Apa kabar?
Kau pasti tau bagaimana keadaanku sekarang.
Bumi, aku ingin bercerita tentang hari ini. Hari yang penuh rasa. Mungkin permen Nano Nano gak akan cukup untuk mewakili rasa hari ini. Ini lebih dari sekedar manis asam asin.
Bumi, kau tau kan organisasi yang sedang kujalani? Iya, pers mahasiswa yang isinya manusia-manusia antik dan membuatku ragu mereka juga berasal dari Bimasakti.
Hari ini beberapa jadwal tersusun rapi untuk disaji bersama.
Segala bentuk perencanaan dan evaluasi tersidang dengan rapi.
Laksana sidang paripurna DPR di sana, di sini pun hujan interupsi.
Bedanya, tidak ada yang tidur dan nonton video mesum di sini.
Beberapa waktu shalat sudah terlewati, hingga akhirnya giliranku menghadapi segala macam tanya mereka sedari tadi.
Kau tau Bumi?
Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku ingin menjadi Batosai.
Ingin rasanya kuhunuskan pedang menebas leher mereka.
Menyaksikan mereka merintih meminta nyawanya tak diambil.
Iya Bumi, kali ini aku ingin seperti dia.
Sesak rasanya mendengar caci maki, sulit rasanya menahan diri untuk tak menangis.
Entahlah, aku pun tak tau kenapa harus menangis, ini cuma rapat.
Tapi gempuran kalimat bernada tinggi dari mereka membuatku tak tau lagi harus berbuat apa.
Tiga orang yang paling kusadari posisinya, terus saling melempar.
Kau tau Bumi?
Baru kali ini aku mendengar Si Tulang dan Si Scumbag saling bentak.
dan Good Guy pun tak lagi nampak seperti Good Guy.
Bumi, andai tadi kau sudah pulang dan menemaniku, mungkin aku akan nekat lari dari tempat itu. Bersamamu, menjauh dari suara-suara penyayat hati.
Tapi kau tau Bumi?
Aku tak tau tepat jam berapa, sesaat setelah kututup penjelasanku atas kinerjaku yang kacau, seorang perempuan, baiklah mari kita sebut saja namanya Bunga, membawa satu nampan dengan cake lengkap dengan lilin berbentuk 22.
Ahhh Bumi...
Ini semua konspirasi!
Kau tau bagaimana reaksiku?
Jelas, aku cuma bisa menangis. Pasrah menerima tiap krim kue yang mereka oles di mukaku.
Maha, mengikatku di kursi dengan tali rafia bersimpul rumit.
Ada siraman air beraroma kopi menghinggapi kepalaku.
Tepung pun tak surut meramaikan kejutan ini padaku, Bumi.
Bumi,
ingin rasanya marah dengan semua ini, tapi bagaimana bisa? Jika hanya ada bahagia dalam dada?
Bumi, kau tau apa yang melengkapi bahagiaku?
Aku tak akan sebut nama, karena aku yakin kau tau siapa. Dia memegang cake itu.
Sebutkan doa untukku.
Lagi-lagi dia minta dijitak.
Bumi, aku berdoa pada pemilik semesta, semoga mereka selalu bahagia, sebagaimana mereka membuatku bahagia hari ini.
Kalian Tega, tapi aku bahagia..
"Selamat ulang tahun yang ke 22 Dana, semoga cepat wisuda, dikasih yang terbaik, bisa cepat langsing dan sehat selalu."
terimakasih, Manusia Pijar,
terimakasih, Sein. Untuk kesekian kalinya, kita memang hanya bisa menjadi sahabat.
Bumi, lekaslah kembali,
terlalu banyak kisah untuk mu ingin kubagi.
Bumi, lekaslah kembali,
terlalu banyak kisah untuk mu ingin kubagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar