Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Kamis, 23 Februari 2012

Kepada Pemilik Tulang Rusukku.

Kepada pemilik tulang rusukku, dikatakan bahwa kaulah jodohku.
Dikatakan bahwa padamulah semua ini berujung.
Kau, aku bahkan belum tau kau siapa,
aku hanya yakin kau ada, disana.

Kepada hati yang belum kukenal pemiliknya, ijinkan aku bertanya..
Apa yang kau sukai dari bumi Tuhan ini ?
Apakah langit atau lautnya ?
Atau justru manusia yang berupa-rupa..

Aku ingin bertanya banyak padamu, anggaplah aku wartawan dan kau narasumbernya.
Aku ingin tau bagaimana hidupmu, apa kau bahagia ?
Apa kau menyukai teh ? Atau kopi ? Beritahu aku takaran gula yang pas untuk minummu.
Seperti apa jalanmu sejauh ini, apa kau masih punya tenaga sepanjang ini?

Kau tau, aku sudah siapkan rangkaian pertanyaan untukmu.
Aku juga tak tau harus mulai darimana.

Hm,,, baiklah, kita mulai dengan sederhana.
Kau kemana saja selama ini ?
Apa kau pernah mencariku, atau sekedar memikirkanku ?
Karena aku selalu begitu, mencoba tahu siapa kamu.

Kepada pria masa depan yang belum bisa kubaca,
Apa kabarmu hari ini ?
Apa kita sedang menyaksikan langit yang sama ?
waktu yang beda berapa menit ya ?

Kamu tahu ? sepertinya beberapa hari ini aku sedang merindukanmu.
Merindukan ketidakhadiranmu yang selalu ada tiap hari,
karena kau memang tak ada..

Baiklah, sudah malam..
Menulis terlalu banyak tentangmu justru membuatku frustasi.
Karena jelas, aku bahkan tak tau siapa kamu..

True love waits

Got my mp3 player with Radiohead's songs..
And hell yeah, it's so damn chill down on me..

True love waits.
But, Would it wait ?
Or how it wait ?
Please anybody answer this question..

True love waits,
Ya, aku tau, cinta sejati menunggu.
Menunggu ditemukan, menunggu disadari, menunggu dilihat.
Hmmmmm...
Terkadang terlalu banyak pepatah yang bicara tentang masalah satu ini.
Semua bicara ini, semua bicara itu, hanya untuk lebih membingungkan.

True love waits,
dan aku percaya, tidak ada hal yang sia-sia di bumi Tuhan ini, bahkan untuk sebuah penantian yang tak jelas.
Walaupun ujungnya hanya jutaan negasi, tapi tetap saja, itulah hasilnya, bukan kesia-siaan.
Dan lagi, tiap hal berpengaruh tergantung dari sisi mana kau melihatnya.
Dan sisiku, memandangmu, pantas, dan telah kurasakan pantas.

True love waits,
and sometimes waiting is so hurt.
But I'd rather hurt than feel nothing at all..

Rabu, 22 Februari 2012

Biarkan aku tak terlihat.

Semacam buih dari riuh ombak, biarkan aku tak terlihat.
Lalu aku bisa apa ?
Tetap hidup walau hati mati ?
Kau tau dengan pasti tiap senja yang kulalui, tanpamu.
Lalu aku bisa apa ?
mencaci ?
atau bunuh diri ?

Biarkan aku tak terlihat, setidaknya aku masih bisa memandangmu.

In Between Person

selamat datang di dunia Dhana

Selamat malam dan salam sejahtera bagi semua makhluk bumi yang rindu kesejahteraan.
Namun dalam masa ini, aku tidak berminat untuk membahas kesejahteraan kaum dari sisi finansial, tapi dari mentalnya.
Berawal dari cerita seorang partner in crime di dunia nyata, terkait kisruh atau konflik terselubung yang terjadi diantara dua orang yang ia kenal.
Maka terbersitlah dalam benakku untuk menulis masalah ini.

Dapat dijelaskan seperti ini ::
Saat kau menjadi seorang yang selalu mendengarkan dan kadang menyelesaikan masalah seseorang, maka kau dianggap sebagai orang yang mengerti dan cukup berpengalaman menjadi seorang pendengar.
Aku menyebutnya: tong sampah.
Tapi bukan tong sampah biasa, melainkan orang yang menjadi tempat pelacuran (baca: pelaku tempat curhatan).
Masalah, cerita, bahkan tangisan menjadi hal biasa yang diterima si tong sampah ini.

Pada dasarnya tempat sampah manapun selalu memiliki tujuan akhir yang disebut tempat pembuangan akhir.
Disitulah tiap masalah berujung,.
Seorang tempat sampah, sewajarnya memiliki tempat pembuuangan akhir. Tempat pembuangan akhir inilah yang menjadi penetralisir kegundahan hati si tong sampah terkait sampah-sampah yang masuk.
Nah...Yang menjadi masalah adalah, terkadang tong sampah mendapat sampah yang sama dari sumber berbeda.
Pernah menjadi tempat curhat dua orang yang sedang berseteru ? Inilah yang kumaksud.

Si A bicara ini itu, sini sana, dia tuh begini aku tuh begitu, dia tuh seharusnya begini jangan gitu, atau dia tuh gak ngerti kali aku lah..
Begitu juga yang disampaikan si B.
Maka sebagai orang yang berada di tengah, rasanya pasti sangat menyebalkan.
Ada yang bilang itu asik ?
Perlu diyakinkan kalau dia punya gangguan dengan tingkat kegalauan.

Saat menjadi orang tengah, mid person atau seperti judul ketikan ini "In between Person", hal yang wajar didapat adalah : kebingungan.
Bingung bagaimana harus kasih tanggapan ke mereka.
Karena kalau sampai salah kalimat, hal yang bakal terjadi adalah spekulasi bahwa kau lebih tendensius ke salah satu pihak, atau bahasa singkatnya ya pilih kasih gitu lah yaaa..

Bingung kan ? nah itu dia, kadang justru bikin sebel sendiri..
Ini kenapa sih jadi ribet gini, ini kenapa sih malah bikin aku jadi gak mood gini, atau ini kenapa sih aku yang diapit ? Aku kan gak butuh kehangatan gini..
hehe..

Sedikit banyak, masalah yang ada diantara mereka juga ikut berdampak pada produktivitas kita.
Kalau kita berada di satu tempat yang sama dengan mereka atau terlibat dalam satu kegiatan seperti arisan dengan mereka. Maka yang terjadi adalah pembagian kuping dan tingkatan emosi.
A maunya B itu begini, sementara B merasa A itu begitu.
Kamu yang tau masalahnya pasti bakal merasa, "B*tch please, mau berapa kali head bang aku gara-gara ini ? pro dong pro...."

Sampe akhirnya kamu bener-bener muncak dan memilih untuk menonaktifkan ponsel..
Ini udah sampai ambang batas tolelir pendengaran masalah kalo gitu..

Hal yang mau aku sampaikan disini adalah, kadang ketika kita punya masalah sama orang, marah sama orang tapi gak tau cara nyampeinnya yang ada justru pembuangan uneg-uneg itu ke orang yang kita percaya.
Masalahnya, orang yang kita percaya dan jadikan sebagai tempat pembuangan itu adalah orang yang sama dengan yang dipercaya kawan yang berkisruh sama kita (sumpah ini bahasa ribet kali yaa).
Hal yang macam ini justru tanpa kita sadari udah buat si tong sampah kisruh sama hatinya sendiri.
Bingung gimana cara yang baik untuk menyampaikan ke dua orang yang bersangkutan.
Bingung harus seperti apa.
Nah, sebagai orang yang bermasalah namun pengertian, sudah selayaknya lah mengerti atau mencoba untuk mengerti apa yang dirasakan tong sampah itu.
Kau pikir gampang dengerin keluhan dua orang yang sebenernya bisa diredam dengan saling mendengarkan satu sama lain ?

Gak ada masalah yang gak bisa diselesaikan.
Bahkan kadang masalah justru bisa diselesaikan dengan cara yang sederhana : mendengarkan.
Kau hanya perlu bilang apa yang salah, apa maunya.
Next, dengerin maunya si kawan yang satu lagi juga.
Kalau hal yang sederhana juga gak bisa, agak susah lah kayaknya menjalin hubungan baik dengan orang yang beda visi di masa depan ntar..

Kau juga harus sadar, ketika telinga sudah banyak mendengar hal yang itu-itu aja, maka jangan kaget jika suatu hari nanti sepasang telinga itu berhenti mendengarkanmu.
Lalu kau mau kemana ?

In between person juga punya hak untuk didengarkan.
Karena tanpa kau sadari, manusia jenis ini justru tau lebih banyak dari hal yang terjadi dibanding kamu.
Maka dengarkan, saat telinga itu beralih menjadi mulut.
Kau tidak akan rugi,
Karena sebenarnya, orang yang kau beri masalahmu, dia adalah orang yang mengerti pemecahan seperti apa yang kau butuhkan.

In between person juga manusia,
punya rasa punya kaki,
jadi jangan heran ketika kau tidak peduli pada perasaannya, dia akan lari..


_salam galau

Senin, 20 Februari 2012

Sesi Curhat Dimulai

selamat datang di dunia Dhana

Selamat malam dan salam sejahtera bagi kita semua.
Ya, walaupun hari ini tidak sedang bulan purnama, bukan berarti malam ini harus kelabu.

Kali ini tiba-tiba pengin ngomongin tentang sesi curhat.
Yap !!
Waktu curhat yang biasa dipake sama banyak orang kalo ketemu temennya.
Ketemu bukan cuma di dunia nyata, ngopi trus ngobrol.
Ketemu juga bisa di dunia siber, jejaring sosial, yah semacam facebook atau twitter gitu.

Nah, aku mau cerita tentang sebagian sesi curhat yang pernah kujalani di dunia siber.
Kalau bahasaku sih ya, disebut dengan saling mendengarkan.

Hari ini aku gak tau mau nyebutnya gimana, ketemu lagi sama temen dari kecil yang ngilang tiba-tiba dan muncul dengan kejutan yang buatku, sangat memilukan.
Kemudian beranjak lagi ke dunia siber dan akhirnya ngobrol via skype bersama seorang seniorku di kampus, dan sering kupanggil dengan suhu.
Dia ini juga seorang wartawan, dan dari dia lah sedikit banyak aku mendapat inspirasi dan pengetahuan tentang menulis.

Layaknya abang dan adik, kami sering ngobrol. Mulai dari berita sampai yang agak-agak galau gitu..
Pembicaraan random adalah jenis pembicaraan yang paling aku demen.

Berikutnya, aku ngobrol bersama salah satu dosen dari kampusku via ym, dan lagi-lagi dia adalah seorang pria berkeluarga yang masih gaul..
Bicara ngalor ngidul.

Dan yang mau aku garis bawahi disini adalah, curhat itu milik siapa aja.
Mau itu cowok, cewek, atau yang orientasi seksnya masih galau. Seorang ibu, bapak, anak, mantu, atau lansia pun berhakk untuk curhat.
Kalau kata "curhat" terkesan sangat lemah, maka biarlah kita gunakan istilah berbagi dan mengakui.
Karena berbagi dan mengakui apa yang dirasakan hati bukanlah perkara kecil, kau harus berani.
Berani jujur dan terbuka.

Perlu diingat, ketika curhat, jangan suka menyimpan bahkan berbohong tentang perasaanmu.
Apalagi kalau si pendengar adalah orang terdekatmu.
Kau hanya akan terlihat begitu munafik di depannya.

Tidak ada yang salah dengan curhat.
Setidaknya kemungkinan bunuh diri dapat dikurangi dengan cara sederhana ini.

Pernah denger orang yang mati bunuh diri karena stres ?
Ya!
Bisa jadi karena dia hanya menyimpan masalahnya sendiri.
Yang seperti inilah yang kurang baik,
Berbagi, walaupun tidak menghilangkan masalah, setidaknya mampu mengurangi tekanan yang ada dalam pikiran dan perasaan.
Terkadang ketika kita berbagi, kita justru menjumpai segala macam solusi yang tadinya gak ada di pikiran kita.
Berbagi itu indah, dan nikmat.
Tidak ada yang salah dengan membagi masalah yang kamu punya, selagi kamu juga punya orang yang bersedia mendengarkan.

Tidak harus langsung seabrek masalah, kamu pasti bakal bingung masalah mana yang mau diungkapin duluan.
Perlahan,
perlahan,
maka satu persatu masalah yang muncul bisa dikurangi tekanannya.

Tidak percaya ?
Cobalah!!

Jumat, 17 Februari 2012

Tea Time

Segelas teh sore ini.
Agak pahit, pekat, dan hangat.
Seperti hati dan segala rasa yang sulit terucapkan.
Seperti masa lalu yang terasa sesak untuk diulang.

Aku masih mencintai teh, walaupun mulai begitu akrab dengan capuchino dan kopi.
Kadang terbersit di pikiran untuk mencicipi bagaimana rasanya bir dan anggur.
Banyak yang bilang mereka itu istimewa.
Lalu beralih sedikit ke vodka dan mariyuana.
Katanya mereka itu mahal, dan hanya orang tertentu yang bisa mengecap rasanya.

Tapi aku masih setia pada teh.
Teh berwarna senja, dan ketenangan yang menyertainya.
Segelas teh selepas penat dan kaki yang mulai lelah.
Mengharu bersama peluh.
Kemudian luluh dan hilang.

Aku masih mencintai teh, sesering apapun aku menenggak kopi.
Aku masih mendambakan kehangatan teh, sebanyak apapun air yang kuteguk kala itu.

Seperti aku yang masih melihat ke arahmu, tak peduli seberapa banyak lelaku kutemui dalam hidupku.
Seperti aku yang masih saja menunggu kemunculanmu, tak peduli seberapa sering orang lain hadir dan berada di sisi.
Kau, aku tak mau menyamakanmu seperti segelas teh.
Aku tau kau lebih menyukai kopi.
Tapi ketenangan yang kau bawa bersamamu, menemuiku, seperti segelas teh yang kuseduh saat senja mulai menyapa.
Hangat, tetap, dan kau membuatku candu.

Kau seperti segelas teh mengiring senjaku.
Menenangkan segala ketenangan.
Dan yang kutau, selalu ada.
Aku hanya perlu menyeduh, memastikan kau tersedia.
Maka kau akan selalu ada, di sampingku.
Dalam genggamanku.

Kamis, 16 Februari 2012

Are You a Ghost or Something ?

Kepada manusia paling cool seantero bumi.

Dari dulu aku selalu bingung,
kau ini hantu atau apa sih ?
Muncul di saat yang tak terduga.
Saat aku benar-benar jatuh, saat aku membutuhkanmu secara terselubung.
Kau muncul, bercakap sejenak, lalu pergi lagi.
Seakan memastikan aku dalam keadaan stabil.

Kau pergi, semudah kau datang, dan begitu ringan aku membiarkanmu.
Tak mampu mengeluh, karena kau juga membiarkanku bebas.
Tak pernah mengikat,
tapi itu yang membuatku selalu terpaut padamu.
Biarkan kau datang tiba-tiba, seperti sebuah kejutan di hari ulang tahun.
Aku tau kau ada, dan aku hanya perlu memperhatikan.
Seperti yang sering kau lakukan.

Kau seperti hantu, menerkam tiap angan dan alunan pelukan.
Masih seperti senja dengan semburat merah, kau selalu begitu menawan.
Aku tak perlu marah, benci atau mengamuk karena kau pergi.
Kau ada, bersembunyi di balik peraknya awan.
Menunggu saat yang tepat untuk muncul.
Kau memang hantu, hantu yang menghantuiku dengan sangat manis.

Hei langit,
aku menyukai nama itu.
Nama yang selalu mengingatkanku padamu.
Pada tiap raut tenang di wajahmu.
Pada tiap tingkah diam yang selalu kau tunjukkan.
Setenang langit.

Baiklah, biarkan aku memanggilmu hantu langit.
Langit yang menghantuiku,
dan sialnya selalu kutunggu.

Kepada hantu langit,
Kau telah berhasil menawanku, maka kembalilah.
Dengan tubuh lengkap dengan hatimu.
Maka akan kupukul perutmu.
Teriak kenapa kau selalu membuatku malu.
Menginginkanmu, pulang.

Rabu, 15 Februari 2012

Elegi tentang kamu

Kepada kamu, senja yang menawan luka pada tiap kata.
Kuharap kau mendengar tiap harmoni dari hati yang mulai bernanah.
Kau tak penah fahami, mungkin memang tak pernah mencoba mengerti.
Lalu aku harus apa lagi, menangisi tiap detik yang pernah kita lalui ?

Aku langkahkan kaki pada deret jalan kecil, baru, masih ada bau rumput, hijau.
Ada embun masih melekat pada ujung mimosa yang mengatup kala kuinjak.
Beriring semut api melalui lubang antara tanah.
Masih basah, ada potongan daun busuk menempel di sepatuku.
Apa kau masih ingat jalan itu ?
Jalan yang pernah kau tunjukan padaku, dulu.
Pertama kali aku bermain jauh dari rumah, mengikutimu, melihat daratan yang tak pernah tersentuh mataku.
Aku, tenang, sedamai alunan angin yang manari bersama ilalang.

Kau ingat kala hujan mulai turun, lalu membuat kita berlari.
Berlari namun berhenti, kau lalu membuatku menari.
Menari bersama rintik hujan, membiarkan segala lelah luntur bersama airnya.
Kau, pagut bibirku perlahan.
Hangat,
hingga aku menyukainya.
Hujan. Aku begitu menyukainya.

Kau mampu membuatku menunggu, menunggu hingga kakiku kaku.
menunggu hingga jantungku berasa kelu.
Aku tetap menunggu.
Kau berjalan, aku hanya mampu memandang punggungmu.
Punggung yang pernah kurengkuh.
Kau, berjalan dengan nyala api di tanganmu.
Menamparku hingga berdarah, menepis pipiku hingga biru.
Kau hujam jantungku, dadaku sesak.
Kepalan tanganmu, tangan yang pernah menggenggamku, dulu.

Aku tak pernah tau, bila hati itu mulai membeku.
Menahun aku menunggumu.
Menyatukan bongkahan hati yang telah lama membatu.
Kau buatku berhenti menunggu.
Lebam di pelipisku, sesak di jantungku, nanah di kakiku.
Kau buatku berhenti mencintaimu.
Tiap kata yang pernah membuatku tertunduk malu.
Terhapus dengan api pembunuh dari amarahmu.

Aku kalut, carut marut dalam dadaku.
Kau mulai berhenti perduli.
Aku mulai mencari, tapi kau tak kunjung kutemui.
Hingga aku terhenti pada persimpangan takdir antara kita.
Aku tak mampu lihat bayanganmu, bahkan punggungmu tak menyemut di ujung mataku.
Lalu aku berpaling, berjalan jauh berharap masih bertemu denganmu.
Namun kembali, menahun aku berjalan hingga kaki mati rasa.
Kau tak pernah ada.

Maka biarkan aku berhenti.
Hingga nanti aku mungkin melihatmu kembali,
biarkan aku tetap berjalan sendiri.
Tanpamu, tanpa hati yang tlah mati.
Kau tau, aku bernyanyi, sebuah elegi.
Elegi tentangmu, tentang hati kita yang tak lagi berupa.

Kini angin menembus rambutku.
Kupandangi ilalang di padang kita bertemu dulu.
aku sendiri, kau tak pernah muncul lagi.
Tinggal aku, bayanganku, dan hati yang tak lagi menunggu.

Jumat, 10 Februari 2012

Akhirnya harus memilih

Memilih,
baiklah, aku sendiri masih merasa aneh kenapa pekerjaan pilih-memilih harus ada dalam dunia ini.
Aku benci jika harus memilih.
Pikiranku harus digunakan sedikit lebih keras untuk kegiatan satu ini.

Aku benci bila harus terus berfantasi.
Aku benci bila harus terus bertuhankan mimpi.
Mimpi yang tiap malam kau rajut penuh wewangian, bintang dan segala bentuk keindahan.
Kau harus tau, kau bukan calon presiden republik ini yang harus berkampanye segala macam wacana.
Wacana tanpa makna.
Kau, aku mengenalmu sudah sepertiga hidupku.
Kau, kau adalah celah yang kuciptakan untuk memahami pikiran dalam kehidupan lain.
Kau membuatku terus, dan terus menginginkanmu.

Aku tersiksa, bila kau peduli.
Aku masih terus berharap kau yang muncul di sisi pintu rumahku.
Dengan senyummu, dan sapaan hangat penghilang penat.
Aku masih berharap hingga detik aku harus paham pada tiap pertanda.
Kau tau ? aku tidak terlalu tertarik membaca pertanda kecuali itu masalah hidup dan mati.
Sampai aku harus menerima pembacaan itu.
Dia ahlinya, lalu bagaimana aku harus menegasikannya ?
Tunggu, kenapa harus ? semua yang ia katakan benar adanya.
Semua hal yang telah kusadari sejak awal, sejak aku memilih untuk kembali.

Aku hanya perlu waktu.
Waktu untuk menyimpan segalanya dalam botol angan dan dikubur dalam bumi.
Hingga akhirnya Tuhan marah karena tanahNya kotor.

Cuma beberapa hari, lalu akan kembali, dalam irama yang lebih berharmoni.

Aku marah, kecewa.
Terasa bodoh saat kau memang tidak pernah berjuang, untuk kita.
Dalam hidupmu, hanya ada kau dan kau. Tanpa aku.
Kau selalu bilang, hidupmu tak akan lengkap tanpa aku.
Nafasmu tak akan bermakna bila aku jauh.
Lalu, bagian mana yang pantas dipercaya ?
Aku tau segala lagumu, nyanyian bahkan tangisanmu.
Kau buat aku berhenti.
Berhenti menanti, lalu kemudian mencaci.
Apa yang telah bertahun ini kulakukan kini mungkin tiada arti.

Aku ingin mencabik dan ambil jantungmu.
Memotong tiap bagian tubuhmu, lalu kuberi pada harimau.
Tapi, mungkin aku akan membuatnya lebih manis.
Aku akan menciummu, tepat di bibirmu.
Lama, hingga kau tak bisa bernafas lalu mati.
Bukankah itu lebih sensual ?
Aku tau, aku pergi, kau sudah punya pengganti.
Dan akupun sudah memilih, memilih untuk tidak menjadi pilihanmu.

Maka kali ini aku akan berlari,
oh, kau tidak perlu mengejar, aku tidak mengharapkannya.
Hingga suatu saat nanti mata kita bertemu lagi.
Hidup yang berbeda, lalu bercerita.
Kenapa dulu aku memilih untuk pergi.
Jawabnya cuma satu, kau tidak pernah membuktikan wacanamu.


*Hari ini menghabiskan hari bersama dua orang gadis yang kukasihi.
Perempuan yang tau bagaimana caranya menjadi gila dan waras bersamaan.
Hari ini, sebuah perjalanan sederhana diatas roda besi dan deruhan suara gerbong yang bergerak.
Sebuah perjalanan yang menuntunku berpikir.
Keputusan besar tentang hati.

Seorang pecinta tidak akan mati hanya karena seorang lelaki.
Sahabat, aku punya kalian, dan itu lebih dari cukup.


Kamis, 09 Februari 2012

while having tea time

selamat datang di dunia Dhana

Segelas teh hijau sore ini.
sedikit pahit, namun menenangkan.
Satu kantung teh pekat, bertemu air panas.
Kau tau bagaimana rasanya ? Begitu nyata.
Senyata tiap kenyataan yang ternyata mulai menjadi nyata.
Tersenyawa bersama rasa yang bahkan tak berani kudefenisikan.

Aku minum teh hijau.
Kau tau ? itu membuatku tenang.
Saat jantungku mulai mengulah dan merubah seluruh kondisi hatiku.
Saat jiwaku mulai mengeluh tentang kehidupan.
Saat aku mulai merindukanmu.
Bukan, bukan aku menghindar atas segala rasa yang tercipta.
Aku hanya benci, benci bila mengingat segala janji.
Janji yang kutau pasti sulit untuk terjadi.

Kau tau, aku benci.
Benci bila harus terus berfantasi.
Benci bila harus bertuhankan mimpi.
Sesak, hingga parau suaraku, aku masih bersedia tertidur.
terjebak dalam mimpi yang kau ciptakan untukku, untuk hati ini.
Kekasih, maka kini kupasrahkan diri.

segelas teh hijau sore ini.
Sedikit pahit, seperti hidup ini.
Kau harus terus meneguk airnya perlahan hingga habis, lalu kau mulai bisa menikmati.
Pahit itu, terkadang nikmat. kalau kau sadari.
Seperti hidup kan ?
Kau hanya harus bersabar, mencari rasa nikmat yang tersembunyi.
Berhenti mengeluh, hingga kau dapat nikmat di ujung lidahmu.
Aku belajar menikmati perih, menyenangi luka.
dan mengobati sedih, dengan cinta.
Cinta yang kupahami dengan caraku.

Kau tau aku masih menanti.
Menati hingga datangnya hari aku berhenti bermimpi.
Berhenti sejenak untuk menikmati mimpi-mimpi yang telah menjadi nyata.
Suatu hidup yang nyata, ntah bersamamu atau bukan.

Segelas teh sore ini, biarkan aku nikmati dalam hening.
Hanya suara angin dan ayunan daun.
Biarkan aku menikmati ketenangan ini. Karena kau tau, terkadang aku lelah menjadi gila.
Membuat semua orang tertawa, tanpa tau luka yang mulai bernanah.

Maka kali ini aku gila dalam segelas teh, teh hijau pahit seperti penantianku.
Hingga aku mulai mengaduh dan mengeluh.
Memohon ijinmu untuk berhenti lalu pergi, mengakhiri semua ini.

Aku, masih disini.
Dengan bercabang rasa dan detakan jantung yang kian merana.
Kau tau, aku sakit, sakit dalam ingatanku tentangmu.
Kini biarkan semua berlari, bersama bintang dan purnama yang datang berkali.
Kau tau, aku disini, mengobati diri sendiri.

Segelas teh penghilang resah.
Menghitung segala asa, lalu gelisah namun kembali tertawa.
Siapkan kaki untuk kembali berlari mengejar angkasa hingga sang surya.
Kau tau aku pecinta,
pecinta yang tak akan mati karena gelisah pada satu cinta.

Segelas teh pengintrospeksi.
Aku tak ingin hati ini mulai infeksi.
Maka kau tau aku akan mulai mendatangi kemana jiwaku pergi.
entah itu besok atau nanti.
Tapi satu yang pasti, kau harus mengerti untuk membuatku tetap menanti dan mencintai.

Senin, 06 Februari 2012

Biarkan aku bercerita tentang kita

selamat datang di dunia Dhana

Ntah apa yang sedang kurasakan sekarang.
Kau tau ? kalau dibilang galau, enggak. Kalau tenang, iyaaa,, disamping kamu.

Kamu, kawan.
iya, seorang kawan. Masih kawan, mungkin memang akan selalu menjadi kawan.
Kamu, yang selalu bisa membuatku illfeel karena tingkahmu yang sok cool..
Tapi kamu, yang selalu bisa membuatku begitu ingin mengganggumu.
Biarkan aku bercerita tentang kita.
Aku bahkan gak tau harus mulai dari mana.
Tapi aku menyukainya.
menyukai tingkahmu yang menyebalkan, namun membuat penasaran.

Aku menyukai genggamanmu.
Erat, namun hangat.
Membuatku hanya bisa tercekat saat kau menggenggam lebih erat.
Tersenyum, sedikit memandang, hingga kemudian tertawa dalam tenang.
Aku menyukai saat-saat itu.
Saat dimana aku lupa, lupa pada carut marut di hatiku.

Kamu, tau benar nampaknya ulahku.
Kamu, aku mulai menyukaimu.
Baiklah, lalu bagaimana kau membuatku terdiam, ditengah kedinginan dan kelelahan.
Lengan tumpuan kepalaku. Walau tak setebal lemakku, tapi tetap hangat.
genggaman itu, tak kau lepas, hingga berkeringat.
kadang beradu tenaga denganku.
Lalu saling tersenyum, menyaksikan bulan bersinar penuh.

Biarkan kali ini aku bercerita tentang kita,
bukan aku dan dia, lalu dia lagi.
tapi aku dan kamu.
Bukan cerita yang harus bertahan, hanya cerita antara kita, dalam tawa bersama orang-orang gila dan kecepatan yang tega.

Atau mungkin nanti, kita bisa mengulang lagi.
karena kau tau ? aku bermimpi.
Mimpi dengan kau di dalamnya.
Mungkin karena aku terlalu senang, senang tentang kita.
Kau tau apa isi mimpiku ?
Kita menjelma menjadi dua orang pemilik event organizer. Membuat sebuah acara besar, hingga menggelegar.
Aku melihat semangatmu, senyummu, antusiasmu.
Kau berkeringat, menghampiriku lalu meminta tissu.
Tertawa, bahagia karena acara kita begitu indah.
Lalu kau menggenggam tanganku, dengan tatapan teduhmu.
Kecup keningku, lalu tersenyum.

Rasanya bahkan begitu nyata saat aku terbangun.
Mimpi, mimpi dengan cerita kita di dalamnya.
Mimpi. maka biarlah hanya menjadi mimpi.

Cerita ini, biarlah kubagi pada pembaca maya, sedikit semu, namun tampak.
seperti perasaan kita, yang rasa-rasanya begitu semu, atau malah situasional.
Kamu tau, cerita ini. Punya kita..


*Kepada matahari,
terimakasih telah membuat langit berhenti sejenak dari kegalauan dini.