selamat datang di dunia Dhana
Apa kamu sudah bersyukur hari ini?
Hari ini, 13 Agustus 2012 tepatnya hari Senin, dan sekalian minggu terakhirku magang di Media Indonesia.
Ada banyak yang bisa kupelajari disini, apalagi di divisi Weekend, tempatku magang dan bikin berita.
Belajar bagaimana penulisan berita yang bener dan menarik, bagaimana caranya menggali informasi dari narasumber.
Aku pernah bikin kesalahan yang cukup fatal, berkaitan sama konsernya John Mayer di Jakarta yang ternyata gak jadi. Ditegur karena akhirnya bikin salah, iya, down juga, tapi semua terobati dengan dua tulisan utama yang dipuji karena konten dan penulisannya yang bagus.
Pada akhirnya, kadang manusia harus bikin salah untuk tau mana yang bener.
Hari Minggu semalam aku sama kawan-kawan yang magang di Jakarta liburan ke Dufan, iya, akhirnya aku berani naik Halilintar dan Kora-kora, akhirnya.
Walaupun berakhir dengan muka pucat dan perut mual, akhirnya aku berani ngelawan rasa takutku sendiri dan buktikan kalau jantungku masih cukup kuat.
Pulang dari Dufan, seorang Editor yang ngurusin halaman Move dan Media Anak, halaman yang paling sering memuat tulisanku, nelefon.
Awalnya agak males ngangkat telefonnya, dengan pikiran "Ini kayaknya disuruh liputan lagi ni, kan aku udah mau kelar, masa mesti liputan lagi,". Memang seharusnya hari Minggu aku masuk karena Sabtu aku udah ambil libur, tapi karena capek dihempas beberapa wahana jadi bikin males untuk ngantor,
tapi pada akhirnya kuangkat juga telefon dari Mbak Dipi.
"Dana, kamu hari Minggu memang udah jadwal masuk kan karena kamu ambil libur hari Sabtu?" itu katanya.
Beliau jelasin liputanku berikutnya adalah tentang kanker anak, bertempat di daerah Slipi.
Gak tau kenapa, waktu pertama kali denger tentang anak penderita kanker, langsung muncul pemikiran kalau ini bakal jadi liputan yang beda dari liputan kemaren-kemaren.
Hari Minggu sore, aku sama Juju ke lokasi liputan. Letaknya di Jalan Nelli Murni blok A no.110, namanya rumah Anyo.
Pertama kali masuk ke rumah ini aku disambut sama genggaman seorang anak kecil yang aku belum tau namanya."Kakak, baju aku cantik kan?" itu yang dia bilang sambil memamerkan gaun putih bak pengantin cilik, lengkap dengan bandana putih di kepalanya.
Aku langsung nemuin Ibu Pinta, pengurus tempat ini. Orangnya ramah, dan bersahaja. Kata-katanya juga berwibawa, sambil keliling rumah ibu ini juga cerita banyak tentang anak-anak di rumah ini.
Rumah ini diisi sama 24 anak, kesemuanya adalah penderita kanker.
paling muda ada yang umurnya 4 tahun dan yang paling tua 14 tahun. Rumah ini adalah rumah tinggal bagi anak-anak penderita kanker yang sedang menjalani rawat jalan, kebanyakan dari mereka datang dari luar Jakarta.
Rumah ini disusun rapi dan ceria, banyak gambar bunga dan kartun. Disini anak-anak juga harus didampingi oleh orang tuanya, dan mereka cuma perlu membayar seharga Rp. 5000 per harinya untuk tinggal disini, dan bebas biaya kalau mereka adalah keluarga yang kurang mampu.
Selesai berkeliling, aku sama Juju gabung sama anak-anak yang lagi ngumpul sambil ketawa-ketawa. Mereka terlihat sangat ceria, walaupun penyakit yang mereka derita bisa mengantarkan mereka ke kematian.
Aku kenalan sama anak-anak itu, yang megang tanganku di pintu masuk tadi namanya Suci, umurnya sekitar 7 tahunan. Dia udah dua tahun menderita leukimia atau kanker darah. Orangnya ceria, pipinya tembem dan memang agak manja.
waktu itu aku mungkin ngajuin pertanyaan retoris paling gak penting ke Suci waktu aku lihat anak yang umurnya sekitar 4 tahun mainin kamera poket, namanya Faiz. "Suci, Faiz juga sakit ya?" dan si pengantin cilik ini pun menjawab dengan kalimat yang bikin aku pengin jitak kepalaku sendiri, "iya kakak, semua anak-anak disini sakit, kalau gak sakit gak mungkin disini kak," katanya. Aku langsung nyengir goblok.
Faiz baru dua hari ada di rumah ini, dia sakit leukimia juga.
Terus ada Siti Julia, umurnya sekitar 11 tahunan, dia menderita kanker mata, dan mata kanannya udah diangkat, iya, dia sekarang hidup dengan satu mata.
Timoty, umurnya 6 tahunan, dan menurutku paling manja dari semuanya, dia juga kena kanker mata, satu matanya udah diangkat dan diganti dengan bola mata palsu.
Hana, anaknya gemuk, mungkin mirip aku waktu masih kecil dulu, dia botak, kena leukimia juga.
Satu lagi ada namanya Noval, umurnya 13 tahun, penderita leukimia, badannya kurus dan aku lihat di bagian lehernya ada semacam bekas luka, tapi waktu aku tanyain ke dia, ternyata itu herpes, sejenis penyakit kulit yang bikin dia suka gatel-gatel. salah satu efek dari penyakitnya dan pengobatannya.
Acara hari ini semacam seminar, ada dokter Edi yang biasa praktek di rumah sakit Dharmais, rumah sakit kangker untuk anak.
Ada banyak ilmu yang kudapat hari itu.
Dimulai dengan presentasi tentang rumah Anyo, dilanjut dengan informasi dari dokter Edi tentang kanker pada anak.
Yang harus sangat dicermati disini adalah, kanker pada anak TIDAK BISA DICEGAH.
Kenapa aku tulis dengan huruf besar semua? karena ini yang paling penting menurutku.
Penyakit ini gak bisa dicegah, agak berbeda sama kanker yang bisa diderita orang dewasa.
Dari presentasinya, dokter Edi menjelaskan kalau kanker pada anak sebenernya bisa diobati dan penderitanya bisa diselamatkan asal kanker tersebut diketahui sejak dini, atau pada stadium awal.
(kayaknya bahasaku mulai formal ini, oke lanjut)
Pada stadium awal artinya saat anak sudah mengalami gejala-gejala suatu penyakit, bawa langsung ke dokter. Hal ini untuk mencegah penyakitnya tersebar ke seluruh badan.
Masalah yang sering terjadi di masyarakat adalah, saat seorang anak sakit, dianggap sebagai hal yang masih sederhana aja penyakitnya.
Dokter ini pun bilang, kadang kita harus negatif thinking dengan mikir ini penyakit udah parah. Jadi pemikiran yang begitu bikin kita langsung siaga dan melakukan penanganan serius.
Ada kalimat yang bikin aku nyengir kuda karena kayaknya memang bener terjadi di masyarakat.
"Malah ada nanti keluarga, yang waktu anaknya diketahui kena penyakit parah kayak kangker ini, justru ngabisin waktu dengan rapat keluarga. Kalau rapatnya sehari dua hari mending, ini rapatnya sampai enam bulan. Waktu enam bulan inilah, penyakitnya menyebar dan stadium yang awalnya masih dini, udah jadi stadium lanjut," katanya.
iya, bener juga sih.
Ada juga keluarga yang malah ngabisin waktunya dengan berembug dengan keluarga besar, tunggu keluarganya yang dari luar kota, neneknya yang dari sini, kakeknya yang dari sana. Bukannya langsung diobati. Memang sih perlu untuk minta petunjuk dan pendapat dari keluarga, tapi kalau justru ngabisin waktu dan ngabisin badan anak yang sakit, mending gak usah. Cukuplah keluarga inti aja.
Hal berikutnya yang perlu dicermati adalah penyebaran informasi yang masih minim. Tentang gejala-gejala penyakitnya, jangan ditunggu sampai parah. Kalau udah nunjukin gejala yang mencemaskan, langsung aja bawa ke dokter. Kalau hasilnya negatif, bersyukurlah karena ternyata penyakitnya gak seperti yang dicemaskan. Kalaupun hasilnya positif kanker, ya tetap bersykur karena ketauannya cepat alias sejak dini, jadi pengobatan dapat segera dilakukan dan tentunya dapat menyelamatkan nyawa si anak.
Untuk penderita kangker mata sendiri, dokter Edi ini nyebutkan kalau dokter di Indonesia baru bisa menyelamatkan nyawa si anak, tapi belum bisa menyelamatkan mata anak yang kena kanker tersebut.
Hal ini disebabkan karena anak dengan retinoblastoma dibawa ke dokter saat penyakitnya udah parah.
Lagi, informasi yang harus segera disebarkan tentang penyakit ini adalah jangan ragu bawa ke dokter.
Toh positifnya gak ada dokter yang pengin membunuh anak-anak ini kan.
Kalau kalian punya keluarga dengan anak yang memiliki gejala penyakit serius, bawalah langsung ke dokter. Gak usahlah dulu cari-cari yang namanya orang pinter, sepinter apa sih dia. TOEFL nya sampe 700 gak?
karena penanganan dini pada anak bisa mencegah penyebaran penyakit itu menjadi makin parah.
Dan satu lagi, anak-anak yang menderita suatu penyakit dalam hal ini adalah kanker berhak tau sama apa yang terjadi dengan hidup mereka.
Mereka berhak tau tentang hidup mereka, penyakit mereka. Disini diperlukan cara yang khusus untuk ngasih tau mereka, gunakan cara berkomunikasi yang pelan dan mudah dimengerti.
Karena kata Dokter Edi juga, anak-anak dengan penyakit ini dan tau akan penyakitnya justru akan menjadi lebih dewasa dibandingkan anak lain yang seumuran sama mereka. Dan mereka juga bisa ikut mengerti kalau suatu hari nanti mereka harus menjalani pengobatan yang rumit dan panjang.
Banyak hal yang bisa kupelajari dari anak-anak penderita kanker di rumah ini. Mereka semua ceria, dan mereka sadar kalau mereka sakit. Mereka tau penyakitnya bisa aja membuat mereka meninggal dunia.
Tapi mereka tetap punya semangat, punya kekuatan untuk tetap ceria.
Nah, aku pribadi yang kadang masih doyan ngeluh sama hal-hal kecil jadi merasa kena tampar.
Tapi mereka, yang punya beban luar biasa dari penyakitnya, kehilangan masa bermain di sekolah karena harus ngejalanin pengobatan dan umurnya mungkin bisa berakhir bahkan sebelum mereka menikah atau punya pacar, masih bisa semangat dan ketawa lepas tanpa beban.
Sekarang jadi giliran kita, yang sehat, untuk turut nyebarin informasi tentang kanker pada anak ini.
Penyakitnya gak bisa dicegah, tapi masih bisa diobati selagi ditemukan sejak dini dan belum parah.
Kita kan bisa turut menyelamatkan nyawa mereka.
Dan yang pasti, kita bisa bikin mereka turut senyum dan bahagia dengan kepedulian kita.
Secara moral dan materi.
ada jargon sederhana yang bisa digunakan : We Care Cancer Kids With Smile.
Kalau kita gak bisa bantu mereka secara materi, kita bisa bantu dengan moral, bikin mereka senyum, ajak main dan belajar dan banyak lagi.
Belajar senyum penuh syukur karena udah dikasih kesehatan sampe bisa segede ini.
Bisa kuliah dan kenal sama orang-orang luar bisa yang aneh bin nyeleneh.
hehhe..
Kadang dengan melihat mereka yang kondisinya gak sesehat kita, bisa bikin kita bersyukur atau bisa juga bikin kita nampar diri sendiri karena selama ini udah kurang berterimakasih sama Tuhan untuk hidup yang lebih baik.
iya, jadi, udah bersyukur belum hari ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar