Pekerjaan ini terlalu menumpuk untuk ditinggalkan. Aku harus menyelesaikan apa yang sudah dimulai, kan.
Sebuah lagu beralun pelan dari sela speaker laptop mini ini. Lagu yang pernah kau kirimkan empat bulan lalu, saat aku masih ada di tanah monas.
Aku ingat kau memintaku menilai tiap nada dan lirik yang ada, seakan aku adalah pemerhati musik yang luar biasa.
Perbincangan cukup lama waktu itu menyatukan kita kembali dalam sebuah diskusi yang kurindukan. Bagaimana kau dengan sabar menungguku selesai bicara. Kau utarakan doamu dalam lagumu, mengharap akan ada kelanjutan dari hasil kreasimu.
Lagu ini kembali berputar, kali ini kudengar seksama. Aku ingat bagaimana kau begitu semangat menceritakan kisah dibalik petikan gitar kesayanganmu itu. Sebuah cerita yang sering kau utarakan tiap telingaku terpasang untuk suaramu.
hmm, teh hijau malam ini kembali menenangkan aku setelah sehari ini berada di kampus. Iya, kau juga tau aku sedang berusaha menurunkan bobot tubuhku, seperti yang pernah kita bicarakan dulu.
Aku ingat, kau juga pernah bernyanyi untukku, menciptakan lagu untukku di sela-sela ujian kesenian sekolah dulu, sekitar tujuh tahun lalu.
Ya, aku ingat, kau membawa gitarku, yang bahkan sekarang tak pernah kusentuh lagi. Kau beri aku selembar kertas dengan tulisan beberapa paragraf.
Liriknya tentang cinta, dan aku hanya bisa tertawa karena rimanya mirip pantun melayu.
Aku mendengarmu menyanyikan lagu itu, aku tetap tidak mengerti dengan liriknya. Yang aku tau, kau bilang kau menyayangiku lewat lagu itu.
hahha, ingatanku memang parah, kau pun tau itu.
Tapi aku ingat, dulu saat hujan di hari Jumat siang, sebelum kita pulang, pernah kita berdua diam. Saling menatap dan menampung hujan dengan tangan. Tidak ada suara saat itu, yang kita rasa, ada damai di dalamnya. Kadang aku rindu dengan adegan diam kita kala hujan. Bagaimana aku bicara sendiri kemudian bernyanyi dengan suara paling pas-pasan. Kau hanya menertawaiku dan menyambung lagu itu bila kau tau.
Aku ingat masa itu, masa dimana kita belum bicara tentang hidup kita nanti.
Kau tau, di hidupku sekarang sudah tidak ada lagi kau menikmati hujan bersamaku. Saat ini aku lebih suka membekukan hujan lewat kamera dan mendengarkan suaranya saat jatuh menimpa atap gedung di kampusku.
aku masih menikmati hujan, dengan caraku, dan tak lagi denganmu di sampingku.
Kadang aku menyanyikan lagu yang sama-sama kita nyanyikan di tahun itu.
Dengan lirik yang aku lupa sebagian.
Kepadamu, sebuah cerita di masa remajaku. Kau pun tau aku tidak akan melupakan tiap cerita diantara kita. tidak ada yang harus dilupakan.
Kisah itu adalah warna, dan aku menyukai warna dalam hidupku. Kali ini, ukirkan ceritamu sebaik-baiknya dengan dia, kau pun tau siapa maksudku.
Yah, masa lalu, mungkin itu nama yang tepat untuk cerita kita. Tidak, aku tidak berpikir untuk mengulangnya, kita pernah kembali mencoba tapi tak berhasil, kemudian aku menyerah menggapai kita.
Cerita kita menahun, kali ini biarkan aku mencoba, tidak lagi denganmu.
Hey, hujan di rumahku sekarang berhenti. Andai ini siang, aku pasti sudah keluar dan melihat pelangi.
Bagaimana dengan rumahmu? Apa Tuhan memberikan berkah juga malam ini?
teruslah bahagia, untukmu yang tak lagi menjadi kekasih.
teruslah bahagia, untukmu yang tak lagi menjadi kekasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar