ingin aku tuju.
Membahagiakan mereka, adalah yang utama.

Hari ini, aku pun bertambah tua.
di kubikelku tempat paling biasa aku menulis, ada cake oreo dihias sebatang lilin dan sebuah kado dari teman-teman sekantor.
Iya, sekantor, bukan sekampus. Jelas, kan udah kerja. Iya, aku mulai merasa menua.
Tapi 23 selalu berasa 17..
Semua perkara sudut pandang kan.

sehat, sehat, sehat, adalah doa utama di usia ini.
hingga selanjutnya kebahagiaanku dan keluarga jadi daftar berikutnya.
Cinta punya tempat, tapi mungkin ada di baris sekian, setelah aku sadar aku butuh cinta.
Ah,

Aku ingat, tahun lalu, hadiah di umur ke 22 adalah doaku akan kita, dulu.
Saat kamu pegang b'day cake di malam hari dengan mencoba sedikit demi sedikit creamnya.
"Selamat ya, semoga bisa dapat yang lebih baik,"
Damn! aku masih aja ingat dengan katamu.
Lumuran kopi dan tepung, meramaikan badanku hari itu. Melelahkan, dan membahagiakan.
Saat bersama-sama dengan para pembuat cahaya.

Late nite b'day party pun datang dari keluarga keduaku.
Rainbow cake dan doughnut jadi santapan malam ini, setelah aku hampir tertidur dengan Monsters University di laptopku.
Kehebohan manusia-manusia absurd ini pun selalu membawa keindahan tersendiri.

Ah Tuhan, aku bahagia dengan usia yang sepanjang ini Kau beri.
Ijinkan aku untuk mengisinya dengan kebahagiaan dan abdiku padaMu.
Dengan segala daya dan upaya untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Dan kemampuan untuk mengabulkan keinginan terbesar perempuan paling kucintai seantero bumi.

Di 23 tahun ini. Aku masih tak bersama kekasih.
Mungkin hanya Kau yang tau, mengapa sampai saat ini kumasih sendiri.
Kepada 23 yang akan kujalani kedepan, singsingkan lengan baju dan derap tetap menuju kebaikan.

23 inipun terasa seperti 17...

Rabu, 15 Januari 2014

waktu itu

Aku ingin bicara pada waktu, yang pernah mempertemukan kita dulu.
Kepadanya aku ingin mengadu.
Tiap-tiap waktu bersamamu dulu.
Dan kepadamu, cinta-cinta ini pernah terjatuh.

Waktu pun semakin bertaring.
Dalam tiap rengkuhanmu, aku tak mampu berpaling.
Di waktu denganmu, aku ingin selalu beriring.
Dalam dingin, dalam hampanya hati ini mengering.

Waktu mulai berbohong.
Aku bahkan tak dapat melupakanmu, hingga saat ini.
Waktu pernah berkata, hati ini akan sembuh pada waktunya.
Waktu mulai menipuku, hati ini masih dimilikmu.

Aku ingin berbincang pada waktu.
Pada tiap cerita yang tak pernah kita ukir waktu itu.
Lalu aku pun mulai mencari, entah kemana harap itu pergi.
Dan waktu pun, terus berlalu.

Ah andai tiap waktu-waktu itu bisa kubenahi,
dengan tiap skenario cerita yang kuingini.
Mungkin waktu ini tak seperti ini.
Kaku menggilai, lalu berhenti.

Waktu itu, saat kubilang aku mengasihimu.
Waktu itu bohong adalah lagu.
Aku tak pernah mengasihimu seperti dulu.
Aku sangat-sangat mengasihimu, hingga detik ini menyatu.


Senin, 13 Januari 2014

Aku mencintaimu seperti biasa

Aku mencintaimu seperti biasa.
Sebiasa aku menyapamu di pagi hari, tapi kau diamkan.

Aku mencintaimu seperti biasa.
Sebiasa aku memandangimu di antara celah jendela, dan kau tak merasa.

Aku mencintaimu seperti biasa.
Sebiasa aku mengajakmu bicara, tapi tak kau hiraukan.

Aku mencintaimu seperti biasa.
Tak pernah berubah, masih seperti biasa.
Mendamaikan rasa dalam dada, berujung pada lara.
Seperti biasa, kau hanya diam, tak berkata.

Aku mencintaimu masih seperti biasa.
Sebiasa album foto lama penuh kenangan yang mulai merapuh.
Bersamamu, hati ini pun terlanjur luluh.
Haru bersama peluh pelukmu waktu itu.

Aku mencintaimu, seperti biasa.
Sebiasa aku membuka mata saat mentari menari di pelupuk sana.
Sebiasa aku, menyeduh secangkir teh pahit, segetir cerita kita.
Seperti biasa, sebiasa cinta kita, yang tak pernah jadi nyata.


Minggu, 12 Januari 2014

Cinta Kadang Bekerja Secara Misterius

Ada yang bilang, cinta bekerja secara misterius.
Kau nggak akan pernah tau kapan dia datang, kapan dia mulai menyapa, dan kapan dia mulai menenggelamkanmu pada indahnya nada dari tiap alunannya.
Dan ini lah yang terjadi pada, ah sebut saja namanya Mawar.
Damn it! aku paling malas ngasih nama alias yang beda.

"Dan! ayok ngopi, ada yang mau aku ceritakan" begitu kalimatnya ketika pertama kali kutekan tombol jawab di henponku.
"Ngopi? jam segini?" Udah jam 7 malam, pas setelah maghrib, kawanku yang paling absurd ini nelfon.
"Iya, nggak ada waktu yang pasti untuk kopi, ayolah.."
"But I got some articles here, bentar lagi deadline."
"Fu*k your deadline! ayolah, I need you..please please please..."
"Heh mulut!! kebiasaan! Iya bentar, dimana?"
Aku langsung arahkan motorku ke coffee shop yang disebutkannya, untungnya udah sering kesini, jadi nggak perlu waktu lama hanya untuk ngapalin jalan.
Perempuan berkaus minion itu pun tersenyum girang, pas. Mirip sekali dengan tante-tante girang yang baru ketemu brondongnya.

"Heheheh, makasih udah datang, ayok dipesan, I treat deh kali ini."
"Ada apa sih? segitu hebohnya."
Satu gelas iced latte pun terhidang nggak lama setelahnya, dan dia, start giving me a surpise story.

"I'm in love, D" katanya memulai cerita
"hm? in love? sama?" kataku directly.
"Aku gak tau harus mulai dari mana. Kami.. kenal baru beberapa hari. dan dia itu..."
"Tunggu! beberapa hari? tepatnya?"
"Kami cuma ngobrol selama satu jam sih, tapi,"
"Kau nyuruh aku malam-malam kesini, untuk dengerin jatuh cintamu sama orang yang baru kau ajak ngobrol satu jam? kau gila!"
"Heh, denger dulu."
"Nggak ada yang perlu didenger dari obrolan sejam. Hell yeah, kau segitu desperatenya yah sampe sejam pun udah bisa jatuh cinta."
"Nggak gitu Dan, coba kau ketemu sama dia, kau pasti bakal ngerti kenapa aku bisa in love sama dia,"

Latte art bentuk daun itu pun udah mulai kutenggak tanpa anggun, Ah yang benar aja, jatuh cinta hanya dengan obrolan sejam? Cinta macam apa itu!

"What makes him special?" tanyaku mulai mencermati
"The way we talk, laugh, the way he listens to me. All of it, bikin nyaman, Dan. Aku yakin kau juga pernah ngalamin itu kan."
"Iya, pernah, tapi nggak dalam waktu sejam."
"Jadi gini, aku ketemu dia, di exhibition gitu, pameran foto yang di***** , tau kan?"
Well, pameran foto itu rupanya, memang sempat tau infonya tapi nggak kesana, pameran foto ya, apa jangan-jangan fotografer..

"Pameran foto, dia fotografer?"
"Bukan. Dia kerja di bidang IT,"
"Teknisi komputer?"
"Bukan, hampir mirip sih, tapi bukan,"
"Oh, kalau gitu, abang-abang jaga warnet?"
"Eh! nggak yah! emang kalau udah ngurusin IT bakal jaga warnet apa!"
"Ya lagian, dia itu siapa?"
"Waktu itu, dia ikutan pameran juga sih, sampingannya motret memang, tapi basically, dia kerja di IT dept gitu di perusahaan yang kau mau lamar kemaren lho," jelasnya.
Perusahaan yang mau aku lamar... ahhh... iya, perusahaan minyak...

"Ohh, terus, what makes you fall for him, by the way?"
"Pernah nggak sih kamu ngerasa nyaman gitu aja sama orang yang baru pertama kali ketemu? asik aja ngobrol, kayak kalian udah kenal bertahun-tahun. Ngalir semuanya, akrab, padahal kalian baru ngobrol selama sejam."
"hmmm, terus?"
"Itulah yang terjadi sama kami."
"Dia single?"
"Hmmm, nggak, dia udah punya pacar."
"Mati. Jauhin! pedekate kok sama pacar orang."
"Dengerin duluuuu. Dia memang punya pacar, tapi pacarnya ini beda keyakinan sama dia."
"Oh, maksudnya, si cowok ini yakin kalau dia ganteng, tapi si pacar nggak yakin, gitu?"
"Dana! serius ah."
"Ha, terus lanjut deh.."
"Dia memang udah punya pacar, tapi beda agama, inget ya, beda agama. Jadi bakalan susah nemuin ujungnya sih. Terus, dia memang pada dasarnya, hampir sama kayak aku, punya prinsip kebebasan. Selama belum menikah, bebas untuk menjalin romansa dengan siapa saja."
"Yap! dan ketika sudah menikah, bisa sangat merindukan kebebasan yang berujung pada malapetaka rumah tangga. Ah, lagu lama."
"Jangan gitu dong, Dan. Doamu jelek bener."
"Nggak ada yang lain apa? Kenapa harus pacar orang, ya walaupun mereka beda keyakinan, pacar orang kan tetap pacar orang."
"Iya sih, tapi gimana ya, aku nyaman, dia juga."
"Dia juga? Emang dia bilang gimana?"
"Hmm, Mawar, cinta itu, kadang bekerja dengan cara yang misterius. Kita nggak akan pernah tau kapan dia bakal datang. Kayak kita berdua sekarang, Aku nggak pernah tau kalau bakal ketemu kamu disini. Dan aku juga nggak tau kalau kita bakalan bisa saling mengasihi. Cinta itu, kadang hanya untuk dinikmati, bukan untuk dipertanyakan. Gitu katanya."
"Tumben lu hapal sama omongan orang," ketusku.
"Kali ini beda, aku suka banget sama kalimatnya, romantis."
"Ya, romantis dan jadul."
"Kok kau nggak ada dukung sama sekali sih Dan, dari tadi? katanya temen, kalau cuma untuk dibully gini, ngapain juga aku ngajakin kamu ngopi."
"Gini deh Ma, dengerin ya. Cinta itu memang bekerja secara misterius. Kadang bikin senang, kadang bikin gamang. Paling parah, kalau kau nggak siap untuk nerima efek buruknya. Jatuh cinta nggak salah kok. Yang salah itu, kalau kau jatuh cinta sama orang yang gak seharusnya. Masih banyak kok di luar sana yang single dan lebih kompeten untuk dipacarin, dari pada pacar orang." Aku teguk lagi latte dingin yang es nya mulai mencair.
"Aku nggak marah kok kalau kamu jatuh cinta sama dia, jatuh cinta itu normal. Beneran, aku juga pernah jatuh cinta. Tapi obrolan sejam, dan hanya kenal beberapa hari, nggak cukup untuk dijadikan pedoman, kalau cinta itu ada diantara kalian. Siapa yang tau kalau sebenarnya dia lagi galau dan butuh teman, dan kebetulan dia ketemu kamu. Gimana?"
"Iya sih.. Tapi kan..."
"Jatuh cintalah, hidup ini bakalan hampa bener pun kalau tanpa cinta, tapi bukan berarti jatuh cinta bisa sembarangan. Beda kasusnya, kalau kamu cuma mau cari hiburan semata. And no love involved. Ya silahkan."
"Maksudnya? maksiat?"
"Maksiat kepalamu! Bukanlah."
"Terus? kalau gitu apa dong?"
"Kalian saling nyaman, tapi untuk jadian itu bakal jadi hal yang imposible, so, kenapa kalian nggak menikmati kebersamaan antara kalian berdua aja? Sometimes love doesn't need a relationship. Sometimes, it just needs two people feel comfort. Ya toh?"
"Iya, sih.. "
"Tapi inget, jangan terlalu libatkan hati, kalau kamu memang cuma ingin menyenangkan diri. Kalau hatimu juga ikutan, bisa-bisa kamu yang bakalan sakit."
"Tapi apa dia juga ngerasa hal yang sama?"
"Tanyain dong, masa gitu aja nggak bisa."
"Nanya langsung? ah malas ah.. malu aku. mending telfon aja."
"Eh, sebaik-baiknya komunikasi, adalah komunikasi temu muka. Sarjana komunikasi kok gitu aja nggak ngerti."
"Hehhee, but thanks ya, untuk cinta yang bekerja secara misterius-mu tadi. Nggak salah punya temen kuli tinta,"
"Babi!!"

Cinta, kadang bekerja secara misterius. Tapi jalurnya, masih bisa dilihat.
Cinta itu nggak segelap bayangan dan masa lalu.
Hanya saja, beberapa orang menganggapnya begitu.
Saat cinta menyapa, kau bisa apa?
Tapi biar begitu, letakkan teguh logika.
Agar tak sakit kau nantinya..
Logikakan cinta, selogika rumus matematika.
Kalau kau tak bisa. hmm, matilah.



Medan, 13 Jan 2014
Saat kembali membuka history chat dengan seorang teman.

Senin, 06 Januari 2014

Kadang Cinta Adalah Jawabnya

Cinta, kadang bisa jadi jawaban untuk segala tanya.
Kadang.
Lalu cinta ada untuk selalu ditanya, apa benar, cinta itu ada?
Hingga kemudian, nyata pun ada, dan cinta itu mulai menyapa.

Seorang teman pernah bertanya, bagaimana bisa aku melukiskanmu dalam rangkaian kata yang begitu indah.
Kau memang indah, jawabku.
Tapi satu sisi dalam hati, mengiyakan tiap jengkal cinta untukmu.
Adakah rasa itu masih tertinggal?
Tanya lain mulai menyala.
Aku ingin mengangguk, tapi bagaimana jadinya, hati ini sudah lama tak terketuk..

Kadang cinta bisa jadi jawaban untuk setiap tanya yang ada.
Kadang.
dan ketika itu, aku pun hanya mampu menatap ke arah hujan dan menutup mata.
Dalam derap tiap harap.
Ada namamu disana, terpatri rapi, sangat rapi.

ah, sudahlah..
berpuluh minggu sudah tak ada lagi sapa hangat.
terbiasa sudah lara ini pun mengendap.

Kepada seorang sahabat, yang kepadanya hati ini pernah tertambat..
Bahagia padamu, pada tiap senyuman hangat, dan memohon padaNya agar kau selalu sehat...