selamat datang di dunia Dhana
Ntah apa yang sedang kurasakan sekarang.
Kau tau ? kalau dibilang galau, enggak. Kalau tenang, iyaaa,, disamping kamu.
Kamu, kawan.
iya, seorang kawan. Masih kawan, mungkin memang akan selalu menjadi kawan.
Kamu, yang selalu bisa membuatku illfeel karena tingkahmu yang sok cool..
Tapi kamu, yang selalu bisa membuatku begitu ingin mengganggumu.
Biarkan aku bercerita tentang kita.
Aku bahkan gak tau harus mulai dari mana.
Tapi aku menyukainya.
menyukai tingkahmu yang menyebalkan, namun membuat penasaran.
Aku menyukai genggamanmu.
Erat, namun hangat.
Membuatku hanya bisa tercekat saat kau menggenggam lebih erat.
Tersenyum, sedikit memandang, hingga kemudian tertawa dalam tenang.
Aku menyukai saat-saat itu.
Saat dimana aku lupa, lupa pada carut marut di hatiku.
Kamu, tau benar nampaknya ulahku.
Kamu, aku mulai menyukaimu.
Baiklah, lalu bagaimana kau membuatku terdiam, ditengah kedinginan dan kelelahan.
Lengan tumpuan kepalaku. Walau tak setebal lemakku, tapi tetap hangat.
genggaman itu, tak kau lepas, hingga berkeringat.
kadang beradu tenaga denganku.
Lalu saling tersenyum, menyaksikan bulan bersinar penuh.
Biarkan kali ini aku bercerita tentang kita,
bukan aku dan dia, lalu dia lagi.
tapi aku dan kamu.
Bukan cerita yang harus bertahan, hanya cerita antara kita, dalam tawa bersama orang-orang gila dan kecepatan yang tega.
Atau mungkin nanti, kita bisa mengulang lagi.
karena kau tau ? aku bermimpi.
Mimpi dengan kau di dalamnya.
Mungkin karena aku terlalu senang, senang tentang kita.
Kau tau apa isi mimpiku ?
Kita menjelma menjadi dua orang pemilik event organizer. Membuat sebuah acara besar, hingga menggelegar.
Aku melihat semangatmu, senyummu, antusiasmu.
Kau berkeringat, menghampiriku lalu meminta tissu.
Tertawa, bahagia karena acara kita begitu indah.
Lalu kau menggenggam tanganku, dengan tatapan teduhmu.
Kecup keningku, lalu tersenyum.
Rasanya bahkan begitu nyata saat aku terbangun.
Mimpi, mimpi dengan cerita kita di dalamnya.
Mimpi. maka biarlah hanya menjadi mimpi.
Cerita ini, biarlah kubagi pada pembaca maya, sedikit semu, namun tampak.
seperti perasaan kita, yang rasa-rasanya begitu semu, atau malah situasional.
Kamu tau, cerita ini. Punya kita..
*Kepada matahari,
terimakasih telah membuat langit berhenti sejenak dari kegalauan dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar