Kepadamu pemilik wajah
dingin dan mata sipit itu, apa kabarmu?
Sudah
lama kita tak bercerita seperti biasa, tentang film terkini, atau rekomendasi
film galau favoritmu. Sudah lama aku tak mencubiti perutmu saat kau mulai
menggangguku.
Kapada
pemilik nama itu, sebuah nama gabungan dari nama kedua orang tuanya. Aku rindu
saat-saat itu, saat kau membuat lelucon berjemaah bersama mereka dan
menjadikanku objeknya. Aneh, tapi aku menyukainya. Aku rindu saat kita berdebat
tentang berita apa yang paling menarik di rapat proyeksi mingguan. Aku rindu,
sungguh.
Hari
ini akhirnya kita bisa pergi bersama, walau tak berdua. Karena aku juga akan
merasa aneh melakukan perjalanan jauh ini hanya denganmu, apalagi bermalam
bersamamu.
Tidak
ada yang kita bicarakan dengan khusus kali ini. Kau sibuk dengan duniamu, dan
aku sibuk memperhatikan kesibukanmu.
Semua
ini jadi aneh, kaku. Aku tahu ini salahku. Mengucap sayang padamu waktu itu. Mengubah
semuanya. Tapi aku harus apa? Saat aku benar-benar jatuh cinta padamu, diam pun
aku tak mampu.
Ada
yang berbeda darimu beberapa hari ini. Wajahmu tak secerah biasanya. Tapi yang
pasti ini bukanlah karena internet yang lelet atau gadgetmu bermasalah. Kau selalu
punya solusinya.
Seorang
sahabat bercerita, perempuan yang pernah sangat kau cintai, mungkin hingga saat
ini, bulan depan akan menikah. Bukan denganmu, tapi dengan dia, seorang lelaki
yang ia panggil Papi.
Dia
bilang kau terluka, sangat dalam, cintamu masih begitu besar padanya. Mana mungkin
kau mampu diam saja tanpa merasakan apapun. Aku tau. Walaupun aku berniat
menari Gangnam dan menggila di depanmu, mungkin itu tak akan berpengaruh. Itu tak
seberapa dibanding lukamu.
Aku
tak akan memaksa masuk dalam hatimu, mengambil tempatnya yang mungkin masih kau
tulis namanya. Tidak. Itu hanya akan membuatku luka.
Kau
tau, aku jatuh cinta padamu. Seiring dengan gelak tawa yang kau ciptakan dalam
hari-hariku. Aku mencintai saat-saat sederhana yang akhirnya menciptakan
perasaan tak sederhana ini. Aku menunggumu, selalu. Menunggumu membuka hatimu
lagi.
Aku
berhenti, berhenti menunggumu.
Kau
tahu, aku telah membuka pintu hatiku, aku berdiri di terasnya memanggil namamu.
Namun kau tak peduli, kau tetap menunggui pintu itu, sebuah pintu yang telah
tertutup dan bertuliskan nama orang lain.
Aku
berhenti menunggumu. Aku tahu, kau perlu waktu, menutup luka itu. Aku tak akan
mengganggumu. Kali ini kau jalanilah hidupmu seperti biasanya, sewajarnya dan
segilanya. Seperti biasa.
Disini
aku, dengan segala hal yang ada. Memperhatikan semampuku.
I’ve made up my mind, don’t need to think it over.
If I’m wrong, I am right. Don’t need to look no
further.
This ain’t lust, I know this is love.
But if I tell the world, I’ll never say enough cos
it was not said to you.
And that’s exactly what I need to do If I end up
with you.
Should I give up?
Or should I just keep chasin’ pavements?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar