Hai Kamu.
Semoga kamu selalu sehat ya.
Hari ini aku bertemu dengan sahabatku dalam sebuah lingkaran penikmat kopi dan cerita kasih.
Kali ini, dia bercerita tentangmu. Sebuah cerita tentangmu dan perempuan itu. Perempuan yang mungkin tak bisa kusaingi dalam hatimu. Kami jelas berbeda, dan aku tau, mata dan hatimu selalu tertuju padanya, bukan padaku.
Kamu, aku cemburu, walau sejujurnya tak boleh aku begitu. Tapi tiap kali kudengar kisahmu dengannya, aku tak bisa tetap tenang. Sesak rasanya dada ini, jika aku terus mendengar namanya dalam kisahmu. Kamu, aku tau kisah kita berjudul persahabatan. Mungkin tak akan bisa berubah. Tapi mengasihimu, kuharap bukanlah kesalahan. Aku benci jika harus cemburu. Walau sebenarnya tak perlulah aku cemburu, tentang kisahmu itu. Tapi bagaimana seharusnya perasaanku? Jika hingga detik ini masih kamu yang kumau.
Iya, kamu.
Cerita itu membawaku pada kenyataan bahwa dia yang mampu membuatmu diam. Mengendalikan kegilaanmu, dan membuatmu terlihat lebih agung. Sebuah cerita tentang dia yang bisa selalu ada di sampingmu, temanmu berbagi kisah yang tak pernah kau bagi padaku. Dia yang dari dulu sudah mencuri hatimu, namun tak pernah aku tahu.
Ahh, kamu. Tak pernah kah ada tempat untukku di situ? di hatimu?
Tapi, kamu, jika kamu bahagia dengan hati itu. Tak apa bagiku. Perasaan ini biar kubunuh. Hingga dia mati dan tak lagi mengganggumu.
Pada akhirnya, mencintai bisa berarti merelakan. Merelakan dia yang dengan nyata tak mencintaimu. Merelakan bahwa kamu lebih bahagia dengannya, bukan denganku. Kamu bahagia dalam hidupmu, sejatinya itulah mauku. Walau bukan aku.
Untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar