selamat datang di dunia Dhana
Selamat malam dan salam sejahtera bagi semua makhluk bumi yang rindu kesejahteraan.
Namun dalam masa ini, aku tidak berminat untuk membahas kesejahteraan kaum dari sisi finansial, tapi dari mentalnya.
Berawal dari cerita seorang partner in crime di dunia nyata, terkait kisruh atau konflik terselubung yang terjadi diantara dua orang yang ia kenal.
Maka terbersitlah dalam benakku untuk menulis masalah ini.
Dapat dijelaskan seperti ini ::
Saat kau menjadi seorang yang selalu mendengarkan dan kadang menyelesaikan masalah seseorang, maka kau dianggap sebagai orang yang mengerti dan cukup berpengalaman menjadi seorang pendengar.
Aku menyebutnya: tong sampah.
Tapi bukan tong sampah biasa, melainkan orang yang menjadi tempat pelacuran (baca: pelaku tempat curhatan).
Masalah, cerita, bahkan tangisan menjadi hal biasa yang diterima si tong sampah ini.
Pada dasarnya tempat sampah manapun selalu memiliki tujuan akhir yang disebut tempat pembuangan akhir.
Disitulah tiap masalah berujung,.
Seorang tempat sampah, sewajarnya memiliki tempat pembuuangan akhir. Tempat pembuangan akhir inilah yang menjadi penetralisir kegundahan hati si tong sampah terkait sampah-sampah yang masuk.
Nah...Yang menjadi masalah adalah, terkadang tong sampah mendapat sampah yang sama dari sumber berbeda.
Pernah menjadi tempat curhat dua orang yang sedang berseteru ? Inilah yang kumaksud.
Si A bicara ini itu, sini sana, dia tuh begini aku tuh begitu, dia tuh seharusnya begini jangan gitu, atau dia tuh gak ngerti kali aku lah..
Begitu juga yang disampaikan si B.
Maka sebagai orang yang berada di tengah, rasanya pasti sangat menyebalkan.
Ada yang bilang itu asik ?
Perlu diyakinkan kalau dia punya gangguan dengan tingkat kegalauan.
Saat menjadi orang tengah, mid person atau seperti judul ketikan ini "In between Person", hal yang wajar didapat adalah : kebingungan.
Bingung bagaimana harus kasih tanggapan ke mereka.
Karena kalau sampai salah kalimat, hal yang bakal terjadi adalah spekulasi bahwa kau lebih tendensius ke salah satu pihak, atau bahasa singkatnya ya pilih kasih gitu lah yaaa..
Bingung kan ? nah itu dia, kadang justru bikin sebel sendiri..
Ini kenapa sih jadi ribet gini, ini kenapa sih malah bikin aku jadi gak mood gini, atau ini kenapa sih aku yang diapit ? Aku kan gak butuh kehangatan gini..
hehe..
Sedikit banyak, masalah yang ada diantara mereka juga ikut berdampak pada produktivitas kita.
Kalau kita berada di satu tempat yang sama dengan mereka atau terlibat dalam satu kegiatan seperti arisan dengan mereka. Maka yang terjadi adalah pembagian kuping dan tingkatan emosi.
A maunya B itu begini, sementara B merasa A itu begitu.
Kamu yang tau masalahnya pasti bakal merasa, "B*tch please, mau berapa kali head bang aku gara-gara ini ? pro dong pro...."
Sampe akhirnya kamu bener-bener muncak dan memilih untuk menonaktifkan ponsel..
Ini udah sampai ambang batas tolelir pendengaran masalah kalo gitu..
Hal yang mau aku sampaikan disini adalah, kadang ketika kita punya masalah sama orang, marah sama orang tapi gak tau cara nyampeinnya yang ada justru pembuangan uneg-uneg itu ke orang yang kita percaya.
Masalahnya, orang yang kita percaya dan jadikan sebagai tempat pembuangan itu adalah orang yang sama dengan yang dipercaya kawan yang berkisruh sama kita (sumpah ini bahasa ribet kali yaa).
Hal yang macam ini justru tanpa kita sadari udah buat si tong sampah kisruh sama hatinya sendiri.
Bingung gimana cara yang baik untuk menyampaikan ke dua orang yang bersangkutan.
Bingung harus seperti apa.
Nah, sebagai orang yang bermasalah namun pengertian, sudah selayaknya lah mengerti atau mencoba untuk mengerti apa yang dirasakan tong sampah itu.
Kau pikir gampang dengerin keluhan dua orang yang sebenernya bisa diredam dengan saling mendengarkan satu sama lain ?
Gak ada masalah yang gak bisa diselesaikan.
Bahkan kadang masalah justru bisa diselesaikan dengan cara yang sederhana : mendengarkan.
Kau hanya perlu bilang apa yang salah, apa maunya.
Next, dengerin maunya si kawan yang satu lagi juga.
Kalau hal yang sederhana juga gak bisa, agak susah lah kayaknya menjalin hubungan baik dengan orang yang beda visi di masa depan ntar..
Kau juga harus sadar, ketika telinga sudah banyak mendengar hal yang itu-itu aja, maka jangan kaget jika suatu hari nanti sepasang telinga itu berhenti mendengarkanmu.
Lalu kau mau kemana ?
In between person juga punya hak untuk didengarkan.
Karena tanpa kau sadari, manusia jenis ini justru tau lebih banyak dari hal yang terjadi dibanding kamu.
Maka dengarkan, saat telinga itu beralih menjadi mulut.
Kau tidak akan rugi,
Karena sebenarnya, orang yang kau beri masalahmu, dia adalah orang yang mengerti pemecahan seperti apa yang kau butuhkan.
In between person juga manusia,
punya rasa punya kaki,
jadi jangan heran ketika kau tidak peduli pada perasaannya, dia akan lari..
_salam galau