Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Senin, 27 Juni 2011

just speak up !

well,, aku sedang ingin memanfaatkan fasilitas wi-fi yang sekarang secara sukarela diberikan oleh ibuk kostku.
dan yah,, kenapa gak di pol-polin aja..

kali ini aku mau share sebuah case yang berawal dari sms seorang partner in crime ku di kampus.
dia bertanya tentang mimpi, yah, mimpi, yang biasa dibilang sebagai bunga tidur.
tapi aku gak akan bahas tentang mimpi, i'm not ahli nujum..

yang membuatku tertarik adalah masalah yang dia ceritakan.
tentang seseorang yang mengambil ruang yang cukup besar di hati, ya, seseorang yang biasa disebut ehem-ehem.

hmm,,
mungkin begini ilustrasinya,
ketika seseorang sudah mengambil ruang yang cukup besar dengan kedalaman yang tidak biasa, maka bukan hal yang tidak mungkin membuat kita terpaku begitu lama ketika tiba-tiba orang itu muncul di dalam mimpi yang gak pernah kita desain sebelumnya. Apalagi kejadian di dalam mimpi itu membuat kita berpikir, "ada apa ?", "apa yang terjadi ?"

baiklah, ada sebuah kalimat dari smsnya yang membuatku tersenyum, begini kalimatnya : "sebenernya aku malu mengakuinnya kalau, aku khawatir. dan sebenarnya masih peduli."
dan secara cepat jari-jariku mereply smsnya dengan sebuah pertanyaan singkat :"dan kau masih sayang ?"
kemudian si kawan memberikan jawaban yang sudah kuduga, ya, jawaban yang tidak mengisyaratkan sebuah kemutlakan perasaan, jawaban yang labil dalam bahasaku. jawaban yang menunjukkan jawaban 'iya'.

dan sebuah kalimat yang menggerakkanku untuk memposting sedikit cerita ini, "kalau udah kayak gini, aku iri sama kau, karena soal hati kau bisa frontal"
kalimat inilah yang aku rasa menarik untuk sedikit kubahas dalam postingan kali ini.

frontal dalam pengungkapan perasaan.
frontal disebut juga sebagai sikap terbuka, terang-terangan dan langsung.
aku lebih suka membahasakannya sebagai speak up atau berani bicara.

terkadang orang memiliki kesulitan ketika ingin menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran dan perasaannya. hal iini bisa dipengaruhi oleh banyak hal, seperti background keluarga yang menjunjung tinggi hierarki, misalnya orang tua adalah orang tua, dan anak tidak memiliki hak untuk berpendapat berbeda dengan orang tua, kemudian rasa malu, ya, malu karena adanya rasa takut terhadap efek samping yang ditimbulkan dari perlakuan dan pengakuan yang dibuat, kemudian adanya pikiran sempit (dalam hal ini aku menyoroti tentang masalah gender) bahwa perempuan tidak selayaknya berani berbicara di depan publik atau mengungkapkan perasaannya terhadap lawan jenisnya.

faktor-faktor diatas hanyalah secara garis besar, ada banyak faktor-faktor ringan atau kecil lain yang juga berdampak pada kesulitan penyampaian pendapat dan perasaan.

aku berpendapat secara pribadi disini,,,
wajar memang jika kita merasa enggan untuk mengutarakan apa yang ada di dalam benak kita, manusiawi setiap orang memiliki rasa ragu, namun ada hal yang harus juga kita pikirkan, yaitu bahwa orang lain juuga perlu tau atas apa yang kita rasakan, bahwa kita memiliki pendapat tertentu atau kita memiliki perasaan tertentu terhadap orang itu.
mereka perlu tau,
ya, jika kau enggan mengutarakan apa pikiran dan perasaanmu, maka dapat kukatakan bahwa apa yang kau rasakan dan kau pikirkan akan menjadi hal yang mubazir dan sia-sia karena tidak diketahui oleh orang yang dimaksud.
sebagian orang mungkin sering berkata seperti ini :"biarkan sajalah, waktu yang menjawab"
oya ? lalu seberapa hebat waktu itu ? waktu hanya berjalan, didalamnya ada takdir Tuhan, dan didalamnya juga ada hal yang bisa kau lakukan. jadi hanya berserah pada waktu tapi tidak melakukan apa-apa ?
oh guys,, you just waste your time..

terkadang orang lebih memilih memendam perasaannya, dan membiarkannya begitu saja.
tapi, mau sampai kapan ?
kau mungkin bisa menyimpan segala macam keluh kesah, cerita, atau pendapat tak tersalur di dalam benakmu, tapi bukankah tiap benak manusia ada batasannya ? dan jika anggaplah itu sebagai ruangan, lalu penuh, mau ditaroh mana lagi perasaan dan pikiran baru yang muncul lagi setelahnya ?
itulah gunanya pengungkapan.
kau mungkin tidak akan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan yang kau harapkan atas pengutaraan perasaanmu, tapi bukankah merasa sedikit lebih lega itu juga lebih baik ? ya setidaknya kau tidak akan meledak seperti gas tiga kilo ketika ruangan penyimpanan itu penuh.

dan yang perlu diingat adalah, bukan hal yang memalukan untuk mau mengutarakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita terhadap seseorang, gantilah istilah itu dengan kata 'berani'.
ya, itu merupakan suatu keberanian ketika kita mau mengakui, mau untuk menyampaikan sesuatu, itu bukan hal yang memalukan, tapi merupakan suatu bentuk keberanian, karena orang hebat sekalipun belum tentu mampu untuk mengutarakan apa yang hatinya rasakan.

so, speak up !

sekian,
salam gadis;;
\m/

2 komentar:

  1. seru ya tulisanmu...

    tapi, kalimat "biarkan sajalah, waktu yang menjawab" itu ada bagusnya juga, sepintas memang seperti excuses...tapi waktu memberikan kelapangan, dan juga faktor pertimbangan...
    bicara tentang takdirnya juga, speak up or not --> isn't this count? :)

    BalasHapus