Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Selamat Datang,, Sudahkah Anda Bersyukur Hari Ini ?

Minggu, 29 Desember 2013

Di tahun 2013 ini, aku sudah... belum..

Nggak terasa, sebentar lagi udah masuk ke tahun baru, dan kudu ganti kalender.
Bermacam resolusi pun mulai bermunculan..
Jadi lebih baik, itu yang banyak diungkapkan.

Nah, ngomongin tentang jadi lebih baik, apa sih yang udah kamu lakukan selama tahun 2013 ini?
Apa dampaknya dalam hidup kamu?
Dan apakah kamu udah jadi orang yang lebih baik di tahun ini jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya?

Well, here's my kaleidoskop..

Di tahun 2013 ini, aku sudah BISA LEBIH SABAR DARI BIASANYA.
Aku sering nyebut tahun 2013 ini, dengan tahun pendewasaan. Alasannya sederhana aja.
Di tahun ini, kami sekeluarga sempat dikasih ujian sama Allah, dengan sakitnya Bapak, di bulan Maret.
Didiagnosa sakit Malaria, gangguan fungsi ginjal, Lever, dan vertigo. Bikin beliau harus merasakan dirawat di tiga rumah sakit yang berbeda selama sebulan.
Kami pun mulai dihadapkan kenyataan kalau uang banyak nggak akan ada bahagianya, kalau keluargamu sakit.
Selama beliau dirawat, tiga perempuan ini pun harus dan dituntut untuk tetap tangguh, walaupun hampir tiap malam menangis melihat keadaan bapak.
But women have to be more stronger when there's no man.
Akhirnya, setelah cukup lama keluarga udah jarang ngumpul, kami pun bisa ngobrol, tentang semua hal, bareng. Walaupun harus di pelataran rumah sakit. Aku diajarkan banyak hal untuk lebih bersabar.
Bahwa manusia nggak punya kendali apapun tentang hidup.
Selagi bapak sakit, aku kena banned dari keluarga untuk nggak ke rumah sakit, sebelum aku sidang.
Well, itu adalah moment paling bikin galau sepanjang umurku yang muda ini.
Hingga akhirnya di tanggal 16 Maret, aku pun sidang.
Ngeliat bapak yang dipasangin berbagai selang di badannya, jelas bikin down.
"Allah, kenapa berat kali ya ujianMu?"
Berbagai jenis pelayanan di rumah sakit pun udah kami hadapin. Hanya satu kesimpulan untuk itu, no more dirawat di rumah sakit milik pemerintah.
Ngeliat para pegawai rumah sakit yang cukup songong, bikin naik darah. But what shoul I do? Patient needed them.

Di tahun 2013 ini, aku sudah BISA JADI SARJANA.
Akhirnya, nggak harus sampai 4tahun, aku bisa jadi sarjana. Alhamdulillah ya..

Di tahun 2013 ini, aku sudah KERJA.
Now, I'm a reporter at the most kece magazine in Medan, Aplaus. Ahehehe

Di tahun 2013 ini, aku sudah MOVE ON, DONG!
Pacaran? udah lupa rasanya gimana..
di tahun ini, ada perasaan yang harus dibunuh sama kenyataan.
Kalau nggak selamanya cinta itu kudu memiliki, walaupun memang harus memiliki.
Tapi kalau itu adalah tidak mungkin, ya, move on dong.

Di tahun 2013 ini, aku sudah PUNYA TABUNGAN SENDIRI
Kerja, dan dapat gaji dari apa yang kau kerjakan, punya kenikmatan tersendiri.
Tapi jangan lupa ditabung, berangkat haji kan langka ada yang gratis..

Tapi dari semua yang dicapai, ada juga yang belum, dan kudu segera diperbaiki..

Nah, di tahun 2013 ini, aku belum berhasil NURUNIN BOBOT BADAN.
Iyah! nggak enak tau gemuk.
baru nyadar waktu wisata ke Lumban Julu kemaren. Nanam padi dan susur hutan rasanya udah kayak kerja rodi, berat bo'.
Gampang bener ciuman sama tanah.
dan well, memang perlu ditegur dan lecet-lecet dulu untuk sadar. Hehehe.

Di tahun 2013 ini, aku belum berhasil NYELESAIN BUKU
Draftnya udah ada sejak tahun 2010, tapi sampai sekarang belum kelar.
Alasannya sih karena lagi sibuk, tapi, percaya? D'oh!

Di tahun 2013 ini, aku masih belum berhasil untuk gak BOLONG-BOLONG solatnya.
Iya, kadang mata ini susah bener terbuka kalau subuh.
Ya, semoga bisa diperbaiki, yak!

Hm,, apa lagi ya...

Well, by the way, di tahun 2013 ini, kamu sudah apa saja sih?
Medan, 30 Desember 2013
Somewhere only we know

Pacaran, kok?

Are you in dating, now? Or having a certain relationship with someone?
Seberapa dekat dan baik kah hubungan kalian?
Take and Give? or just give give and give?
atau you're just a kind of 'yes honey' guy/girl?
Kadang aku suka nggak habis pikir sama cowok yang terlalu nurut bahkan cenderung takut sama pacarnya.
Alasan utamanya sih, karena nggak pengin ribut dan berantem sama pacarnya, jadi, nurut aja deh.

Tapi kan...
Bukannya cowok kudu tegas, bahkan sama pacarnya sendiri?

Here's the case.

Ada seorang cowok, sebut aja namanya Joko yang udah hampir satu tahun ini pacaran sama cewek, sebut aja namanya Wati. 
Joko dan Wati, satu kampus, tapi beda fakultas.
Mereka sering jalan bareng, biasanya sih saling antar, kalau Joko nggak nganterin Wati ngampus, pasti Wati yang nganterin Joko ke kampus.
Iya, kayak tukang ojek mobil gitu.

Nah, si Wati ini, bisa dibilang cemburuan.
Joko deket dikit aja sama cewek lain, cemburu. Padahal mereka lagi ngerjain tugas kampus.
Nggak jarang Wati marah-marah nggak jelas gegera cemburu.
Akhirnya, Joko pun, karena udah capek dengan segala marahannya Wati, lebih memilih diam dan nurut sama semua maunya Wati.
Termasuk untuk nggak terlalu dekat sama temen-temen ceweknya.

Pernah suatu ketika, sebelum negara api datang menyerang, 
Temen si Joko, sebut aja namanya Inem, memang tipikal yang hobi becanda.
Nggak lewat telfon atau sms, melainkan lewat jejaring sosial.
Dia cuma follow Joko, bukan si Wati.
Tapi Wati, selalu punya akses untuk ngecek segala akun sosial medianya Joko.
Alhasil, saat si Inem lagi ngucapin selamat ultah ke Joko.
Twit itu pun langsung di RT, dan diFavoritin oleh Wati.
Nggak habis pikir, Inem pun mengadu ke Joko,
"Your girlfriend is insane, dude. Twit begituan aja sampe segitunya," Inem mulai ngadu.
"Duh, ngertilah, Nem. Jangan mention-mention lagi yah, aku nggak mau ribut sama Wati lagi, capek." Joko bales,
"Lah, kan kita temenan, wajar dong kalau aku mention kamu, gimana sih."
"Ya, mau gimana lagi coba, aku nggak mau aja berantem lagi, males, capek, serius, maaf ya, ngerti deh, plis, sekali ini aja."
"Kamu takut sama pacarmu sendiri? gimana sih? kamu itu cowok? masa sama cewek aja nurut banget? kemana harkat martabatmu sebagai seorang lelaki?" Gaya si Inem.
"Daripada dengerin dia ngomel, mending diem kan, mau gimana lagi coba, Nem."
"Pacaran macam apa ini? hih,,. Mending tinggalin sekarang deh, daripada kamu terjajah terus."
"Nggak gampang, Nem, nggak semudah yang kamu kira,"
"Oh, gitu, sekarang jawab, kamu bahagia sama dia? Lebih bahagia mana saat kamu sama dia, atau nggak sama dia? Jawab!"
Joko pun diam..

Well, simple sih sebenarnya, kalau udah ngomongin ini.
Kamu bahagia nggak sama pacarmu?
Atau lebih bahagia mana saat kamu sedang sama dia, atau malah sendirian?
Atau, apa perubahan terbesarmu ketika udah sama dia?
Ada? Banyak? Apa aja?

Basically, pacaran itu kan untuk membahagiakan, saling membahagiakan, tepatnya.
Dan ketika kamu lebih banyak merasa under preasure daripada lapang, coba deh dipikir sekali lagi, worth nggak untuk dipertahankan?
Tapi kalau alasannya cinta, wah, it's so yesterday, you know?
Masih banyak janda-janda, duda-duda muda di luar sana yang masih bisa memberikan kasih sayang yang luar biasa.
Iya...
*oke ini mulai ngawur.

Nah, the end of the post, 
Cinta itu menenangkan, membahagiakan.
Relationship itu menyatukan, ada dua dunia bertemu di dalamnya, meminta untuk disatukan.
Ketegasan, itu yang perlu dalam sebuah relationship dan untuk mempertahankan cinta juga.
Tegas dong, bro!

Btw, itu pacarmu atau Tuhanmu sih? Kok nurut sampai segitunya..

Udah? Bahagia nggak nih?
Sendiri juga bisa membahagiakan, kok..

*jomblonyaritemen

Medan, 30 Desember 2013


Selasa, 17 Desember 2013

Remember to put the glass down.

A pshycologist walked around a room while teaching stress management to an audience.
As she raised a glass of water, everyone expected that they'd be asked "half empty or half full" question.
Instead, with a smile on her face, she inquired "How heavy is this glass of water?"

Answers called out ranged from 8 oz to 20 oz.

She replied, "The absolute weight doesn't matter. It depends on how long I hold it. If I hold it for a minute, it's not a problem. If I hold it for an hour, I'll have an ache in my arm. If I hold it for a day, my arm will feel numb and paralyzed. In each case, the weight of the glass doesn't change, but the longer I hold it, the heavier it becomes."

She continued, "The stresses and worries in life are like that glass of water. Think about them for a while and nothing happens. Think about them a bit longer, and they begin to hurt. And if you think about them all day long, you will feel paralyzed- incapable of doing anything."

Remember to put the glass down.

*Taken from 9gag.com

Senin, 16 Desember 2013

Curiga

"Dia nggak ada balas sms, bbm nggak diread, telfon gak diangkat. Kayaknya dia lagi sama cewek lain." kata seorang teman kos yang baru pacaran dua bulan.

Setelah ditelisik, ternyata ponsel pacarnya sedang rusak dan nggak bisa nerima sinyal. Dan dia sedang di ujung pulau melakukan touring bersama teman-temannya di klub motor.
Sangking galaunya, dia nggak selera makan. Berat badannya pun turun. Kantung matanya menghitam, dan ya, dia menangis bermalam-malam karena masalah yang ditimbulkan pikirannya sendiri.

Kadang aku merasa aneh dengan pasangan yang baru jadian bahkan lebih muda dari umur jagung sekalipun, terlalu membesarkan masalah yang bahkan nggak lebih besar dari biji mangga.
Menangis karena selama satu jam nggak dapat kabar.
Galau karena sms yang berkali-kali dikirim nggak mendapat balasan.
Iya, aneh aja.
Bisa aja kan, dia nggak bisa balas sms atau angkat telfon karena sedang nyetir kendaraan.
Terus di depannya ada cewek cantik yang hampir ketabrak.
Kemudian mereka kenalan, lalu makan malam bareng.
Sampai akhirnya mereka memutuskan tanggal yang tepat untuk menikah.
(oh, oke, ini mulai absurd)

Kenapa sih baru sebentar tapi gayanya kayak udah bertahun-tahun aja?
Malah kadang ada yang udah bertahun malah seperti masih sebentar?

Curiga.
Satu kata mematikan yang bisa menghapus kepercayaan seseorang.
Satu kata yang bisa bikin si cowok ninggalin si cewek, atau sebaliknya.
Satu kata yang simple, tapi berdampak luar biasa.

Pacaran ya kudu percaya.
Gimana mau langgeng kalau percaya aja sulitnya minta ampun.
Gimana mau harmonis, kalau kerjanya curigaan melulu?
Gimana mau gimana? kalau kerjanya gimana terus?
Nah lho?

Tapi kalau mulai dari pacaran aja udah susah percaya dan gampang banget curiga, gimana nanti kalau udah nikah, coba?
Mau dikit-dikit dicurigai punya affair sama temen kantor?
Mau dikit-dikit ditelfon cuma untuk nanyain lagi ngapain dan sama siapa?
Kalau mau dikit-dikit dikasih kabar, mending pacaran sama wartawan aja deh.. hehehe

Atau kamu selalu pengen dikasih kehangatan?
kenapa nggak pacaran sama guling aja?
kan tinggal dipeluk udah hangat..
gitu..

jadi kalau kamu sekarang sedang pacaran, dan lebih banyak diinsecure-in daripada dibikin nyaman..
yaaaaa...
putusin aja sih..

Gitu..
Pada akhirnya, ngasih saran untuk hubungan orang memang bisa lebih gampang daripada ngasih saran untuk hubungan sendiri..
Dem!


Senin, 09 Desember 2013

Saat Mungkin Adalah Tidak Mungkin

Ada yang hatinya patah, tapi tetap bersikukuh baik-baik saja.
Ada yang tertawa, walau jiwanya ingin sekali menangis.
Ada yang tersenyum cerah, padahal pikirannya terasa pecah.
Ada, ada yang seperti itu.

Ketika mungkin adalah tidak mungkin.
Saat itu juga membunuh jadi pilihan utama.
Ketika mungkin adalah tidak mungkin.
Saat itulah kesempatan telah terbuang.

Lalu kaki bisa apa?
Berlari hingga ribuan mil lalu luka?
Tidakkah cukup hatimu yang merana?
Ah, dinda, kau ini memang lemah, ya.

Saat mungkin adalah tidak mungkin.
Saat itu kau pun tak bisa lagi menatap bayangnya,
Bahkan hanya sekedar bayangannya.
Bayangan.

Ketika tiap mungkin adalah tidak mungkin.
Saat itu kau sadar hidupmu kacau.
Cintamu pergi, rindumu luruh, lebur, tanpa rupa.
Tapi kau bisa apa?

Berkaca saja sudah tak bisa.
Kau masih berharap tidak mungkin adalah mungkin?
Maka tetaplah bermimpi, bersama masa depan dan angin.
Saat mungkin adalah tidak mungkin.

Jangan menangis, tidak bisa menangis.
Saat mungkin adalah tidak mungkin,
Potret indah dirimu, masih ada.
Tersusun rapi dalam album tentangmu.

Lalu aku bisa apa?
Menatap kau pergi pun aku tak kau beri waktu.
Lalu aku bisa apa?
Saat mungkin jadi tidak mungkin.
Saat itu aku sadar.
Tidak pernah ada cinta.
Tidak,
Sekalipun,
Darimu.
Hanya aku yang merasa, kemudian, mendamba dan terluka.

Di saat itu, ketika mungkin adalah tidak mungkin.
Sampai jumpa di tanah lain yang berbeda,
Sein.
Aku menyerah...


Selasa, 03 Desember 2013

r a s a

Apa yang lebih menyesakkan daripada berada di smooking room, sementara kau sendiri nggak merokok?
Berada pada posisi mencintai seseorang yang jelas-jelas tidak pernah mencintaimu.
Sesaknya melebihi asap nikotin.
Barangkali pun melebihi asap angkutan umum yang sudah bertahun-tahun menempuh ribuan kilometer.

Suatu hari pada satu titik kau menduga rasamu telah mati.
Namun ingatan terus menghidupkannya kembali.
Apa yang susah?
Mencintai tapi tak berbalas sama sekali.

Ah, hei, luka mungkin terasa menganga.
Tapi saat itu terjadi, kau bisa apa?
Padanya pernah kau beri rasamu sepenuh jiwa.
Kemudian kau tak sadar diri, tak ada dirimu di hatinya.

Kau tau apa yang lebih menyedihkan daripada mencintai seorang sahabat sendiri?
Saat kau adalah orang yang ia kenal, lalu kemudian benci karena rasamu.
Kau tau rasanya?
Aku tau.
Perih.

Aku dengarkan beberapa tembang dari seorang penyanyi luar negeri, yang lagu pertamanya sangat kubenci.
Beberapa daftar berikutnya, membuatku teringat akan mu.
Aku benci, jika tau aku masih seperti dulu.
Merindu, mencinta pada cinta yang tak pernah memberi cinta kembali.
Seperti seorang perempuan malam yang tak tau malu. Kau buat aku.

Aku tidak pernah ingat, apa alasan terbesarku menaruh rasa ini pada ragamu.
Tidak ada, mungkin, atau terlalu banyak, hingga aku pun tak lagi paham.
Ah, dirimu.
Bahagialah kamu.
\
Di tempat ini, semua orang sudah sibuk dengan kerjanya,
Kecuali aku, dan kenangan tentang kita.

Senin, 02 Desember 2013

Kepada seorang teman, yang bersamanya cintaku tumbuh

Kepada seorang teman, yang bersamanya cintaku tumbuh,
apa kabarmu?
Sudah hampir berpuluh minggu, kita tak lagi bertemu.
Hei, apa kabarmu?

Kepadamu, pemilik hati itu.
Akupun tak ingin tenggelam dalam haru melulu.
Untukmu, pernah kusandarkan segala ragu.
Padamu, hanya padamu.

Teruntuk pemilik senyum itu.
Sesungguhnya pun aku merindu.
Tapi untuk katakan padamu, ah, apalah dayaku.
Melihatku saja, kau pun tak mau.

Kepadamu, pemilik aroma itu.
Kopiku tiap pagi terasa lebih pahit dari kenyataan berdua.
Seperti masa lalu yang tak pernah terbentuk bahagia.
Padahal hati sudah meracau ingin bersama.

Kepada seorang teman, yang bersamanya cintaku tumbuh.
Bahagialah dalam dirimu.
Selalu.
Walau rindu menggebu ingin bertemu.
Kita tak akan bisa menyatu.

Ah, untukmu, seorang teman, yang denganmu ingin kuhabiskan hidup.
Mungkin hanya kau yang tau mengapa sampai saat ini, aku masih sendiri.
Mungkin hanya kau yang bisa, membuka lagi, tiap rasa.
Tapi biarlah, tetap saja tiada berguna.

Dengan atau tanpamu, akan kuhirup tetap udara.
Mencinta seakan penuh cinta.
Walaupun hanya kepadamu, cintaku pernah tumbuh.
Dulu


Minggu, 01 Desember 2013

anti sosial? Meh

Apa sih yang ada di pikiranmu tiap kali denger kata, "anti sosial" ?
Apakah orang yang individualisme nya tinggi, atau orang yang nggak bisa berbaur dengan orang lain, atau malah orang yang memilih untuk hidup sendiri dan menghindari interaksi?
Nah, menurut salah satu sumber internet, sikap antisosial merupakan bentuk sikap seseorang yang secara sadar atau tidak sadar tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
Bingung? Aku pun!

Nggak ngerti kenapa, belakangan ini sistem kekebalanku dengan orang lain mendadak kambuh.
Jadi agak kurang bersahabat dengan orang baru.
Well, walaupun kerjaan yang sedang kujalani ini mewajibkan untuk ketemu dengan orang baru tiap kali liputan, ya seenggaknya bikin aku jadi bisa menggerus sedikit antisosial yang ada di dalam diri yang kece ini.

Kalau ada yang bilang aku introvert atau antisosial, maka dengan senyum yang megah, aku bakal bilang kalau aku ini adalah high functioning sociopath. Nggak ngerti? Do your research!





Selasa, 29 Oktober 2013

Ingat Mantan

"Dan, mantanku add facebookku," Top said.
"Hah, mantan?"
"Iya, approve nggak ya, hehehe,"
"wah, emang dari dulu nggak temenan?"
"Temenan, tapi dia delete aku, biasalah, cerita pisahan gitu,"
"Oh, ya diapprove aja, nggak masalah toh,"
"hehe, iya, kangen juga,"
----kemudian hening ----

Jadi inget kamu...

Kalau ngomongin perkara mantan, bingung juga kudu mulai dari mana.
Sebenarnya nggak asik sih  ngomongin masa lalu.
Berasa nggak move on aja.

Well,
bicara tentang kangen mantan,
kok kayaknya kelu ya di lidah.
Mungkin karena nama itu udah nggak perlu lagi muncul.
Kabarnya pun udah nggak terlalu penting lagi.
Iya, begitulah nasib mantan,
Kadang terlupakan, kadang terkenang diingatan.
Yang kedua sih lumayan,
yang pertama ini, nggak enakan.

Sebenarnya, nggak enak juga ngelupain mantan.
Mantan bisa jadi kawan juga, kan?
Ya, seenggaknya, itulah yang kali ini terjadi antara kita, kawan.
Well, let me call you kawan deh, karena nama mantan, rasanya nggak nyaman.

Sudah jarang sekali berbincang,
tentangmu, tentangku, atau tentang seseorang.
Yang dijari manisnya ada cincin pemberianmu melingkar.
Minggu lalu kau bilang, kalian sedang bertengkar.
Hey, kenapa kau berkisah?
ah, bagiku tak ada gunanya.
Kau siapa?
Sebutlah mantan.

Aku paling jengah tentang ceritamu di masa lalu.
Saat kita, masih antara kau dan aku.
Rasanya bosan dengan cerita lamamu itu.
Ingatanku kembali pada lagumu.
Lagu lama, cerita lama, tak kunjung berlalu.

Kau sudah seperti guru sejarah.
Bercerita tentang sejarah,
mementingkan sejarah.
Ah, lama-lama jadi gerah.
Hey, kenapa aku mulai marah?
Tak adalah gunanya.

Bagaimana persiapan pernikahanmu, mantan?
Sepertinya aku tak bisa hadir sebagai permintaanmu.
Maafkan.
Ada beberapa kerjaan masa depan yang harus kukerjakan.
Maafkan.
Hey, kenapa aku minta maaf?
Kau ingat saja tidak, kan.

Ah, sudahlah.
di atas aku lihat awan,
dalam geraknya, aku mengingatmu. Mantan.


-----Kemudian lagu Facebook dari Gigi pun bergema ke seisi ruangan----
Memberi sedikit kenangan tentangmu, mantan.


I Wish I Was Cyclops

Do you ever get so angry, then you want to kill someone?
Parnah nggak kamu begitu marah, sampai ingin membunuh seseorang?
Pernah nggak kamu begitu jengah dengan seseorang, sampai akhirnya kau berharap akan ada truk yang mendadak menabraknya hingga berkeping?

Aku pernah!
Baru saja.
Sungguh, aku sedang marah, baru saja.
Andai saja aku bisa membunuh dia.

Ah, aku mulai benci mereka.
Tutur katanya yang tak pantas.
Siapa mereka?
Nobody! mereka bukan siapa-siapa.
Hanya manusia yang gila hormat dipenuhi moodynya.

Gila saja jika aku ikutan gila.
Apa bedanya?

Ah, andai saja aku ini Cyclops dari X-Men.
Sudah kulaser dia.
Kuleburkan tubuhnya menjadi partikel kecil tak berbentuk.
Lenyapkan nyawanya.

Andai saja mataku bisa seperti Cyclops.
Dia akan mati begitu selesai bicara.
Dia akan membatu, kaku, ah, aku suka begitu.
Dia mati, setelah bicara yang tak penting, setelah kalimatnya penuh dengan moody yang dia miliki.

what kind of leader yang selalu membawakan mood seperti itu?
Mati sajalah.
Kalau tidak mau, aku bisa minta Cyclops untuk melasermu.
Atau Logan untuk menusukmu dengan jari-jarinya.
Mudah, kau tinggal minta.
Mau mati dengan cara apa.
Bilang saja.

Hei.
dia kira dia siapa?
hanya manusia tanpa kharisma.
Oh, atau aku yang buta tak bisa melihatnya.
Mungkin saja.
Mata Cyclops ku tak mampu memandangnya.
jika kulihat, dia akan musnah.
ah, masa bodoh dengannya.
Mati sajalah dia.

I wish I was Cyclops.
Dengan mataku, kubunuh kau.

Kamis, 24 Oktober 2013

I call him abang

Abang, begitulah aku memanggil sosok yang baru kukenal beberapa bulan lalu.
Orang yang baru kukenal, tepat saat aku menginjakkan kaki di tempat kerja ini.
Dia lugu, raut mukanya begitu serius.
Tapi cobalah untuk mengobrol dengannya, parutmu harus siap diaduk.

Aku memanggilnya abang, saat yang lain memanggilnya dengan nama ras.
Call me rasis, tapi aku memang nggak terbiasa menamai orang dengan rasnya.
Menurutku itu terlalu mainstream, dan kadang, aku benci hal-hal yang begitu.
Abang! begitulah tiap kali kami mulai berbincang, panjang, tentang banyak hal.

Dia memanggilku Dek, iya, adek.
Aku suka panggilan itu, berasa seperti di rumah.
Tempat yang selalu kurindukan untuk ada disana.
Dan aku suka caranya memanggilku, ntahlah, tak tau bagaimana, aku hanya suka. itu saja.

Berbincang topik aneh, tentang betapa tampannya dia, dan betapa butanya aku menggodanya.
Tertawa, itu yang selalu dia hasilkan dalam perbincangan berdua.
Aku suka, ini membuatku betah.
Hal yang mulai sulit kurasakan disini.

Abang ini bukan seperti abang biasanya.
Dia hanya orang asing yang menjelma begitu ramah, dan seperti kawan lama.
Ah, andai kalian melihat percakapan kami, absurd dan tak biasa.
Percakapan yang selalu kutunggu tiap paginya.

Pernah aku berpikir, mungkin aku sedang jatuh cinta.
Tapi itu hanya sebuah pikiran gila.
Mana mungkin bisa, jatuh cinta dengan Abang?
Ah, yang benar saja. Tidak mungkin lah

Dia adalah kawan yang seru, lucu.
Diluarnya, dia mungkin lugu, tapi ya kalian nggak akan tau.
Lisannya menarik, aku seperti sedang berbincang dengan orang di kampungku,
walaupun wajahnya jelas beda.
Si abang, aku tidak terlalu mengenalnya,
waktu dengan hitungan bulan tak akan cukup untuk mengenali seseorang.
Akupun tak harap lebih, kami bisa berbincang,
dan membuatku betah di tempat ini saja sudah bagus nampaknya.
Abang,
tidak boleh dan jangan merasakan jatuh cinta padanya.
Tidak pantas rasanya.
Karena Abang, dia sudah berkeluarga.


Senin, 07 Oktober 2013

mimpi sendiri

Apa kau pernah terduduk tenang di bawah kaki langit, sendiri?
Kemudian kau bunyikan suara petikan gitar yang syahdu namun menyakitkan.
Lalu kau tutup mata, seolah itu hanyalah imajimu semata.
Setelahnya kau pun terasa terbang, bersama musik, kepada langit, tinggi.

Hanya ingin bebas, hanya itu yang aku mau, kali ini, di hari ini.
Aku ingin menatap langit tanpa takut segera buta.
Merasakan birunya langit, mengecap aroma udara, panas.
Lalu teriak, tapi air mata malah turun, deras.

Ah, sudahlah, aku ingin terjun dari tempat tinggi.
Merasakan tiap desakan kekuatan yang keluar.
Lalu hancur, luluh bersama tanah.
Tak ada yang tau selanjutnya, hanyalah bau, mematikan penciumanmu.

Dan roh ini kemudian melayang bersama bintang.
Tak lagi terdengar musik indah dan hirupan nafas tenang.
Semua sudah hilang.
Bersama mimpi, mimpi sendiri.


Minggu, 06 Oktober 2013

Selingkuh denganmu, aku mau

Pekan ini, wajahmu tak lagi kutemui.
Kerjamu, kerjaku, berpadu dalam satu.
Kita sudah sama-sama tahu, sibuk.
Kadang sangking sibuknya, bisa bikin mabuk.

Pekan lalu, parasmu lelah bertemu.
Dalam pelukmu, rinduku pun luruh.
Menggeliat manja, mesra kita berdua.
Senja rasanya lebih indah.

Secangkir teh hangat kau pinta.
Hangatnya tak melebihi dekapanku, katamu.
Kasihmu selalu berpagut, dengan kangen yang kian menggunung.
Bersama peluh lelahmu hari itu, kita bisa tertawa, lepas.

Berbagai cerita, telah kita gelar bersama.
Ukiran canda, yang kita suka.
Tapi tetap tak lama.
Kaupun harus kembali, pada kekasihmu, disana.

Ah, andai saja, cinta itu kamu.
Mungkin aku akan menyerahkan seluruh cinta itu, hanya padamu.
Sekedar berandai-andai.
Kau, temanku yang selalu seperti pecintaku.

Pekan depan, semoga wajah kita bisa bertemu.
Bersama geliat gelisah manja.
Habiskan petang bersama.
Saat kekasihmu tak ada.
Ketika itu, selingkuh denganmu, pun aku mau


Selasa, 17 September 2013

You look like a man I like to ....

I love the way you put your headphones on
You look like a man I like to listen on every single day in my life.

I love the way you wear your glasses.
You look like a man that guide me since a child, yes, like a daddy.
You look like a daddy, dearest daddy for me.

I love the way you speak.
You look like a man I like to see in every sunshine.

I love the way you repair my compie.
You look like a man I like to being guided with.

I just love the way you are.
You look like a man I like to marry with.



Selasa, 13 Agustus 2013

semoga betah

"semoga betah"

Kenapa semoga betah?
kenapa tidak, betah ya..
atau tahan lama ya..
atau semangat ya kerja.
apa disini semua tidak betah?
kenapa tidak betah?
ah tak tau lah.

betah tak betah,
mungkin harus betah.
bagaimana beta harus betah?
jika ucapannya semoga betah?
kulihat ada juga yang betah.
ada juga yang tidak betah.
aah, pusing beta jika tak betah.
betah tak betah ya betah-betahin.

Selasa, 25 Juni 2013

nenek

Aku kembali pada rasa yang dulu paling kusuka.
Teh dengan sedikit gula.
Manisnya menggantung di lidah, dan hangatnya hingga ke perut.

Aku ingat dengan teh yang biasa di buat nenek, sebelum aku berangkat ke sekolah.
Teh hangat setengah gelas, tidak terlalu manis.
Segelas kehangatan pagi mengiringi sesudahnya.
Secerah senyum nenek tiap pagi.

ah, aku rindu dia.
Perempuan sederhana dengan kulit yang sudah tak mulus lagi.
Seorang perempuan yang selalu menungguku tiap siang dengan sebuah pertanyaan wajib, bagaimana pelajaranku di sekolah. 
Sebuah pertanyaan yang kadang membuatku takut pulang.

Nenek, ah aku rindu masakanmu.
Aku rindu cerita-ceritanya, cerita tentang jaman penjajahan.
Dan aku suka. 
Ah nenek, aku rindu.

Sabtu, 22 Juni 2013

Tulang pipi ^^

Namanya Tulus, sebutlah begitu.
Dia punya tulang pipi persis sepertimu.
Sepertinya dia juga punya semangat yang sama besarnya denganmu.
Mungkin saja begitu.

Tepat di arah jam 9 tempatku duduk dengan segelas teh hangat, dia ada.
Tulang pipinya mengingatkanku padamu.

Jumat, 21 Juni 2013

Kita, Kawan

Untuk beberapa hal, aku sudah tak kau anggap teman lagi.
Kemudian petir menyambar.

Kalau itu maumu, aku bisa apa.
Mungkin hanya mengikhlaskan menjadi orang yang tak terlihat lagi di matamu.
Kemudian senja terasa menyedihkan.
Kopiku rasanya sangat pahit, sudah kutinggalkan.

Kita sudah tidak berteman lagi, seperti ada, namun tiada.
Aku di belakangmu, tanpa kau tau, tanpa kau rasakan kehadiranku.
Aku sudah seperti hantu saja untukmu.
Tapi tidaklah ada hantu sepertiku.

Selalu ada kabar tentangmu, kawanku.
Tapi aku bisa apa.
Menanyakan keadaanmu saja aku dibelenggu ragu.
Kalau kau sakit, lantas aku bisa apa?

Aku pernah melihatmu, tepat di seberang jalan tempatku berdiri.
Wajahmu lusuh, dengan pakaian kuliahmu.
Sepertinya kaupun belum membasuh tubuhmu.
Seperti biasa, kau berjalan, lengkap dengan musik pengiringmu. Kau nampak lelah waktu itu.

Aku hanya bisa terdiam, melihatmu hilang di keramaian.
Kuharap kau pulang tak larut malam.
Kuharap kau punya waktu cukup untuk hilangkan lelahmu.
Kuharap kau tidak lusuh.

haah, kawan, apa kabarmu?
biarkan sajalah aku tetap memanggilmu kawan.



Kamis, 20 Juni 2013

Chocolate Ice Rasa Kamu

Segelas cokelat siang ini, mirip denganmu.
Dingin.

Tapi cokelat panas juga nikmat.
Rasanya berbeda, dan menenangkan.
Persis seperti teh hangat saat senja.
Mungkin kau pun hangat, hanya saja aku tak bisa merasakannya.

Aku pernah mendengar kisahmu.
Kisah yang tak pernah keluar dari mulutmu untukku.
Aku ingin ada di situ, bersamamu, membuat sebuah kisah baru, denganmu.
Bagaimana menurutmu? Apa kau setuju?

Cokelat dinginnya sudah hampir habis.
Seperti perasaanku ini, untukmu.


Senin, 27 Mei 2013

kopi sore ini

Kopi sore ini rasa masa lalu.
Pahit.

Kadang aku rindu kopi rasa senja, rasa kedamaian, dan kerinduan.
Kopi yang sudah masuk dalam kelompok kopi langka.
Mungkin perlu sesekali aku mencoba kopi rasa pelukan.
Minum kopi hangat sambil terdekap di pelukanmu.

Ah, tapi kurasa itu sudah kisah lama.
Kopi rasa pelukan itu sekarang menjadi langganan orang lain.
Biar saja aku begini, terbiasa dengan kopi rasa kenangan pahit.
Kau juga tidak peduli.

Kopimu sekarang rasa apa?
mungkin saja rasa pernikahan yang akan segera menjelang.
Kopi rasa mas kawin. heheh.
Sudah kau siapkan mas kawinmu, mas? Dia minta yang seperti apa?

Kalau kau ingin mengirimiku undangan perkawinanmu, kau harus sertakan kopi wajibku.
Kopi rasa keikhlasan.
Supaya aku ikhlas kau jadi punya dia.
Bisa juga kopi rasa penyesalan. Karena aku sudah menyesal kenapa tidak dari dulu kau kelepaskan.

Ah, sudahlah.
Kopi pahit ini sudah hampir habis di gelasku.
Sepertinya aku harus segera beli gula supaya tak kelu lidahku.
Gula pengganti masa lalu, semoga lebih manis, ya.

Kopi sore ini, disuatu sore di tanggal yang sama suatu hari nanti.
Semoga rasanya manis dan tak terkekang masa lalu.
Segelas kopi visioner, dengan krem, dan sedikit gula.
yang akan kunikmati dengan bahagia, entah bersama siapa.

Rabu, 22 Mei 2013

jam sebelas malam

sudah jam sebelas malam, sayang.
kau masih belum juga pulang.
Apa kau terlalu sibuk hari ini?
atau kau memang tidak ingin pulang..

sudah jam sebelas malam sayang,
hujan sudah reda sejak adzan maghrib berkumandang.
Tapi kau masih belum juga pulang.
kuharap kau tidak lupa rumahmu.

sudah jam sebelas malam, sayang.
kopimu sudah kuseduh, dengan sedikit gula seperti biasa.
air mandimu sudah ada, bersiap membersihkan lelahmu.
Tapi kau masih belum pulang juga.

sudah jam sebelas malam, sayang.
jangan sampai ibuku tau kau masih belum pulang.
Dia akan marah, mungkin akan merutukiku karena memilihmu.
Tapi aku pun sudah terbiasa dimaki atas namamu.

Sayang, harus sampai jam sebelas keberapa aku menunggumu pulang?
Pulang ke rumah ini, bersamaku.
Kau harus ingat alamatnya.
Karena aku pun tak akan pindah.

Sudah jam sebelas malam, sayang.
sudah berapa ratus kali kau kutinggal tidur? apa kau tidak bosan?
aku saja bosan, tiap kali ditanya kapan suamiku akan pulang.
Pulang ke rumahnya, pulang ke tulang rusuknya, pulang ke pasangan yang disatukan Tuhan.

Jam sebelas malam sudah lewat.
Biarkan aku bermimpi malam ini, sayang.
Semoga besok pagi kau sudah pulang.
Semoga besok pagi, kau nyata, sayang.


Minggu, 21 April 2013

Cerita tentang bapak

Sudah waktunya bersih-bersih blog.
Entah udah berapa lama gak pernah didatengin, untung belum laleran kayak hati yang udah lama dianggurin.

Sebulan ini, dihabiskan di rumah sakit.
Laki-laki paling tangguh di rumah akhirnya harus pasrah dengan sakitnya. Penyakit yang bahkan kami pun gak ngerti kenapa bisa ada sebanyak itu.

Awalnya, bapak sakit vertigo, sakit kepala luar biasa yang juga judul lagu U2. waktu itu diopname lima hari di rumah sakti di Binjai. Setelah pulang ke rumah dan istirahat beberapa hari, bapak balik lagi kerja.
Dan aku pun kembali menyelesaikan bab 5 ku yang sempat kudiamkan. 
Sekitar dua minggu setelahnya, waktu aku di kos, lagi enak-enak main Criminal Case, dikabarin kalau bapak diopname. Di klinik tempat kerjanya, kali ini demam tinggi, begitu kata bidan yang ngerawat.
Dua hari setelahnya, aku ingat, itu hari Minggu, kakak ngabarin kalau bapak bakal dibawa ke rumah sakit di binjai lagi. 
Kakak terus cerita, Bapak udah dirawat di klinik selama dua malam sebelum akhirnya ngabarin mama di rumah. Alasannya, mama lagi sibuk ngurusin anak-anak didiknya yang mau ujian semester, dan aku yang lagi sibuk ngurusin sidang. Satu alasan yang bikin kesel sekaligus sedih.

Minggu siang, aku pun ke rumah sakit, dengan perasaan yang campur aduk. Di rumah sakit, bapak udah tergeletak, badannya agak kuning dan lemas. waktu ngeliat aku dia cuma bilang, "Adek ngapain kesini?" iya, dia cuma ngomong gitu terus tidur.
orang yang udah cemas luar biasa, perasaan campur aduk, dan cuma ditanya, ngapain dateng? ahhhhhh... rasanya itu yaa..

aku gak tau perkembangan berikutnya keadaan bapak secara langsung. Setelah dari rumah sakit, aku gak boleh ngunjungin bapak lagi, kecuali kalau udah sidang. 
Iya, sidang, itu syaratnya.

Syarat sidang itulah yang buat ketemu sama pak Safrin, dopingku, jadi hari yang paling kutunggu. Hitungannya adalah, semakin cepat sidang, semakin cepat juga ketemu bapak. 
Hari sidang pun ditentukan, Sabtu 23 Maret 2013 jam 10. Aku pun akhirnya, bisa ngadepin hari yang paling kutunggu-tunggu. Proses puncak untuk jadi sarjana, dan pelaksanaan syarat ketemu bapak.
Kuakui, ujian meja hijau yang udah kusiapkan pun kurang maksimal. B+. Itu yang kudapat. Alhamdulillah masih bisa dalam taraf memuaskan, walau dalam hatiku, aku kecewa karena kurang persiapan mental dan pikiran. Tapi yasudahlah, berikutnya, yang penting aku bisa ketemu bapak.

jam 12 kurang sepuluh menit, aku akhirnya udah nyelesain segala keperluan setelah sidang, aku ingat, di depan ruang departemen, aku pun menghubungi mamak. Nada panggilan pun cukup lama, sampai akhirnya suara mamaku terdengar di ujung sana.
"Kayak mana tadi dek? lancar kan?"
"Alhamdulillah mak, lancar. Ini adek mau ke rumah sakit ya."
"Bawa baju kan?"
"enggak mak, cuma yang dipake aja, kan bisa pulang ke rumah."
"memangnya adek kira mamak lagi dimana sekarang?"
"lho, bukannya di binjai?"
"udah di Adam Malik, dek, tadi malam bapak dibawa kesini."
"kenapa mak? sakitnya udah kayak mana?"
ada suara tertahan dari mamak "makin parah sakitnya. yaudah adek kesini ya cepet, bapak udah nyariin aja."
telfon kututup. dan entah datang dari mana persediaan air mataku. Tangisku pun meledak. Kawan-kawan yang lagi nungguin pun kebingungan. Aku gak ingat banyak setelahnya. Aku cuma ingat aku permisi ke kawan-kawan Pijar dan nerima ucapan selamat dari mereka. Kecuali dia sih.

jam 1 siang, aku, nenel, dan novia udah di adam malik, medan.
berusaha nemuin ruangan bapak dan tetep mencoba menguatkan novia, yang almarhum papanya pernah di rawat disana juga. Kenangan itu menyakitkan, dan terpaksa dilupakan, karena memang harus diikhlaskan.

setelah sekitar 10 menit, ruangan akhirnya ketemu.
bapak tergeletak di tempat tidur, badannya kuning, matanya merah, dan udah gak bisa ngomong.
Siapa yang bisa tahan dalam kondisi begini? 
"Adek udah sarjana pak, tinggal wisuda aja nih. sembuh ya pak."
dan bapak cuma senyum, megang kepalaku.

beberapa hari, kondisi bapak gak nunjukin kemajuan. dokter yang dateng pun melulu nyuruh cuci darah, dia bilang bapak udah gagal ginjal.
seorang suster yang sempat nanganin bapak malah nanyak apa aku baru tamat sekolah, gegara aku tanya, obat yang ada di resep itu sebenarnya obat apa. Setelahnya, dia selalu mandang aku dengan sinis. Iya, suster bedebah.

setelah lima hari, bapak gak kunjung membaik, malah makin parah. Bicaranya mulai ngawur.Indra perasanya udah gak bisa lagi. Sore itu, akhirnya, bersama kakak dari bapak, kami pun bawa bapak keluar dari rumah sakit itu, ke daerah Garu. Rencananya bapak akan dirawat secara pengobatan alternatif.

Malam di Garu.
Panas badan bapak mulai tinggi, akhirnya diputuskan untuk dikasih infus dari bidan di sekitar sana.
Malam itu, adalah malam yang paling penuh pesan dari bapak.
suaranya yang serak dan kecil ngasih banyak pesan, terutama ke kakak.
Seperti orang yang mau pergi, bapak ngasih banyak wejangan dengan suara kecil dan berbisik.
Alunan ayat Allah pun gak berhenti malam itu.
Doa kami cuma satu, kalaupun Allah ingin manggil bapak, mudahkanlah jalannya, dan kuatkan kami.

Tapi malam itu, perkiraan kami syukurnya meleset. Panas badan bapak berangsur turun.
jam 9 pagi, kami bawa bapak ke rumah sakit, permata bunda. kali ini kami ingin coba rumah sakit swasta, semoga pelayanannya jauh lebih baik dari dua rumah sakit yang sudah-sudah.

di Permata bunda, kami menempati ruangan Delima 302, yang diplesetkan Yassir jadi ruang Dilema, karena aku sering galau. entah apa hubungannya.

dokter yang nanganin bapak, namanya M.Silalahi, seorang dokter yang udah cukup tua dan biasa dipanggil opung. Dari pemeriksaan disana, akhirnya bapak diketahui sakit malaria, tifus, radang hati dan gangguan fungsi ginjal.
Iya, empat macam penyakit sekaligus.

Selama di rumah sakit, akupun mendiamkan revisianku sementara waktu. Prioritasku saat itu adalah kesembuhan bapak. Bapak memang gak bisa ditinggal. Kalau salah satu dari kami mau keluar kamar dan bapak sedang tidak tidur, maka kami kudu bilang mau kemana, kalau gak, ya beliau bakal nyariin terus.

Selama di rumah sakit, aku mensyukuri banyak hal. Akhirnya, setelah sekian lama, sering pisah, akhirnya kami sekeluarga bisa sama-sama terus, walau dalam keadaan yang sulit. Mama dan bapak yang pisah rumah, akhirnya bisa sama-sama, walaupun menguras emosi yang luar biasa.Akupun yang selama ini sibuk dengan duniaku sendiri, akhirnya bisa sama-sama dengan keluarga dalam waktu yang lama, tidur sama, dan ada selama 24 jam untuk mereka. Dan cerita-ceritaku pun kubagi pada mereka, hal yang paling jarang kulakukan di rumah.

Kebahagiaan itu makin terasa saat akhirnya tes darah menunjukkan sakit bapak udah berkurang, malarianya udah hilang, jumlah obat pun dikurangi, dan indra pengecap bapak udah pulih lagi. Hal ini pun ditambah dengan bapak yang mulai bisa duduk, walau dengan bantuan dari belakang. Tapi berita bagus adalah berita bagus.
setelah seminggu, akhirnya bapak mulai mau belajar jalan, walau sulit.
Sebulan tergeletak, bikin bapak pun harus belajar jalan lagi. Indahnya waktu liat bahagianya mamak yang menopang lengan bapak untuk bisa jalan.

hari ke 11 bapak di rumah sakit, akhirnya udah diijinin pulang.
dan saat itupun, aku harus balik ke habitatku di kos, karena buk dewi, dosen pengujiku, udah nyari-nyari karena aku gak kunjung ngasih revisian. 
Yak! dan aku ini mahasiswa yang dicariin dosennya, iya, dan rasanya gak enak. beneran.. hehhe..

sampai hari ini, Bapak masih rawat jalan.
hal yang paling kusukai adalah, bapak makin peduli sosial, hal yang jarang dia lakukan sebelumnya.
Kami pun seperti absen ulang, karena ingatan bapak juga mulai kembali dan mulai nanyain nama-nama orang di sekitar kampung.

ahhhh...
ini dulu deh ceritain bapak nyah..
besok lanjut lagi..

Karena menulis tentang orang yang kau sayang, tidak akan pernah kehabisan ide, kau hanya akan kehabisan...... kuota internet..

Selasa, 19 Maret 2013

B'day boy, happy

Good night, b'day boy.
Bahagia untukmu, dan hidupmu selama ini.
Bahagia bisa mengenalmu,
Bahagia bisa menjadi temanmu.
Bahagia bisa jatuh cinta padamu,
dan aku pun bahagia, bisa merasakan penolakanmu.

Teruntuk lelaki bermata sipit yang berulang tahun hari ini, tanpa melihat senyummu pun aku tau kau bahagia.
Di dalam sana, lubuk hatimu, ada rasa rindu pada keluarga, dan rekanan di kota di sebelah Jakarta.
Tanpa menyentuh pundakmu, aku tau kau sudah lelah dengan rutinitasmu.
Terbalut semangat dan kewajiban, atau malah terlupakan karena pengaruh bebek Peking minggu lalu?
Hahaha,
lelaki sipit yang selalu harum ini, masih belum kumiliki, atau mungkin tak pernah mendampingi.

Semoga bahagiamu tahan lama.
Jadi aku bisa menikmati senyummu lebih lama,
mendengarkan tawamu lebih lama,
dan kehangatan ceritamu lebih lama.

Dear b'day boy,
aku bingung hadiah apa yang pas untukmu.
Tahun lalu, cukuplah buku proyek kuhadiahi padamu.
entah buku itu masih ada, atau kau sudah menjadikannya bagian dalam kotak barang tak terpakai.

hmmm, b'day boy,
happy for you, happy.

Selamat ulang tahun ke 22, Sein.
Bahagia untukmu. :)

Minggu, 24 Februari 2013

Mahar Untukku, dulu

Sabtu tadi malam, aku lupa Sabtu adalah bagian dari malam minggu, harinya orang-orang yang punya pacar melaksanakan ritualnya. Ritual yang kadang bikin sesek si jomblo.
seorang sahabat akhirnya berdiskusi tentang kuesioner penelitian skripsinya ke aku. dan seperti biasa, berakhir dengan obrolan absurd.
Sampai namamu muncul di layar ponselku.

Salam dari suaramu yang jauh disana akhirnya bisa kudengar lagi setelah hampir sebulan kita tidak bicara. 
Banyak hal yang kita ceritakan, laksana teman lama yang baru saja mendapatkan nomor kontak. 
Kau tanyakan rencanaku untuk datang ke pulau tempatmu sekarang, dengan akomodasi ditanggung penuh. 
Tapi harus bagaimana, skripsiku saja belum selesai, tidaklah bisa kubuat janji untukmu kita bisa menyaksikan senja di pantai.
sebuah penggalan percakapan yang mampu membuatku terdiam, muncul setelahnya.

"Kalau segala urusan udah selesai, segera beri tau ya, kan harus ada perencanaan biar lebih mudah, dan tiket kan harus disesuaikan, semoga harganya gak melambung ya,"
"Kalau tidak ada biaya, jangan dipaksa,"
"Kalau sekarang memang tidak ada, tapi insyaallah nanti saat skripsimu selesai, sudah ada. Lagi pula, aku baru beli kendaraan, jadi ya uangnya sudah habis"
"Habis berapa untuk itu?"
"21 juta."
"Kamu habiskan uang sebanyak itu untuk kendaraan tapi tidak untuk tiket?"
"Itu dari tabunganku,"
"Kamu menguras tabungan hanya untuk sebuah kendaraan? Parah"
"Itu dari uang 30 juta yang mau aku pakai untuk melamar kamu, dulu."
"Ha? melamar?"
"Iya, kamu inget gak? dulu aku pernah minta kamu nanyain ke mamamu, berapa mahar yang dia mau kalau aku mau melamar kamu. Waktu itu beliau jawab 30 juta, kamu inget?"
"Iya,"
"Sejak hari itu, kalau tidak salah, itu ulang tahun hubungan kita yang ke tujuh tahun. Aku mulai rajin nabung, dan ngurangin belanja hal yang gak penting. Buatku gak masalah, yang penting, nanti bisa sama-sama kamu."
"Dan ternyata uang itu sudah kamu siapkan, tinggal sedikit lagi kan?"
"Iya, dari kesemuanya, hanya meminta izin dari ayahmu saja yang belum kulakukan. Tapi kamu sudah minta pisah, dan tabungan itu tidak pernah kusentuh sampai aku pulang ke kampung dan membelanjakan ibuku segala keperluannya,"
"Astaghfirullah, padahal tinggal sedikit lagi, kan. Ya Allah..."
"Hmm, ya mau bagaimana lagi, mahar sudah kusiapkan, tapi aku masih belum berani bertemu langsung dan minta izin ayahmu, tapi ya sudahlah. Toh sekarang uangnya juga udah habis."
"Tunggu, kan kamu bisa pakai itu untuk melamar pacarmu yang sekarang,"
"Enggak semudah itu, aku masih belum yakin. Sama kamu aja, perlu waktu tujuh tahun sampai aku benar-benar yakin untuk menikah sama kamu, orang yang bawa aku ke jalan kebaikan. Apa lagi dengan dia yang baru sekian bulan dan tidak mengerti banyak tentang aku."

Dan akhirnya, aku hanya bisa diam mendengarmu bicara dan menghela nafas.
Usahamu sudah begitu dekat, tapi kalau memang tidak jodoh, ya tidak akan jadi juga, berapapun mahar yang sudah disiapkan.
Semoga di jalanmu ke depan, kau bisa lebih berani, Hati.


Senin, 11 Februari 2013

Hari ini, setahun yang lalu

Seorang sahabat berceletuk, hari ini, tepat setahun kita berpisah.
Aku sudah lupa, sampai dia yang bilang. Aku pun tidak memiliki alasan yang pantas untuk mengingatnya.
Tapi kau tau? aku masih ingat, dengan jelas.
Sejelas matahari yang akan muncul esok pagi.

Hari ini setahun yang lalu, 11 Februari 2012.
Bersama Philo dan Ikari, sebuah perjalanan dengan kereta api kami lakukan, mendadak.
Karena kadang, hal yang direncanakan justru gagal sebelum pelaksanaan. 
Jam sebelas siang hari itu, sebelum tiket dibeli, sebuah kenyataan harus kuterima.
Sebuah kenyataan bahwa aku lelah, lelah menggapai kita seorang diri. Lelah terus berjuang mencapai mimpi yang dari dulu bersama kita bingkai untuk masa depan. Lelah jika harus berlari seorang diri, sedangkan kau diam, tak bicara atau bergerak sekalipun.

Sebuah keputusan yang kuambil, bahwa tak kan ada lagi kita, dalam aku padamu.
Hari ini, setahun yang lalu. Senja begitu indah. Garis emas memanjang, melengkung dengan jelas.
Sore itu, kuteguhkan hatiku, harus berpisah darimu.
dan sore itu juga, aku tahu, kau memang tak pernah berjuang untukku, atau masa depan kita.
Tak sekalipun kau bertanya, mengapa, atau apa yang terjadi sebenarnya.
Kau mengiyakan, dengan makianmu sehari setelahnya.
Kau tak pernah bertanya bagaimana aku, kenapa sekarang, kau hanya memaki dan terus memaki, tanpa sedikitpun kau cari mengapa ada pisah ini.

Hari ini, setelah setahun tanpamu, belum ada orang yang terikat padaku.
Bukan, bukan aku masih mencintaimu, mungkin tak pantas rasanya kupaksakan perasaanku padanya. Dia yang membuatku kembali tertawa setelah menangis karenamu.
Hari ini, setelah setahun berpisah darimu, seandainya Tuhan memberiku kesempatan kembali pada masa sembilan tahun lalu dan mengenalmu, kemudian kembali menjadi kekasihmu hingga tahun ke tujuh, maka dengan tegas, aku akan meminta Tuhan menarik kesempatan itu.
Karena kau tau? tak ada yang perlu diulang dari kita. Karena aku akan dua kali lelahnya dari yang sudah.

Hari ini, setahun yang lalu, aku ingin katakan padamu,
Kau tak mungkin menikahiku tanpa mengerti duniaku.


Kamis, 31 Januari 2013

Kamu

Hai Kamu.
Semoga kamu selalu sehat ya.
Hari ini aku bertemu dengan sahabatku dalam sebuah lingkaran penikmat kopi dan cerita kasih.
Kali ini, dia bercerita tentangmu. Sebuah cerita tentangmu dan perempuan itu. Perempuan yang mungkin tak bisa kusaingi dalam hatimu. Kami jelas berbeda, dan aku tau, mata dan hatimu selalu tertuju padanya, bukan padaku.

Kamu, aku cemburu, walau sejujurnya tak boleh aku begitu. Tapi tiap kali kudengar kisahmu dengannya, aku tak bisa tetap tenang. Sesak rasanya dada ini, jika aku terus mendengar namanya dalam kisahmu. Kamu, aku tau kisah kita berjudul persahabatan. Mungkin tak akan bisa berubah. Tapi mengasihimu, kuharap bukanlah kesalahan. Aku benci jika harus cemburu. Walau sebenarnya tak perlulah aku cemburu, tentang kisahmu itu. Tapi bagaimana seharusnya perasaanku? Jika hingga detik ini masih kamu yang kumau.
Iya, kamu.

Cerita itu membawaku pada kenyataan bahwa dia yang mampu membuatmu diam. Mengendalikan kegilaanmu, dan membuatmu terlihat lebih agung. Sebuah cerita tentang dia yang bisa selalu ada di sampingmu, temanmu berbagi kisah yang tak pernah kau bagi padaku. Dia yang dari dulu sudah mencuri hatimu, namun tak pernah aku tahu.
Ahh, kamu. Tak pernah kah ada tempat untukku di situ? di hatimu?

Tapi, kamu, jika kamu bahagia dengan hati itu. Tak apa bagiku. Perasaan ini biar kubunuh. Hingga dia mati dan tak lagi mengganggumu.
Pada akhirnya, mencintai bisa berarti merelakan. Merelakan dia yang dengan nyata tak mencintaimu. Merelakan bahwa kamu lebih bahagia dengannya, bukan denganku. Kamu bahagia dalam hidupmu, sejatinya itulah mauku. Walau bukan aku.


Untukmu.



Hello February

Good morning, February..
Welcome, sweetie.

Kata orang Februari itu bulan penuh cinta, gegara ada Valentine's day disini. Entah apa pentingnya.
Yang aku tau, di 14 Februari, para penulis surat cinta akan gathering di Bandung, dan aku, ahh tak bisa bergabung.

Dear February, semoga rencana bulan ini bisa dieksekusi dengan indahnya. Aku tak tahan jika harus berlama-lama ada di kampus ini. Februari, di hari ini, aku mulai mencari bagaimana mengikhlaskan perasaan yang tak berbalas. Ikhlas memang sulit, namun bukan berarti tak mungkin.
Cinta-cinta di bulan ini nampaknya ada pada keluarga dan sahabat setia, bukan cintaku pada dia.

Kepada Februari pagi ini, kejutan apa yang akan kau persembahkan nanti?
Semoga tidak ada kegalauan level seribu yang menyertaimu. Sudah berbulan-bulan aku menciptakan kegalauanku, tenggelam di dalamnya. Aku ingin segalanya mulai produktif lagi.

Februari terkasih, jika kau dikenal dengan bulan penuh cinta, maka abadikan cinta mereka yang baik. Cinta yang dikukuhkan oleh makhluk Pencipta Cinta. Lalu kekalkan, jadi bukan hanya kau yang penuh dengan cinta, biarlah sepuluh bulan setelahmu juga merasakannya.
Sembuhkanlah mereka yang patah hati, beri ganti yang lebih menghargai.
Tumbuhkanlah semangat-semangat yang mulai mati, beri sentuhan penggertak hati hingga kaki akhirnya kembali berdiri, dan berani bermimpi.

Februari.
Tetaplah terkasih.


1 Februari 2013
Di awal bulan penuh cinta, dan patah hati

Rabu, 30 Januari 2013

See you again, January

Selamat pagi, akhir Januari.
Tidak terasa ya, sudah 31 hari sejak kedatanganmu di tahun ini.
Besok bulan sudah berganti.

Ada banyak kenangan yang kau berikan kali ini, Januari. 
Ya, kau tau? 
Akhirnya aku menyelesaikan semester ini, dan menuju pada semester yang lebih tua lagi. 
Ulang tahunku pun lebih berkesan dari biasanya, kumpulan manusia yang ahh, sudahlah itu memberikan kejutan yang mampu membuatku menangis.
Dan Januari, kau tau apa lagi yang indah kali ini?
Aku bisa memohon pada lilin di atas cake ulang tahunku, walaupun pada kenyataannya, lilin tidak akan membawamu pada mimpi jika kau tidak berusaha. Pada lilin itu, aku memohon dia bisa mencintaiku balik.
Ya, permohonan terabsurd dan nekad yang kubuat didepan teman-temanku.
Januari, kau mengajariku untuk berani.
Aku mulai menerima bahwa skripsiku harus segera kuselesaikan, tanpa ada lagi banyak alasan untuk menundanya.
Akhirnya, aku mulai menikmati ritme mahasiswa tingkat akhir ini.
Semuanya harus selesai segera, ada sebuah lowongan pekerjaan yang kuinginkan.
Ahh, Januari, dalam dirimu, akhirnya aku menemukan mimpi.

Terimakasih Jan, kedatanganmu di awal tahun selalu memberikan kejutan tersendiri.
Padamu banyak orang mengutarakan resolusi.
Mungkin Dewa-dewa jaman dulu sudah punya rencana kenapa namamu ada di awal tahun.
Namamu Janus kan? Sang Dewa Pintu. 
Untuk menjadi pintu yang membukakan sebuah semangat. Ya kan?

Januari, terimakasih untuk segala kenangan di 31 hari ini.
Sampai ketemu lagi tahun depan, ya.
Semoga kau sama ramahnya seperti sebelumnya.
See you again, January. :)


Medan, 31 Januari 2013
Saat menyadari besok sudah Februari

Dear You, Sein

Dear you,
Lelaki paling lucu.
Apa kabarmu? sudah beberapa hari ini tidak bertemu denganmu.
Kuakui, selalu ada rasa rindu, walaupun hanya beberapa waktu tanpamu.

Dear you, 
kamu pun tau aku selalu mengasihimu. 
Memandangmu dari sela-sela punggung kala berdiskusi.

Dear you, 
pernah muncul penyesalan saat aku dengan lugas mengutarakan perasaanku.
Membuatmu menjauh.
Tapi bukankah aku akan lebih menyesal jika tak sekalipun kukatakan aku mencintaimu?

Dear you,
lelaki penyuka rock Japan.
Melihatmu asik dengan duniamu, membuatku menemukan arti dari mencintai dalam diam.
Kau sibuk dengan kerjamu, dan aku sibuk memperhatikanmu.
Ahh, andai kau tau.

Aku menyebutmu Sein.
Dalam bahasa Afrika berarti Tanda, tapi aku sendiri mengambilnya dari kata Saint, yang berarti orang suci.
Mungkin tidak ada manusia yang suci melebihi para Nabi.
Namun di mataku, kau pun suci, Sein.
Belum pernah aku melihat seorang yang begitu tekun dengan panggilan shalat, aku sendiri bahkan.

Dear you, 
kadang aku ingin memanggilmu kekasih, ah tapi aku tau, kau hanya menganggapku temanmu. Tak pernah lebih.
sesekali ingin memanggilmu sayang, tapi kau pasti akan langsung marah.
Andai sahabat bisa berubah menjadi kekasih dengan mudah, maka aku sudah memilihmu, bahkan sebelum aku katakan aku mencintaimu.

Dear Sein, sudah lama tidak terlibat dalam peliputan berita bersamamu.
Aku rindu wajah seriusmu saat interview.
atau tingkahmu yang mengundang gelak tawa.
Kadang kau memang pantas dijitak, 
apa boleh aku menjitakmu karena tidak membalas cintaku?
Ah, aku tidak sekejam itu.

Sein, mungkin ini surat cinta yang kesekian kalinya kukirim untukmu.
Tapi tetap saja, aku belum berani menuliskan sebenarnya namamu.
Kuharap, hanya dengan melihat diksiku saja, kau tau, semua ini berarti padamu.
Kadang aku ingin berhenti jadi sahabatmu, berubah menjadi kekasihmu.
Tapi jika kehilanganmu adalah akibatnya, maka aku lebih memilih bertahan menjadi teman dalam hidupmu.

DearSein, bisakah kau mencintaiku, saat ini, seperti aku mencintaimu.
Medan, 30 Januari 2013
Dari aku, sahabat yang mencintaimu

Selasa, 29 Januari 2013

Hujan di Kota ini

Hai Hujan.
Akhirnya kau datang juga ya.
Terimakasih untuk berkahMu ya Tuhan.
Walaupun hari ini bajuku tidak bisa kering, tapi bukan kah rahmat memang harus disyukuri?

Hujan di Tanah Deli kali ini tidak terlalu deras, tapi cukup untuk membasahi sekujur tubuh dan membuatnya menggigil.
Debu-debu jalanan pun sudah tak lagi ada, ah, aroma tanah basah.

Hujan membawa sekian banyak cerita di kota ini, maka kali ini, biarkan aku bercerita.
Sebuah cerita tentang tempat ini dan kenangan di dalamnya.

Kota ini, kota tempat pancake durian tak sulit ditemui.
Kota yang penuh dengan bermacam budaya, semua tumpah ruah dibalut tenggang rasa.
Di kota ini pula, aku akhirnya merasakan kupu-kupu dalam perutku.

Hujan di Kota ini waktu itu membawa kita pada sebuah cerita.
Cerita tentangku dan dia, yang kadang kupanggil Hujan.
Cerita yang hanya akan dimengerti oleh kita, dan Tuhan sang pemilik hujan.
Sebuah cerita di sudut kota.

Kau tau, sudah terlalu lama kau tak hadir di kota ini.
Begitupun aku, kota ini pasti merindukanmu.
Kau yang sering duduk berdiskusi dengan kopi hitam pekat.
Tatapanmu pun lekat.

Kota ini merindukanmu,
begitupun aku, dan hujan yang pernah kita pandangi bersama.

Jika sampai saatnya kembali, aku ingin menjemputmu di tempat yang dulu aku ingin menangis karena kepergianmu.
tersenyum dan berucap,
Selamat datang di rumah.

Medan, 29 Januari 2013.
Waktu Medan diguyur hujan, dan kau tak ada


#30HariMenulisSuratCinta
#CintaUntukKota
@dhanaalfi

Senin, 28 Januari 2013

Yth Bapak Doping

Selamat sore, pak.
Semoga selalu dalam keadaan sehat ya pak.

Kalau dihitung-hitung, sudah hampir empat tahun saya kenal Bapak, dan Bapak juga kenal saya.
Apalagi kalau bukan saya ini mahasiswa bimbingan akademik Bapak.
Dari semester satu, kartu rencana studi saya selalu Bapak yang tanda tangan.
Dari semester satu juga, Bapak selalu kasih wejangan untuk saya dan teman-teman terkait mata kuliah kami.

Untuk yang terhormat, Dosen Pembimbing Akademik dan Skripsi saya.
Ini sih katanya surat cinta, Pak.
Tapi terasa aneh kalau mengirim surat cinta untuk Dosen sendiri.
Anggaplah ini surat terimakasih saya karena Bapak selalu membimbing saya, mulai dari awal, hingga kini menjelang sarjana.

Setelah diskusi panjang tadi siang dengan Bapak, kemarahan saya perkara gonta-ganti judul skripsi sudah pupus, Pak.
Ya, pada akhirnya, tiap judul akan membuat kita belajar kan, Pak.
Dan kali ini, saya akan mulai sungguh-sungguh meneruskan apa yang sudah saya mulai.
Tidak enak rasanya jika harus mengulang "Bab Niat" lagi.

Untuk Dosen Pembimbing Skripsiku.
Terimakasih karena dalam waktu ini mengajariku ilmumu, ilmu yang tidak kudapat di bangku kuliah, ilmu yang hanya terjadi jika kita berani.
Terimakasih karena tetap sabar membimbing, walau kadang, saya yang tak sabar dengan Anda.

Jujur, saya cukup kaget karena ternyata Anda selama ini menunggu-nunggu kedatangan saya untuk bimbingan skripsi.
Anda bilang, teman-teman saya yang lain sudah banyak kemajuan, tapi saya malah lama tak muncul di hadapan Anda.
Anda juga mengingatkan saya untuk tidak gonta-ganti nomer ponsel, akan sulit untuk mengabari nantinya.
Ternyata, dibalik sikap Bapak yang kadang bikin jengkel, ada sosok Ayah yang selalu membimbing.

Untuk Bapak, Dosen pembimbingku tercinta.
Doakan saya segera selesai ya, Pak.
Saya akan tuliskan nama Bapak dalam lembar persembahan, tepat setelah kedua orang tua saya.

Selamat sore, Pak.

Mahasiswa Bapak yang kadang malas bimbingan

Medan, 28 Januari 2013
setelah akhirnya bisa menyelesaikan bab 3.

Selasa, 22 Januari 2013

Untuk si Tukang Tidur

Untuk si tukang tidur di sebelahku.
Kamu terlihat nyenyak dalam mimpimu siang ini.
apa kau tak sempat tidur tadi malam? apa kau lagi-lagi begadang?
Semoga saja tidak, takutnya akan membuatmu sakit. Seminarmu akan tertunda kalau begitu.

untuk lelaki tukang tidur di sebelahku,
aku selalu suka memandangimu saat terpejam.
Mungkin ini adalah cara paling aman, agar kau tak memalingkan wajahmu dari tatapanku.
Naik turun dadamu, dan sedikit terbuka membuka mulutmu.
Kau tau? andai aku sedang membawa lipstik, aku pasti sudah mengerjaimu.
Toh, kau pasti tak akan tau, beberapa menit lagi aku akan pulang dan meninggalkanmu dalam coretan.

Ah, kau lelaki tukang tidur.
Semoga siang ini kau bermimpi.
Bertemu kedua orang tuamu, adik-adikmu yang jauh di pulau seberang.
Setidaknya, rindumu bisa terobati walau hanya dalam mimpi.

Untuk lelaki tukang tidur di sebelahku.
Jangan lupa bangun ya,
hidup ini akan berbeda tanpa kau di dalamnya.

Medan, 23 Januari 2013
saat melihatmu tertidur dengan muka lucu

Senin, 21 Januari 2013

Kejutan Manis Yang Paling Tega

Selamat malam, Bumi.
Apa kabar?

Kau pasti tau bagaimana keadaanku sekarang.
Bumi, aku ingin bercerita tentang hari ini. Hari yang penuh rasa. Mungkin permen Nano Nano gak akan cukup untuk mewakili rasa hari ini. Ini lebih dari sekedar manis asam asin.

Bumi, kau tau kan organisasi yang sedang kujalani? Iya, pers mahasiswa yang isinya manusia-manusia antik dan membuatku ragu mereka juga berasal dari Bimasakti.
Hari ini beberapa jadwal tersusun rapi untuk disaji bersama.
Segala bentuk perencanaan dan evaluasi tersidang dengan rapi.

Laksana sidang paripurna DPR di sana, di sini pun hujan interupsi.
Bedanya, tidak ada yang tidur dan nonton video mesum di sini.

Beberapa waktu shalat sudah terlewati, hingga akhirnya giliranku menghadapi segala macam tanya mereka sedari tadi.
Kau tau Bumi?
Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku ingin menjadi Batosai.
Ingin rasanya kuhunuskan pedang menebas leher mereka.
Menyaksikan mereka merintih meminta nyawanya tak diambil.
Iya Bumi, kali ini aku ingin seperti dia.

Sesak rasanya mendengar caci maki, sulit rasanya menahan diri untuk tak menangis.
Entahlah, aku pun tak tau kenapa harus menangis, ini cuma rapat.
Tapi gempuran kalimat bernada tinggi dari mereka membuatku tak tau lagi harus berbuat apa.
Tiga orang yang paling kusadari posisinya, terus saling melempar.

Kau tau Bumi?
Baru kali ini aku mendengar Si Tulang dan Si Scumbag saling bentak.
dan Good Guy pun tak lagi nampak seperti Good Guy.

Bumi, andai tadi kau sudah pulang dan menemaniku, mungkin aku akan nekat lari dari tempat itu. Bersamamu, menjauh dari suara-suara penyayat hati.

Tapi kau tau Bumi?
Aku tak tau tepat jam berapa, sesaat setelah kututup penjelasanku atas kinerjaku yang kacau, seorang perempuan, baiklah mari kita sebut saja namanya Bunga, membawa satu nampan dengan cake lengkap dengan lilin berbentuk 22.

Ahhh Bumi...
Ini semua konspirasi!
Kau tau bagaimana reaksiku?
Jelas, aku cuma bisa menangis. Pasrah menerima tiap krim kue yang mereka oles di mukaku.
Maha, mengikatku di kursi dengan tali rafia bersimpul rumit.
Ada siraman air beraroma kopi menghinggapi kepalaku.
Tepung pun tak surut meramaikan kejutan ini padaku, Bumi.

Bumi, 
ingin rasanya marah dengan semua ini, tapi bagaimana bisa? Jika hanya ada bahagia dalam dada?
Bumi, kau tau apa yang melengkapi bahagiaku?
Aku tak akan sebut nama, karena aku yakin kau tau siapa. Dia memegang cake itu.
Sebutkan doa untukku.
Lagi-lagi dia minta dijitak.
Bumi, aku berdoa pada pemilik semesta, semoga mereka selalu bahagia, sebagaimana mereka membuatku bahagia hari ini.

Kalian Tega, tapi aku bahagia.. 

"Selamat ulang tahun yang ke 22 Dana, semoga cepat wisuda, dikasih yang terbaik, bisa cepat langsing dan sehat selalu."

terimakasih, Manusia Pijar,
terimakasih, Sein. Untuk kesekian kalinya, kita memang hanya bisa menjadi sahabat.


Bumi, lekaslah kembali,
terlalu banyak kisah untuk mu ingin kubagi.

Sabtu, 19 Januari 2013

Selamat Ulang Tahun, Kamu

Halo B'day Girl..
apa kabarmu?
Semoga begadang tadi malam tidak mengurangi pesonamu ya.

Selamat ulang tahun, kamu.
Perempuan Cusp yang sering labil dan berlagak stabil.
Umurmu sudah 22 ya sekarang, semoga kau bisa jadi manusia bermanfaat.
Semoga buku yangkau rencanakan bisa segera selesai, terutama skripisimu itu yaaaa..

Untuk Perempuan yang rindu pelukan, kau tau hidupmu sudah lengkap, walau kadang kau merasa kesepian.
Tapi kau sadar, bagaimana mungkin rasa sepi itu bisa terus menyergap hati si Tak Bisa Diam ini, kan?
cobalah untuk mengurangi kuantitas berselancarmu ya, matamu tidak akan bertahan lama nanti, dan kau pasti juga tau, fotografer itu lebih baik tak dibantu kaca mata.

Untuk Perempuan penyuka teh,
semoga hatimu bisa tinggal pada satu hati ya, segeralah sadari kalau dia bukan untukmu.
Jangan buang waktumu untuk resahkan satu hal tak perlu.
Ada banyak orang di luar sana yang lebih butuh kamu.

Untuk Perempuan yang sedang berulang tahun, tetaplah mempesona.
Tetaplah menjadi dirimu.
Banggakan keluargamu.

Selamat ulang tahun, perempuan dalam cermin.
Aku .

Rabu, 16 Januari 2013

Dari Kantil Untuk Bumi

Halo Bumi,
Apa kabar? ini aku, Kantil. Aku pilih nama ini.
Panggil aja begitu ya, aku lebih suka sih.
Umurku sekarang 21 menjelang 22 beberapa hari lagi.

Bumi, mungkin namaku agak mistis. Biasanya kan Kantil tumbuhnya di kuburan.
Tapi aku enggak kok, aku memang doyan sama bau kemenyan, tapi aku gak seseram Suzanna kok.

Oiya Bumi, sekarang aku udah semester tujuh lho, udah banyak kan? Sekarang aku lagi skripsian.
Rasanya sering jantungan kalau udah ngurusin kerjaan untuk jadi sarjana ini, doping yang ribet dan sumber referensi yang dikit bikin aku lumayan pening.
Tapi seenggaknya sekarang udah gak terlalu sih Mi, sekarang aku tinggal menuhin penelitiannya. Setelah itu baru deh bisa sidang dapet gelar.
Lagi-lagi gelar, itu kan yang dikejar kalau udah sekolah begini.

Bumi, kamu kapan pulang?
Aku pengin cerita banyak lho.
Aku masih jomblo sampai sekarang. Make sense sih Mi, tingkahku yang begini kan sulit diterima sama manusia normal.

Bumi, aku sekarang udah bisa masak sate lho, makanan favoritmu.
Kalau kamu pulang nanti, aku masakin deh. Janji.

Untuk Bumi di belahan bumi lain.

@dhanaalfi

Selasa, 15 Januari 2013

R e s i .......

Sudah Dzuhur disini.
Cuaca pun masih mendung. Aku masih saja disini, harusnya tidak sih.
Harusnya aku sedang membereskan kamarku, mempersiapkan bawaanku untuk pulang kampung nanti.
Selanjutnya beristirahat, merebahkan badan dengan alunan musik lembut.
Membuka buku, melanjutkan ketikan skripsiku.
Harusnya.

Kadang lelah tiap hari menjadi aku, kadang aku ingin merasakan jadi dia, atau dia.
Meletakkan pekerjaan yang kadang membuatku ingin menangis.
Pernah terbersit keinginan mencetak selembar surat itu.
Surat yang mungkin akan membebaskanku dari sedikit kejenuhan ini.
Susah memang kalau bosan terlalu mudah datang dalam diri.

Inginku tertahan kalimat-kalimatnya. Bahwa kami adalah keluarga, anggap saja aku ibu.
Tapi harus sampai kapan bertahan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakmu yang tak bukan dari rahimmu.
Aku bukan seorang ibu, sebut saja belum.
Bukan juga pegawai dengan gaji tinggi.
Aku bukan pejabat yang memperkerjakan mahasiswa demi berita.
Bukan seperti itu.
Andai saja mereka mengerti aku lelah, aku jenuh, ahhh.

Andai dapat dengan mudah kucetak surat itu tanpa merasa bersalah atau lari dari masalah.
Jujur, aku ingin sekali  meletakkan surat itu di lemari arsipku.
Surat  yang datang dariku, padamu, kamu sekalian.
Aku ingin ....................... resign

LDR itu..... sesuatu

Assalamualaikum Dik Trian.
Apa kabar?
Semoga kamu stabil dan gak lupa makan ya.

Beberapa hari ini saya perhatikan, wajahmu agak sendu.
Mungkin itu hanya perasaanku saja ya, mungkin.
Ngomong-ngomong, bagaimana kehidupan hatimu? maksudku, kisahmu dan si pacar?
Semoga jarak tak melumpuhkan kasih ya.

Saya tau, ini bukan kali pertama kamu terpisah dari kekasih, tapi jarak mulai melebar. Ah aku tak tau kata apa yang tepat selain melebar, mungkin ini ada hubungannya dengan bentuk tubuhku. ah sudahlah, lupakan.
Sampai dimana tadi? 
oh iya, jarak yang melebar ya,
kali ini tidak lagi satu pulau. Berbeda pulau, walau hanya butuh waktu dua jam untuk sampai di sana, bukan berarti bisa berkunjung kapan saja, kan.

Ahhhh.. LDR itu, sesuatu kan? Menurutku melelahkan sih Dik. Aku juga heran, kenapa kamu bisa setahan ini. Bahkan dengan kalimat yang demotivasi dari kawan-kawan se-Persma kita yang ajaib bin ganjil itu.
Aku menyalutkan kekuatanmu untuk kisah yang kau perjuangkan.
Andai aku bisa sekuat kamu, mungkin ini sudah tahun ke sekian aku bersama dia.
eh tapi kenapa malah curcol ya.
Fokus Dan, fokus!

LDR itu gak susah kok sebenarnya, kamu hanya perlu saling percaya dan mendoakan.
Ya walaupun dia tidak ada kabar, kamu harus tetap percaya kalau dia sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Ya walaupun pada kenyataannya dia sedang ngopi bersama perempuan seksi yang dikenalnya saat karaokean sekantor.
Iya, kamu tetap harus percaya bahwa dia baik-baik saja dan tetap setia.
Atau kalau ternyata ada lelaki yang perhatian sama kamu saat kamu kangen dia.
dan terus kamuuuu berpikir untuk berganti hati, terusss ahhhh.. 
hihihihih, maaf maaf, gini nih kalau jomblo cari kawan. :D

Hmmmmmm...
Untuk kamu, adik yang tak kuragukan lagi keteguhan hatinya.
Kita memang gak akan pernah tau bagaimana takdir Tuhan, tugas kita hanyalah berusaha untuk mendapat takdir yang baik.
Semoga keteguhan hatimu membawamu pada akhir cinta yang baik pula.
dan ingatlah, jika kau galau dan resah hati, sebut namaku tiga kali.
Maka aku akan meredakan kegalauanmu.

Dari Aku, yang kau panggil kakak. 

Kepada Sebuah Jejak Masa Lalu

Apa kabarmu, kekasihku yang dulu sebuah jejak masa laluku?
Kuharap kau selalu bahagia disana.
Hari ini, sedikit gerimis di tempatku, tapi aku tidak bisa melihat pelangi.
Ahh, sudah rindu aku dengan lukisan Tuhan yang warna-warni itu.

Kekasihku yang dulu, kudengar kau akan menikah.
Bahagia rasanya mendapati kabar itu.
Kuharap dia bisa menjagamu, mengerti dengan kerasnya sifatmu.
Kuharap dia tau, kalau kau alergi pada udang dan udara dingin.
Kuharap kau bisa menjadi lelaki terhebat dalam hidupnya.

Entah kenapa aku masih suka menyebutmu kekasih, walau sudah lama kita akhiri.

Tadi pagi aku membongkar daftar lagu di kartu memori yang telah lama aku simpan.
Kau tau isinya? Semua lagu favorit kita.
Lagu yang pernah kita nyanyikan bersama sambil menapaki jalan kecil di sebelah sekolah.
Biasanya kau selalu mentertawaiku saat aku salah lirik dan suaraku fals.
Kau selalu bilang aku tak akan cocok bila menjadi seorang penyanyi.
Telinga para pendengar pasti sudah lumpuh karenanya.
ahhhhh..

Kekasihku yang dulu, semoga kau bahagia selalu, dengan penggantiku.


Seperti Newbie

Selamat sore, kamu yang hari ini sibuk dengan gadget barumu.
Baru kali ini aku melihatmu bingung perihal teknologi.
Wajah seriusmu begitu lucu. Tapi kau selalu saja mencoba.
Seperti tak pernah putus asa.

Oya, hari ini aku mulai merapikan tugas-tugasku, itupun kalau kau ingin tau.

Seperti biasa kita tak banyak bicara. Untuk apa juga kalau tak ada guna?
Tapi kau tau? aku suka dengan pipi chubbymu sekarang.
Kau sadar atau tidak, pipimu mulai mengalahkan milikku.
Tapi aku suka.
Wajahmu makin lucu.


Jumat, 11 Januari 2013

tertuju

Hari ini aku kembali teringat tentangmu. Bukan karena kau jauh.
Kau ada di sekitarku, seringnya hanya dua meter.
Mungkin aku rindu, lagi-lagi aku rindu.
Seminggu ini tak sekalipun kudapati wajahmu di ruangan ini.

Hei, apa kabarmu?
Kau orang yang tak sanggup kupanggil kekasih.
Karena memang bukan kekasihku.
Kau tak pernah menoleh ke arahku, barang lima menit saja.

Kepada kamu, yang wajahnya sedang memerah alergi.
Kuharap kau sudah hafal obatnya.

Hari ini bahagia rasanya bisa kembali bertemu denganmu.
Seperti biasa, tak ada saling sapa. Aku pun sudah sangat biasa.
Leluconmu, raut wajahmu, dan tingkahmu.
Gelak tawa seisi ruangan laksana ciptaanmu.

Aku pernah berniat untuk berhenti mengagumi dari balik punggungmu.
Tapi sedetik pun aku tak pernah mampu.
Seperti membuang titik bahagia dalam peta kehidupanku.
Biarlah begini dulu.

Kepadamu, Sein dalam hidupku.
Aku tak tau Tuhanku ingin bagaimana.
Aku tak tau apa kau yang ada disebelahku saat hidup baru harus kutempuh.
Yang aku tau, aku mencintaimu saat ini, Dan biarkan aku mencintaimu hingga aku tak sanggup lagi.