Hai Kamu.
Semoga kamu selalu sehat ya.
Hari ini aku bertemu dengan sahabatku dalam sebuah lingkaran penikmat kopi dan cerita kasih.
Kali ini, dia bercerita tentangmu. Sebuah cerita tentangmu dan perempuan itu. Perempuan yang mungkin tak bisa kusaingi dalam hatimu. Kami jelas berbeda, dan aku tau, mata dan hatimu selalu tertuju padanya, bukan padaku.
Kamu, aku cemburu, walau sejujurnya tak boleh aku begitu. Tapi tiap kali kudengar kisahmu dengannya, aku tak bisa tetap tenang. Sesak rasanya dada ini, jika aku terus mendengar namanya dalam kisahmu. Kamu, aku tau kisah kita berjudul persahabatan. Mungkin tak akan bisa berubah. Tapi mengasihimu, kuharap bukanlah kesalahan. Aku benci jika harus cemburu. Walau sebenarnya tak perlulah aku cemburu, tentang kisahmu itu. Tapi bagaimana seharusnya perasaanku? Jika hingga detik ini masih kamu yang kumau.
Iya, kamu.
Cerita itu membawaku pada kenyataan bahwa dia yang mampu membuatmu diam. Mengendalikan kegilaanmu, dan membuatmu terlihat lebih agung. Sebuah cerita tentang dia yang bisa selalu ada di sampingmu, temanmu berbagi kisah yang tak pernah kau bagi padaku. Dia yang dari dulu sudah mencuri hatimu, namun tak pernah aku tahu.
Ahh, kamu. Tak pernah kah ada tempat untukku di situ? di hatimu?
Tapi, kamu, jika kamu bahagia dengan hati itu. Tak apa bagiku. Perasaan ini biar kubunuh. Hingga dia mati dan tak lagi mengganggumu.
Pada akhirnya, mencintai bisa berarti merelakan. Merelakan dia yang dengan nyata tak mencintaimu. Merelakan bahwa kamu lebih bahagia dengannya, bukan denganku. Kamu bahagia dalam hidupmu, sejatinya itulah mauku. Walau bukan aku.
Untukmu.
Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?
Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?
Kamis, 31 Januari 2013
Hello February
Good morning, February..
Welcome, sweetie.
Kata orang Februari itu bulan penuh cinta, gegara ada Valentine's day disini. Entah apa pentingnya.
Yang aku tau, di 14 Februari, para penulis surat cinta akan gathering di Bandung, dan aku, ahh tak bisa bergabung.
Dear February, semoga rencana bulan ini bisa dieksekusi dengan indahnya. Aku tak tahan jika harus berlama-lama ada di kampus ini. Februari, di hari ini, aku mulai mencari bagaimana mengikhlaskan perasaan yang tak berbalas. Ikhlas memang sulit, namun bukan berarti tak mungkin.
Cinta-cinta di bulan ini nampaknya ada pada keluarga dan sahabat setia, bukan cintaku pada dia.
Kepada Februari pagi ini, kejutan apa yang akan kau persembahkan nanti?
Semoga tidak ada kegalauan level seribu yang menyertaimu. Sudah berbulan-bulan aku menciptakan kegalauanku, tenggelam di dalamnya. Aku ingin segalanya mulai produktif lagi.
Februari terkasih, jika kau dikenal dengan bulan penuh cinta, maka abadikan cinta mereka yang baik. Cinta yang dikukuhkan oleh makhluk Pencipta Cinta. Lalu kekalkan, jadi bukan hanya kau yang penuh dengan cinta, biarlah sepuluh bulan setelahmu juga merasakannya.
Sembuhkanlah mereka yang patah hati, beri ganti yang lebih menghargai.
Tumbuhkanlah semangat-semangat yang mulai mati, beri sentuhan penggertak hati hingga kaki akhirnya kembali berdiri, dan berani bermimpi.
Februari.
Tetaplah terkasih.
1 Februari 2013
Di awal bulan penuh cinta, dan patah hati
Rabu, 30 Januari 2013
See you again, January
Selamat pagi, akhir Januari.
Tidak terasa ya, sudah 31 hari sejak kedatanganmu di tahun ini.
Besok bulan sudah berganti.
Ada banyak kenangan yang kau berikan kali ini, Januari.
Ya, kau tau?
Akhirnya aku menyelesaikan semester ini, dan menuju pada semester yang lebih tua lagi.
Ulang tahunku pun lebih berkesan dari biasanya, kumpulan manusia yang ahh, sudahlah itu memberikan kejutan yang mampu membuatku menangis.
Dan Januari, kau tau apa lagi yang indah kali ini?
Aku bisa memohon pada lilin di atas cake ulang tahunku, walaupun pada kenyataannya, lilin tidak akan membawamu pada mimpi jika kau tidak berusaha. Pada lilin itu, aku memohon dia bisa mencintaiku balik.
Ya, permohonan terabsurd dan nekad yang kubuat didepan teman-temanku.
Januari, kau mengajariku untuk berani.
Aku mulai menerima bahwa skripsiku harus segera kuselesaikan, tanpa ada lagi banyak alasan untuk menundanya.
Akhirnya, aku mulai menikmati ritme mahasiswa tingkat akhir ini.
Semuanya harus selesai segera, ada sebuah lowongan pekerjaan yang kuinginkan.
Ahh, Januari, dalam dirimu, akhirnya aku menemukan mimpi.
Terimakasih Jan, kedatanganmu di awal tahun selalu memberikan kejutan tersendiri.
Padamu banyak orang mengutarakan resolusi.
Mungkin Dewa-dewa jaman dulu sudah punya rencana kenapa namamu ada di awal tahun.
Namamu Janus kan? Sang Dewa Pintu.
Untuk menjadi pintu yang membukakan sebuah semangat. Ya kan?
Januari, terimakasih untuk segala kenangan di 31 hari ini.
Sampai ketemu lagi tahun depan, ya.
Semoga kau sama ramahnya seperti sebelumnya.
See you again, January. :)
Medan, 31 Januari 2013
Saat menyadari besok sudah Februari
Dear You, Sein
Dear you,
Lelaki paling lucu.
Apa kabarmu? sudah beberapa hari ini tidak bertemu denganmu.
Kuakui, selalu ada rasa rindu, walaupun hanya beberapa waktu tanpamu.
Dear you,
kamu pun tau aku selalu mengasihimu.
Memandangmu dari sela-sela punggung kala berdiskusi.
Dear you,
pernah muncul penyesalan saat aku dengan lugas mengutarakan perasaanku.
Membuatmu menjauh.
Tapi bukankah aku akan lebih menyesal jika tak sekalipun kukatakan aku mencintaimu?
Dear you,
lelaki penyuka rock Japan.
Melihatmu asik dengan duniamu, membuatku menemukan arti dari mencintai dalam diam.
Kau sibuk dengan kerjamu, dan aku sibuk memperhatikanmu.
Kau sibuk dengan kerjamu, dan aku sibuk memperhatikanmu.
Ahh, andai kau tau.
Aku menyebutmu Sein.
Dalam bahasa Afrika berarti Tanda, tapi aku sendiri mengambilnya dari kata Saint, yang berarti orang suci.
Mungkin tidak ada manusia yang suci melebihi para Nabi.
Namun di mataku, kau pun suci, Sein.
Belum pernah aku melihat seorang yang begitu tekun dengan panggilan shalat, aku sendiri bahkan.
Dear you,
kadang aku ingin memanggilmu kekasih, ah tapi aku tau, kau hanya menganggapku temanmu. Tak pernah lebih.
sesekali ingin memanggilmu sayang, tapi kau pasti akan langsung marah.
Andai sahabat bisa berubah menjadi kekasih dengan mudah, maka aku sudah memilihmu, bahkan sebelum aku katakan aku mencintaimu.
Dear Sein, sudah lama tidak terlibat dalam peliputan berita bersamamu.
Aku rindu wajah seriusmu saat interview.
atau tingkahmu yang mengundang gelak tawa.
Kadang kau memang pantas dijitak,
apa boleh aku menjitakmu karena tidak membalas cintaku?
Ah, aku tidak sekejam itu.
Sein, mungkin ini surat cinta yang kesekian kalinya kukirim untukmu.
Tapi tetap saja, aku belum berani menuliskan sebenarnya namamu.
Kuharap, hanya dengan melihat diksiku saja, kau tau, semua ini berarti padamu.
Kadang aku ingin berhenti jadi sahabatmu, berubah menjadi kekasihmu.
Tapi jika kehilanganmu adalah akibatnya, maka aku lebih memilih bertahan menjadi teman dalam hidupmu.
DearSein, bisakah kau mencintaiku, saat ini, seperti aku mencintaimu.
Medan, 30 Januari 2013
Dari aku, sahabat yang mencintaimu
Selasa, 29 Januari 2013
Hujan di Kota ini
Hai Hujan.
Akhirnya kau datang juga ya.
Terimakasih untuk berkahMu ya Tuhan.
Walaupun hari ini bajuku tidak bisa kering, tapi bukan kah rahmat memang harus disyukuri?
Hujan di Tanah Deli kali ini tidak terlalu deras, tapi cukup untuk membasahi sekujur tubuh dan membuatnya menggigil.
Debu-debu jalanan pun sudah tak lagi ada, ah, aroma tanah basah.
Hujan membawa sekian banyak cerita di kota ini, maka kali ini, biarkan aku bercerita.
Sebuah cerita tentang tempat ini dan kenangan di dalamnya.
Kota ini, kota tempat pancake durian tak sulit ditemui.
Kota yang penuh dengan bermacam budaya, semua tumpah ruah dibalut tenggang rasa.
Di kota ini pula, aku akhirnya merasakan kupu-kupu dalam perutku.
Hujan di Kota ini waktu itu membawa kita pada sebuah cerita.
Cerita tentangku dan dia, yang kadang kupanggil Hujan.
Cerita yang hanya akan dimengerti oleh kita, dan Tuhan sang pemilik hujan.
Sebuah cerita di sudut kota.
Kau tau, sudah terlalu lama kau tak hadir di kota ini.
Begitupun aku, kota ini pasti merindukanmu.
Kau yang sering duduk berdiskusi dengan kopi hitam pekat.
Tatapanmu pun lekat.
Kota ini merindukanmu,
begitupun aku, dan hujan yang pernah kita pandangi bersama.
Jika sampai saatnya kembali, aku ingin menjemputmu di tempat yang dulu aku ingin menangis karena kepergianmu.
tersenyum dan berucap,
Selamat datang di rumah.
Akhirnya kau datang juga ya.
Terimakasih untuk berkahMu ya Tuhan.
Walaupun hari ini bajuku tidak bisa kering, tapi bukan kah rahmat memang harus disyukuri?
Hujan di Tanah Deli kali ini tidak terlalu deras, tapi cukup untuk membasahi sekujur tubuh dan membuatnya menggigil.
Debu-debu jalanan pun sudah tak lagi ada, ah, aroma tanah basah.
Hujan membawa sekian banyak cerita di kota ini, maka kali ini, biarkan aku bercerita.
Sebuah cerita tentang tempat ini dan kenangan di dalamnya.
Kota ini, kota tempat pancake durian tak sulit ditemui.
Kota yang penuh dengan bermacam budaya, semua tumpah ruah dibalut tenggang rasa.
Di kota ini pula, aku akhirnya merasakan kupu-kupu dalam perutku.
Hujan di Kota ini waktu itu membawa kita pada sebuah cerita.
Cerita tentangku dan dia, yang kadang kupanggil Hujan.
Cerita yang hanya akan dimengerti oleh kita, dan Tuhan sang pemilik hujan.
Sebuah cerita di sudut kota.
Kau tau, sudah terlalu lama kau tak hadir di kota ini.
Begitupun aku, kota ini pasti merindukanmu.
Kau yang sering duduk berdiskusi dengan kopi hitam pekat.
Tatapanmu pun lekat.
Kota ini merindukanmu,
begitupun aku, dan hujan yang pernah kita pandangi bersama.
Jika sampai saatnya kembali, aku ingin menjemputmu di tempat yang dulu aku ingin menangis karena kepergianmu.
tersenyum dan berucap,
Selamat datang di rumah.
Medan, 29 Januari 2013.
Waktu Medan diguyur hujan, dan kau tak ada
#30HariMenulisSuratCinta
#CintaUntukKota
@dhanaalfi
Senin, 28 Januari 2013
Yth Bapak Doping
Selamat sore, pak.
Semoga selalu dalam keadaan sehat ya pak.
Kalau dihitung-hitung, sudah hampir empat tahun saya kenal Bapak, dan Bapak juga kenal saya.
Apalagi kalau bukan saya ini mahasiswa bimbingan akademik Bapak.
Dari semester satu, kartu rencana studi saya selalu Bapak yang tanda tangan.
Dari semester satu juga, Bapak selalu kasih wejangan untuk saya dan teman-teman terkait mata kuliah kami.
Untuk yang terhormat, Dosen Pembimbing Akademik dan Skripsi saya.
Ini sih katanya surat cinta, Pak.
Tapi terasa aneh kalau mengirim surat cinta untuk Dosen sendiri.
Anggaplah ini surat terimakasih saya karena Bapak selalu membimbing saya, mulai dari awal, hingga kini menjelang sarjana.
Setelah diskusi panjang tadi siang dengan Bapak, kemarahan saya perkara gonta-ganti judul skripsi sudah pupus, Pak.
Ya, pada akhirnya, tiap judul akan membuat kita belajar kan, Pak.
Dan kali ini, saya akan mulai sungguh-sungguh meneruskan apa yang sudah saya mulai.
Tidak enak rasanya jika harus mengulang "Bab Niat" lagi.
Untuk Dosen Pembimbing Skripsiku.
Terimakasih karena dalam waktu ini mengajariku ilmumu, ilmu yang tidak kudapat di bangku kuliah, ilmu yang hanya terjadi jika kita berani.
Terimakasih karena tetap sabar membimbing, walau kadang, saya yang tak sabar dengan Anda.
Jujur, saya cukup kaget karena ternyata Anda selama ini menunggu-nunggu kedatangan saya untuk bimbingan skripsi.
Anda bilang, teman-teman saya yang lain sudah banyak kemajuan, tapi saya malah lama tak muncul di hadapan Anda.
Anda juga mengingatkan saya untuk tidak gonta-ganti nomer ponsel, akan sulit untuk mengabari nantinya.
Ternyata, dibalik sikap Bapak yang kadang bikin jengkel, ada sosok Ayah yang selalu membimbing.
Untuk Bapak, Dosen pembimbingku tercinta.
Doakan saya segera selesai ya, Pak.
Saya akan tuliskan nama Bapak dalam lembar persembahan, tepat setelah kedua orang tua saya.
Selamat sore, Pak.
Mahasiswa Bapak yang kadang malas bimbingan
Medan, 28 Januari 2013
setelah akhirnya bisa menyelesaikan bab 3.
Selasa, 22 Januari 2013
Untuk si Tukang Tidur
Untuk si tukang tidur di sebelahku.
Kamu terlihat nyenyak dalam mimpimu siang ini.
apa kau tak sempat tidur tadi malam? apa kau lagi-lagi begadang?
Semoga saja tidak, takutnya akan membuatmu sakit. Seminarmu akan tertunda kalau begitu.
untuk lelaki tukang tidur di sebelahku,
aku selalu suka memandangimu saat terpejam.
Mungkin ini adalah cara paling aman, agar kau tak memalingkan wajahmu dari tatapanku.
Naik turun dadamu, dan sedikit terbuka membuka mulutmu.
Kau tau? andai aku sedang membawa lipstik, aku pasti sudah mengerjaimu.
Toh, kau pasti tak akan tau, beberapa menit lagi aku akan pulang dan meninggalkanmu dalam coretan.
Ah, kau lelaki tukang tidur.
Semoga siang ini kau bermimpi.
Bertemu kedua orang tuamu, adik-adikmu yang jauh di pulau seberang.
Setidaknya, rindumu bisa terobati walau hanya dalam mimpi.
Untuk lelaki tukang tidur di sebelahku.
Jangan lupa bangun ya,
hidup ini akan berbeda tanpa kau di dalamnya.
Kamu terlihat nyenyak dalam mimpimu siang ini.
apa kau tak sempat tidur tadi malam? apa kau lagi-lagi begadang?
Semoga saja tidak, takutnya akan membuatmu sakit. Seminarmu akan tertunda kalau begitu.
untuk lelaki tukang tidur di sebelahku,
aku selalu suka memandangimu saat terpejam.
Mungkin ini adalah cara paling aman, agar kau tak memalingkan wajahmu dari tatapanku.
Naik turun dadamu, dan sedikit terbuka membuka mulutmu.
Kau tau? andai aku sedang membawa lipstik, aku pasti sudah mengerjaimu.
Toh, kau pasti tak akan tau, beberapa menit lagi aku akan pulang dan meninggalkanmu dalam coretan.
Ah, kau lelaki tukang tidur.
Semoga siang ini kau bermimpi.
Bertemu kedua orang tuamu, adik-adikmu yang jauh di pulau seberang.
Setidaknya, rindumu bisa terobati walau hanya dalam mimpi.
Untuk lelaki tukang tidur di sebelahku.
Jangan lupa bangun ya,
hidup ini akan berbeda tanpa kau di dalamnya.
Medan, 23 Januari 2013
saat melihatmu tertidur dengan muka lucu
Senin, 21 Januari 2013
Kejutan Manis Yang Paling Tega
Selamat malam, Bumi.
Apa kabar?
Kau pasti tau bagaimana keadaanku sekarang.
Bumi, aku ingin bercerita tentang hari ini. Hari yang penuh rasa. Mungkin permen Nano Nano gak akan cukup untuk mewakili rasa hari ini. Ini lebih dari sekedar manis asam asin.
Bumi, kau tau kan organisasi yang sedang kujalani? Iya, pers mahasiswa yang isinya manusia-manusia antik dan membuatku ragu mereka juga berasal dari Bimasakti.
Hari ini beberapa jadwal tersusun rapi untuk disaji bersama.
Segala bentuk perencanaan dan evaluasi tersidang dengan rapi.
Laksana sidang paripurna DPR di sana, di sini pun hujan interupsi.
Bedanya, tidak ada yang tidur dan nonton video mesum di sini.
Beberapa waktu shalat sudah terlewati, hingga akhirnya giliranku menghadapi segala macam tanya mereka sedari tadi.
Kau tau Bumi?
Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku ingin menjadi Batosai.
Ingin rasanya kuhunuskan pedang menebas leher mereka.
Menyaksikan mereka merintih meminta nyawanya tak diambil.
Iya Bumi, kali ini aku ingin seperti dia.
Sesak rasanya mendengar caci maki, sulit rasanya menahan diri untuk tak menangis.
Entahlah, aku pun tak tau kenapa harus menangis, ini cuma rapat.
Tapi gempuran kalimat bernada tinggi dari mereka membuatku tak tau lagi harus berbuat apa.
Tiga orang yang paling kusadari posisinya, terus saling melempar.
Kau tau Bumi?
Baru kali ini aku mendengar Si Tulang dan Si Scumbag saling bentak.
dan Good Guy pun tak lagi nampak seperti Good Guy.
Bumi, andai tadi kau sudah pulang dan menemaniku, mungkin aku akan nekat lari dari tempat itu. Bersamamu, menjauh dari suara-suara penyayat hati.
Tapi kau tau Bumi?
Aku tak tau tepat jam berapa, sesaat setelah kututup penjelasanku atas kinerjaku yang kacau, seorang perempuan, baiklah mari kita sebut saja namanya Bunga, membawa satu nampan dengan cake lengkap dengan lilin berbentuk 22.
Ahhh Bumi...
Ini semua konspirasi!
Kau tau bagaimana reaksiku?
Jelas, aku cuma bisa menangis. Pasrah menerima tiap krim kue yang mereka oles di mukaku.
Maha, mengikatku di kursi dengan tali rafia bersimpul rumit.
Ada siraman air beraroma kopi menghinggapi kepalaku.
Tepung pun tak surut meramaikan kejutan ini padaku, Bumi.
Bumi,
ingin rasanya marah dengan semua ini, tapi bagaimana bisa? Jika hanya ada bahagia dalam dada?
Bumi, kau tau apa yang melengkapi bahagiaku?
Aku tak akan sebut nama, karena aku yakin kau tau siapa. Dia memegang cake itu.
Sebutkan doa untukku.
Lagi-lagi dia minta dijitak.
Bumi, aku berdoa pada pemilik semesta, semoga mereka selalu bahagia, sebagaimana mereka membuatku bahagia hari ini.
Kalian Tega, tapi aku bahagia..
"Selamat ulang tahun yang ke 22 Dana, semoga cepat wisuda, dikasih yang terbaik, bisa cepat langsing dan sehat selalu."
terimakasih, Manusia Pijar,
terimakasih, Sein. Untuk kesekian kalinya, kita memang hanya bisa menjadi sahabat.
Bumi, lekaslah kembali,
terlalu banyak kisah untuk mu ingin kubagi.
Bumi, lekaslah kembali,
terlalu banyak kisah untuk mu ingin kubagi.
Sabtu, 19 Januari 2013
Selamat Ulang Tahun, Kamu
Halo B'day Girl..
apa kabarmu?
Semoga begadang tadi malam tidak mengurangi pesonamu ya.
Selamat ulang tahun, kamu.
Perempuan Cusp yang sering labil dan berlagak stabil.
Umurmu sudah 22 ya sekarang, semoga kau bisa jadi manusia bermanfaat.
Semoga buku yangkau rencanakan bisa segera selesai, terutama skripisimu itu yaaaa..
Untuk Perempuan yang rindu pelukan, kau tau hidupmu sudah lengkap, walau kadang kau merasa kesepian.
Tapi kau sadar, bagaimana mungkin rasa sepi itu bisa terus menyergap hati si Tak Bisa Diam ini, kan?
cobalah untuk mengurangi kuantitas berselancarmu ya, matamu tidak akan bertahan lama nanti, dan kau pasti juga tau, fotografer itu lebih baik tak dibantu kaca mata.
Untuk Perempuan penyuka teh,
semoga hatimu bisa tinggal pada satu hati ya, segeralah sadari kalau dia bukan untukmu.
Jangan buang waktumu untuk resahkan satu hal tak perlu.
Ada banyak orang di luar sana yang lebih butuh kamu.
Untuk Perempuan yang sedang berulang tahun, tetaplah mempesona.
Tetaplah menjadi dirimu.
Banggakan keluargamu.
Selamat ulang tahun, perempuan dalam cermin.
Aku .
apa kabarmu?
Semoga begadang tadi malam tidak mengurangi pesonamu ya.
Selamat ulang tahun, kamu.
Perempuan Cusp yang sering labil dan berlagak stabil.
Umurmu sudah 22 ya sekarang, semoga kau bisa jadi manusia bermanfaat.
Semoga buku yangkau rencanakan bisa segera selesai, terutama skripisimu itu yaaaa..
Untuk Perempuan yang rindu pelukan, kau tau hidupmu sudah lengkap, walau kadang kau merasa kesepian.
Tapi kau sadar, bagaimana mungkin rasa sepi itu bisa terus menyergap hati si Tak Bisa Diam ini, kan?
cobalah untuk mengurangi kuantitas berselancarmu ya, matamu tidak akan bertahan lama nanti, dan kau pasti juga tau, fotografer itu lebih baik tak dibantu kaca mata.
Untuk Perempuan penyuka teh,
semoga hatimu bisa tinggal pada satu hati ya, segeralah sadari kalau dia bukan untukmu.
Jangan buang waktumu untuk resahkan satu hal tak perlu.
Ada banyak orang di luar sana yang lebih butuh kamu.
Untuk Perempuan yang sedang berulang tahun, tetaplah mempesona.
Tetaplah menjadi dirimu.
Banggakan keluargamu.
Selamat ulang tahun, perempuan dalam cermin.
Aku .
Rabu, 16 Januari 2013
Dari Kantil Untuk Bumi
Halo Bumi,
Apa kabar? ini aku, Kantil. Aku pilih nama ini.
Panggil aja begitu ya, aku lebih suka sih.
Umurku sekarang 21 menjelang 22 beberapa hari lagi.
Bumi, mungkin namaku agak mistis. Biasanya kan Kantil tumbuhnya di kuburan.
Tapi aku enggak kok, aku memang doyan sama bau kemenyan, tapi aku gak seseram Suzanna kok.
Oiya Bumi, sekarang aku udah semester tujuh lho, udah banyak kan? Sekarang aku lagi skripsian.
Rasanya sering jantungan kalau udah ngurusin kerjaan untuk jadi sarjana ini, doping yang ribet dan sumber referensi yang dikit bikin aku lumayan pening.
Tapi seenggaknya sekarang udah gak terlalu sih Mi, sekarang aku tinggal menuhin penelitiannya. Setelah itu baru deh bisa sidang dapet gelar.
Lagi-lagi gelar, itu kan yang dikejar kalau udah sekolah begini.
Bumi, kamu kapan pulang?
Aku pengin cerita banyak lho.
Aku masih jomblo sampai sekarang. Make sense sih Mi, tingkahku yang begini kan sulit diterima sama manusia normal.
Bumi, aku sekarang udah bisa masak sate lho, makanan favoritmu.
Kalau kamu pulang nanti, aku masakin deh. Janji.
Untuk Bumi di belahan bumi lain.
@dhanaalfi
Apa kabar? ini aku, Kantil. Aku pilih nama ini.
Panggil aja begitu ya, aku lebih suka sih.
Umurku sekarang 21 menjelang 22 beberapa hari lagi.
Bumi, mungkin namaku agak mistis. Biasanya kan Kantil tumbuhnya di kuburan.
Tapi aku enggak kok, aku memang doyan sama bau kemenyan, tapi aku gak seseram Suzanna kok.
Oiya Bumi, sekarang aku udah semester tujuh lho, udah banyak kan? Sekarang aku lagi skripsian.
Rasanya sering jantungan kalau udah ngurusin kerjaan untuk jadi sarjana ini, doping yang ribet dan sumber referensi yang dikit bikin aku lumayan pening.
Tapi seenggaknya sekarang udah gak terlalu sih Mi, sekarang aku tinggal menuhin penelitiannya. Setelah itu baru deh bisa sidang dapet gelar.
Lagi-lagi gelar, itu kan yang dikejar kalau udah sekolah begini.
Bumi, kamu kapan pulang?
Aku pengin cerita banyak lho.
Aku masih jomblo sampai sekarang. Make sense sih Mi, tingkahku yang begini kan sulit diterima sama manusia normal.
Bumi, aku sekarang udah bisa masak sate lho, makanan favoritmu.
Kalau kamu pulang nanti, aku masakin deh. Janji.
Untuk Bumi di belahan bumi lain.
@dhanaalfi
Selasa, 15 Januari 2013
R e s i .......
Sudah Dzuhur disini.
Cuaca pun masih mendung. Aku masih saja disini, harusnya tidak sih.
Harusnya aku sedang membereskan kamarku, mempersiapkan bawaanku untuk pulang kampung nanti.
Selanjutnya beristirahat, merebahkan badan dengan alunan musik lembut.
Membuka buku, melanjutkan ketikan skripsiku.
Harusnya.
Kadang lelah tiap hari menjadi aku, kadang aku ingin merasakan jadi dia, atau dia.
Meletakkan pekerjaan yang kadang membuatku ingin menangis.
Pernah terbersit keinginan mencetak selembar surat itu.
Surat yang mungkin akan membebaskanku dari sedikit kejenuhan ini.
Susah memang kalau bosan terlalu mudah datang dalam diri.
Inginku tertahan kalimat-kalimatnya. Bahwa kami adalah keluarga, anggap saja aku ibu.
Tapi harus sampai kapan bertahan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakmu yang tak bukan dari rahimmu.
Aku bukan seorang ibu, sebut saja belum.
Bukan juga pegawai dengan gaji tinggi.
Aku bukan pejabat yang memperkerjakan mahasiswa demi berita.
Bukan seperti itu.
Andai saja mereka mengerti aku lelah, aku jenuh, ahhh.
Andai dapat dengan mudah kucetak surat itu tanpa merasa bersalah atau lari dari masalah.
Jujur, aku ingin sekali meletakkan surat itu di lemari arsipku.
Surat yang datang dariku, padamu, kamu sekalian.
Aku ingin ....................... resign
Cuaca pun masih mendung. Aku masih saja disini, harusnya tidak sih.
Harusnya aku sedang membereskan kamarku, mempersiapkan bawaanku untuk pulang kampung nanti.
Selanjutnya beristirahat, merebahkan badan dengan alunan musik lembut.
Membuka buku, melanjutkan ketikan skripsiku.
Harusnya.
Kadang lelah tiap hari menjadi aku, kadang aku ingin merasakan jadi dia, atau dia.
Meletakkan pekerjaan yang kadang membuatku ingin menangis.
Pernah terbersit keinginan mencetak selembar surat itu.
Surat yang mungkin akan membebaskanku dari sedikit kejenuhan ini.
Susah memang kalau bosan terlalu mudah datang dalam diri.
Inginku tertahan kalimat-kalimatnya. Bahwa kami adalah keluarga, anggap saja aku ibu.
Tapi harus sampai kapan bertahan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakmu yang tak bukan dari rahimmu.
Aku bukan seorang ibu, sebut saja belum.
Bukan juga pegawai dengan gaji tinggi.
Aku bukan pejabat yang memperkerjakan mahasiswa demi berita.
Bukan seperti itu.
Andai saja mereka mengerti aku lelah, aku jenuh, ahhh.
Andai dapat dengan mudah kucetak surat itu tanpa merasa bersalah atau lari dari masalah.
Jujur, aku ingin sekali meletakkan surat itu di lemari arsipku.
Surat yang datang dariku, padamu, kamu sekalian.
Aku ingin ....................... resign
LDR itu..... sesuatu
Assalamualaikum Dik Trian.
Apa kabar?
Semoga kamu stabil dan gak lupa makan ya.
Beberapa hari ini saya perhatikan, wajahmu agak sendu.
Mungkin itu hanya perasaanku saja ya, mungkin.
Ngomong-ngomong, bagaimana kehidupan hatimu? maksudku, kisahmu dan si pacar?
Semoga jarak tak melumpuhkan kasih ya.
Saya tau, ini bukan kali pertama kamu terpisah dari kekasih, tapi jarak mulai melebar. Ah aku tak tau kata apa yang tepat selain melebar, mungkin ini ada hubungannya dengan bentuk tubuhku. ah sudahlah, lupakan.
Sampai dimana tadi?
oh iya, jarak yang melebar ya,
kali ini tidak lagi satu pulau. Berbeda pulau, walau hanya butuh waktu dua jam untuk sampai di sana, bukan berarti bisa berkunjung kapan saja, kan.
Ahhhh.. LDR itu, sesuatu kan? Menurutku melelahkan sih Dik. Aku juga heran, kenapa kamu bisa setahan ini. Bahkan dengan kalimat yang demotivasi dari kawan-kawan se-Persma kita yang ajaib bin ganjil itu.
Aku menyalutkan kekuatanmu untuk kisah yang kau perjuangkan.
Andai aku bisa sekuat kamu, mungkin ini sudah tahun ke sekian aku bersama dia.
eh tapi kenapa malah curcol ya.
Fokus Dan, fokus!
LDR itu gak susah kok sebenarnya, kamu hanya perlu saling percaya dan mendoakan.
Ya walaupun dia tidak ada kabar, kamu harus tetap percaya kalau dia sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Ya walaupun pada kenyataannya dia sedang ngopi bersama perempuan seksi yang dikenalnya saat karaokean sekantor.
Iya, kamu tetap harus percaya bahwa dia baik-baik saja dan tetap setia.
Atau kalau ternyata ada lelaki yang perhatian sama kamu saat kamu kangen dia.
dan terus kamuuuu berpikir untuk berganti hati, terusss ahhhh..
Atau kalau ternyata ada lelaki yang perhatian sama kamu saat kamu kangen dia.
dan terus kamuuuu berpikir untuk berganti hati, terusss ahhhh..
hihihihih, maaf maaf, gini nih kalau jomblo cari kawan. :D
Hmmmmmm...
Untuk kamu, adik yang tak kuragukan lagi keteguhan hatinya.
Kita memang gak akan pernah tau bagaimana takdir Tuhan, tugas kita hanyalah berusaha untuk mendapat takdir yang baik.
Semoga keteguhan hatimu membawamu pada akhir cinta yang baik pula.
dan ingatlah, jika kau galau dan resah hati, sebut namaku tiga kali.
Maka aku akan meredakan kegalauanmu.
Dari Aku, yang kau panggil kakak.
Kepada Sebuah Jejak Masa Lalu
Apa kabarmu, kekasihku yang dulu sebuah jejak masa laluku?
Kuharap kau selalu bahagia disana.
Hari ini, sedikit gerimis di tempatku, tapi aku tidak bisa melihat pelangi.
Ahh, sudah rindu aku dengan lukisan Tuhan yang warna-warni itu.
Kekasihku yang dulu, kudengar kau akan menikah.
Bahagia rasanya mendapati kabar itu.
Kuharap dia bisa menjagamu, mengerti dengan kerasnya sifatmu.
Kuharap dia tau, kalau kau alergi pada udang dan udara dingin.
Kuharap kau bisa menjadi lelaki terhebat dalam hidupnya.
Entah kenapa aku masih suka menyebutmu kekasih, walau sudah lama kita akhiri.
Tadi pagi aku membongkar daftar lagu di kartu memori yang telah lama aku simpan.
Kau tau isinya? Semua lagu favorit kita.
Lagu yang pernah kita nyanyikan bersama sambil menapaki jalan kecil di sebelah sekolah.
Biasanya kau selalu mentertawaiku saat aku salah lirik dan suaraku fals.
Kau selalu bilang aku tak akan cocok bila menjadi seorang penyanyi.
Telinga para pendengar pasti sudah lumpuh karenanya.
ahhhhh..
Kekasihku yang dulu, semoga kau bahagia selalu, dengan penggantiku.
Kuharap kau selalu bahagia disana.
Hari ini, sedikit gerimis di tempatku, tapi aku tidak bisa melihat pelangi.
Ahh, sudah rindu aku dengan lukisan Tuhan yang warna-warni itu.
Kekasihku yang dulu, kudengar kau akan menikah.
Bahagia rasanya mendapati kabar itu.
Kuharap dia bisa menjagamu, mengerti dengan kerasnya sifatmu.
Kuharap dia tau, kalau kau alergi pada udang dan udara dingin.
Kuharap kau bisa menjadi lelaki terhebat dalam hidupnya.
Entah kenapa aku masih suka menyebutmu kekasih, walau sudah lama kita akhiri.
Tadi pagi aku membongkar daftar lagu di kartu memori yang telah lama aku simpan.
Kau tau isinya? Semua lagu favorit kita.
Lagu yang pernah kita nyanyikan bersama sambil menapaki jalan kecil di sebelah sekolah.
Biasanya kau selalu mentertawaiku saat aku salah lirik dan suaraku fals.
Kau selalu bilang aku tak akan cocok bila menjadi seorang penyanyi.
Telinga para pendengar pasti sudah lumpuh karenanya.
ahhhhh..
Kekasihku yang dulu, semoga kau bahagia selalu, dengan penggantiku.
Seperti Newbie
Selamat sore, kamu yang hari ini sibuk dengan gadget barumu.
Baru kali ini aku melihatmu bingung perihal teknologi.
Wajah seriusmu begitu lucu. Tapi kau selalu saja mencoba.
Seperti tak pernah putus asa.
Oya, hari ini aku mulai merapikan tugas-tugasku, itupun kalau kau ingin tau.
Seperti biasa kita tak banyak bicara. Untuk apa juga kalau tak ada guna?
Tapi kau tau? aku suka dengan pipi chubbymu sekarang.
Kau sadar atau tidak, pipimu mulai mengalahkan milikku.
Tapi aku suka.
Wajahmu makin lucu.
Jumat, 11 Januari 2013
tertuju
Hari ini aku kembali teringat tentangmu. Bukan karena kau jauh.
Kau ada di sekitarku, seringnya hanya dua meter.
Mungkin aku rindu, lagi-lagi aku rindu.
Seminggu ini tak sekalipun kudapati wajahmu di ruangan ini.
Hei, apa kabarmu?
Kau orang yang tak sanggup kupanggil kekasih.
Karena memang bukan kekasihku.
Kau tak pernah menoleh ke arahku, barang lima menit saja.
Kepada kamu, yang wajahnya sedang memerah alergi.
Kuharap kau sudah hafal obatnya.
Hari ini bahagia rasanya bisa kembali bertemu denganmu.
Seperti biasa, tak ada saling sapa. Aku pun sudah sangat biasa.
Leluconmu, raut wajahmu, dan tingkahmu.
Gelak tawa seisi ruangan laksana ciptaanmu.
Aku pernah berniat untuk berhenti mengagumi dari balik punggungmu.
Tapi sedetik pun aku tak pernah mampu.
Seperti membuang titik bahagia dalam peta kehidupanku.
Biarlah begini dulu.
Kepadamu, Sein dalam hidupku.
Aku tak tau Tuhanku ingin bagaimana.
Aku tak tau apa kau yang ada disebelahku saat hidup baru harus kutempuh.
Yang aku tau, aku mencintaimu saat ini, Dan biarkan aku mencintaimu hingga aku tak sanggup lagi.
Kau ada di sekitarku, seringnya hanya dua meter.
Mungkin aku rindu, lagi-lagi aku rindu.
Seminggu ini tak sekalipun kudapati wajahmu di ruangan ini.
Hei, apa kabarmu?
Kau orang yang tak sanggup kupanggil kekasih.
Karena memang bukan kekasihku.
Kau tak pernah menoleh ke arahku, barang lima menit saja.
Kepada kamu, yang wajahnya sedang memerah alergi.
Kuharap kau sudah hafal obatnya.
Hari ini bahagia rasanya bisa kembali bertemu denganmu.
Seperti biasa, tak ada saling sapa. Aku pun sudah sangat biasa.
Leluconmu, raut wajahmu, dan tingkahmu.
Gelak tawa seisi ruangan laksana ciptaanmu.
Aku pernah berniat untuk berhenti mengagumi dari balik punggungmu.
Tapi sedetik pun aku tak pernah mampu.
Seperti membuang titik bahagia dalam peta kehidupanku.
Biarlah begini dulu.
Kepadamu, Sein dalam hidupku.
Aku tak tau Tuhanku ingin bagaimana.
Aku tak tau apa kau yang ada disebelahku saat hidup baru harus kutempuh.
Yang aku tau, aku mencintaimu saat ini, Dan biarkan aku mencintaimu hingga aku tak sanggup lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)